Lihat ke Halaman Asli

Said Kelana Asnawi

Dosen pada Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie

Tamasya ke Freeport

Diperbarui: 14 April 2019   21:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

'Perumahan' berlantai 4 di Tembaga Pura; suhu 8drj C

Ketika saya SD; saya sudah membaca Tembagapura.  Bayangan saya untuk Tembagapura adalah layaknya jika menyebut sebuah kota; misal Bandung. Dan ternyata, setelah ke sana; hal itu  salah.  Tembaga pura adalah; 'kota' dalam kontrol Freeport, dimana Freeport melakukan penambangan .  

Bertahun-tahun PT Freeport Indonesia hampir tak pernah luput dari perdebatan. Bahkan boleh dibilang pandangan pro dan kontra nyaris terjadi sepanjang kehadiran perusahaan Amerika Serikat yang sudah  lima puluh tahun berkiprah di Indonesia itu.  Sebagaimana keberadaan penanam modal asing (PMA) lainnya, seperti Astra Honda Motor (AHM), Samsung, atau apa pun juga, PT Freeport Indonesia adalah perusahaan yang diinginkan. Keberadaannya menjadi berkah bagi negeri ini. Kehadirannya pun bukan sebagai 'tamu tak diundang' melainkan sah, dan melalui berbagai prosedur serta ketentuan perundang- undangan yang kita miliki.

Ada Badan Koordinasi Penanaman Modal, yang memang memiliki tugas mendatangkan investasi asing sebanyak-banyak ke Tanah Air. Karena itu, perusahaan-perusahaan asig mestinya dijaga, dihormat, dan layak mendapat 'karpet merah'. Bukan sebaliknya, diihujat habis.

 20 Ribu Tenaga Kerja

Freeport menjadi contoh bagus untuk banyak hal. Di Freeport diterapkan secara teratur standar operasional prosedur (SOP) yang wajib diikuti. Di tempat permukiman yang dibentuk Freeport, seperti Tembaga Pura, para pengendara dan penumpang, hanya diperkenankan mobil yang memakai safety belt dengan kecepatan laju 20 kilometer per jam. Jika terdapat bis sekolah yang berhenti di depannya, maka mobil di belakang tak diperkenankan mendahului.

Tak mengindahkan aturan ini akan dikenakan denda. Truk dengan ketinggian ban mencapai tiga meter peroperasi di sini dan jumlahnya mencapa ratusan. Di daerah dengan suhu berkisar 10 Celcius dan hujan, aspek potensi risiko kecelakaan sangat besar. Usaha tambang berisiko tinggi merupakan usaha pengelolaan risiko. Mengebor gunung Grasberg dengan ketinggian 4.280 meter hingga rata, pastilah penuh risiko.

Jika bisnis sering dipadankan dengan risiko ada baiknya untuk belajar dari Freeport berkenaan dengan manajemen risiko ini. Freeport memiliki tempat tinggal empat lantai, berupa kamar/rumah untuk pekerja atau tamunya. Karyawan Freeport mencapai 20 ribuan orang, di mana mereka hampir seluruhnya menempati housing ini. Perumahan ini mendapatkan listrik 24 jam dan mendapatkan pasokan air bersih yang dibendung dari air gunung yang disalurkan. Sebagian karyawan yang belum bekeluarga, mendapatkan jatah makan gratis tiga kali sehari, dengan menu makanan prasmanan ala Indonesia dan Barat.

Bagaimana Freeport membangun di atas gunung, inilah kekuatan perusahaan tersebut yang layak dicontoh. Air mineral berisi 1500 mililiter dijual hanya seharga Rp 7.500 melalui minimarket, padahal kita kita sering mendengar kabar di Puncak Jaya air tersebut bernilai Rp 50.000-an.

Untuk memasuki kawasan Freeport, kita mesti mendapatkan akses resmi. Jadi tak mungkin ada pihak luar yang dapat mencapai wilayah Freeport tanpa izin. Hal ini sering menjadi bahan olok-olokan bahwa Freeport menciptakan negara dalan negara. Tapi, dari sisi bisnis, ini sesungguhnya penerapan SOP. Karyawan Freeport mempunyai hari cuti lebih banyak dari aturan Kementerian Tenaga Kerja yakni karyawan biasa punya hak cuti 36 hari kerja, sedangkan untuk level staf adalah 6/2 di mana setiap 6 minggu kerja, diberikan hak cuti 2 minggu libur, dengan gaji yang tidak lazim bagi ukuran kebanyakan kita.

mobil operasi di area tembaga pura

Pada hari libur atau cuti, diberi jatah tiket pesawat untuk pulang kampung. Freeport juga memiliki pesawat sendiri, dimana seluruh penumpangnya adalah karyawan atau tamu mereka, dengan fasilitas makanan setara maskapai terbaik Indonesia. Namun, pekerja Freeport juga. Bukan juga berleha-leha. Kantin pekerja di buka mulai jam 03.00 dinihari, lalu dengan bis pekerja di bawa ke tambang dan pekerjaan menambang dimulai jam 06.00 pagi pada suhu 8C disertai hujan/kabut.

Sebanyak 20-ribuan karyawan yang bekerja di Freeport datang dari berbagai suku/etnis dan juga dari berbagai bangsa di dunia. Di sini berkumpul multi ras, multibudaya dan agama, namun mereka sangat teratur dan tunduk serta patuh pada ketentuan Freeport. Kiranya ini dapat juga menjadi pembelajaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline