Judul diatas sangat tendensius; tetapi tidak ada sedikitpun kesalahan Erick Tohir, pemilik/komisaris saham (Mahaka Media), dengan kode saham ABBA . Bagi investor bursa, sudahlah paham; bahwa saham ABBA tersebut adalah saham 'gocapan'; tidur dan tidak prospek. Bayangkan pada 31 Agustus 2018 hanya ada transaksi 2 lot atau senilai Rp10000 saja. Erick Tohir, resmi diangkat menjadi ketua Tim Sukses 01 pada Jumat; tanggal 07 september 2018; dan pada senin 10 September 18 Saham tersebut; tiba tiba saja melonjak 34% (dari harga 50 menjadi 67); dan pada tanggal 18 September 2019 telah menjadi Rp195 atau terbang hampir 300%; sehingga harus disuspend oleh Otoritas bursa selama tiga hari. Ketika dibuka (tanggal 26-sept-18) harganya tetap naik ditutup Rp 204.
Setelah itu saham ABBA secara konsisten harganya mengalami penurunan hingga di bawah 100 sampai tanggal 09 April 2019. Pada 10 april (seminggu sebelum pilpress) harga saham sudah naik dari 92 menjadi 108 dan pada tanggal 12 april (tiga hari saja) harga sudah ditutup menjadi 171; jadi selama tiga hari; telah naik dari 92 menjadi 171 atau terbang sebesar 86%!. Fantastik bin Fantastik bin Ajaib. Percayalah; dalam kurun waktu itu; tidak ada perubahan signifikan dari PT ABBA Tbk dalam hal operasional fundamentalnya. Harga terbang tinggi itu adalah 'lemparan ketapel' dari 'bandar'; semata-mata analisis teknikal (NB: asing juga melakukan net buy + tgl 11-12 april lebih dari 6 jt lembar)
Bagaimana nasib saham ABBA ini?. Hemat penulis sangat tergantung hasil pilpres 17 april 2019. Jika pasangan 01 kalah; rasanya saham ini akan langsung terjun. Bagaimana jika menang? Bubble dapat terjadi lagi. Apakah secara kinerja fundamental saham ABBA ini akan meningkat (jika pasangan 01 menang)?. Sebenarnya; belum bisa dirujuk (dipastikan). Apakah ABBA akan mendapatkan 'cipratan' order? Para investor dapat menganalisisnya sendiri. Yang perlu diingatkan; dalam literature tua keuangan telah diingatkan winner's curse; yakni uninformed investor akan 'terjebak' dari situasi ini; dimana dia ikut-ikutan tren; dan kira-kira lambat larinya.
Selamat memutuskan dan ingat: tulisan ini tidak memberi anjuran/larangan investasi berkenaan dengan saham yang dianalisis. Sekedar beropini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H