Lihat ke Halaman Asli

Said Kosim

Mahasiswa UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Memeluk Hujan Dirinya

Diperbarui: 2 Juni 2024   14:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Memeluk Hujan Dirinya

Karya. Raden Saett

Pada setiap malam
Yang ia nikmati gulita
Serta gemerlap bintangnya;
Pernahkah ia menundukkan kepala?
Melemaskan persendian di kakinya?
Meletakkan segala yang dipikulnya?
Setidaknya;
Sampai hujan datang memeluknya
Melarutkan diri
Menjelma titik-titik embun
Dikemudian hari

Pada setiap sepi
Yang dirasakan
Pernahkah ia merenungi?
Caci yang dilontarkan
Ke seluruh bagian dirinya
Tak pernah mati
Akan menjelma pilihan
Yang harus ia tentukan
Tentang runtuh;
Atau tumbuh

Mulutnya mulai kehilangan nada
Yang selama ini ia nyanyikan
Tangannya tak lagi mampu
Membedakan rasa permukaan
Kakinya terengah-engah
Melanjutkan langkah
Hatinya meminta sebentar saja
Berhenti pada peristirahatan
Sekedar memulihkan

Kemudian
Agar lari kembali menjadi pilihan
Menjangkau tujuan; atau
Membiarkan keadaan

Pekalongan, 28 Mei 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline