Lihat ke Halaman Asli

Cinta Itu Buta dan Membutakan!

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebuah email masuk dengan tergesa-gesa kedalam post inbox milikku dan melambai-lambaikan kedua tangannya, memintaku untuk segera menghampirinya. Membukanya. Dan aku pun mulai membacanya.

"Kamu adalah lelaki terindah yang pernah ku kenal dalam hidupku. Saat itu usiamu masih terbilang sangat muda, baru menginjak kepala dua. Dan aku mengenalmu  sekitar dua tahun yang lalu, disaat kamu menjadi mahasiswa baru dikampus hijau.

Sungguh, kedekatan kita tidak pernah terduga sebelumnya. Baik olehku, mungkin juga olehmu. Banyak hal yang membuat kita saling dekat, saling berbagi satu sama lain.

Banyak hal pula yang membuatku tertarik padamu. Sikapmu yang ramah dan terbuka membuatku nyaman berbagi denganmu. Rupamu yang menawan, membuatku lekat menatapmu hingga berjam-jam.

Sejak saat itu, tak henti-hentinya ku memuji pada Tuhan yang telah memnciptakan makhluk-Nya tanpa sedikitpun cela.

Aku mencintaimu sejak helaan nafas pertamaku bertemu denganmu.

Aku meyakini, bahwa kamu adalah sosok yang selama ini menggantung dalam mimpiku. Kamu yang selama ini menyentuhku dengan lembut dan menina-bobokan diriku hingga terlelap dalam tidur. Aku yakin itu kamu! kamulah orang itu.

Namun kenyataan tidaklah selalu sama dengan apa yang kita impikan, bukan? Cintaku tidak bisa tersampaikan kepadamu Ya, ti-dak a-kan per-nah bi-sa!

Ya, aku menyesal. Aku kecewa. Ingin rasanya aku menjerit kepada alam semesta dan bertanya, “Mengapa harus aku diciptakan sebagai seorang pria dan jatuh cinta kepadamu?”

Sampai detik ini aku hanya bisa memendam perasaanku kepadamu. Yang aku tahu dan sangat sadar betul, bahwa rasa ini tidak akan pernah menjadi nyata. Tidak akan pernah!

Mungkin ini yang dinamakan cinta buta?

Cinta bisa datang kepada siapa saja. Dan semua berhak merasakannya.Sekalipun ia buta. Sekalipun ia nista dan selalu dipandang sebelah mata."

Aku terperanjat membacanya. Dan langsung buru-buru menutup tab. Merasakan ada getaran halus dan asing yang terdeteksi.

Ya Tuhan, dia... men-cin-ta-i-ku?

Ya Tuhan, bukankah cinta semacam itu buta dan membutakan?

Aku mengelus dada. Tanpa membalas email darinya. Mengambil handphone dan menghapus sebuah nomor.

"Maafkan, kawan!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline