Beberapa waktu lalu; beberapa saham (misal saham BNLI ) menghijau dan menjadi berkah bagi investornya. Jika mengamati hanya pada open price dan close price saja; maka ijo-nya saham tersebut menunjukkan capital gain yang diperoleh.
Tapi, pada praktiknya hal itu bisa saja tidak demikian, justru ijonya saham tersebut menjadi 'merah' bagi sebagian investor. Dalam hal inilah waktu masuk-keluar investasi menjadi faktor dominan. Dengan demikian pula, pada saat sebuah saham jatuh, itu bisa berarti juga bagi sebagian investor sebagai ijo, karena 'waktu yang tepat' untuk investasinya (keluar di saat harga tinggi dan masuk lagi saat harga rendah).
Secara teoritis, untuk mengukur kinerja investasi, yang biasa dipakaiadalah bobot waktu (time weight)dimana yang dilihat perubahan harga dari dua waktu yang berbeda (awal/open dan akhir/close); sehingga setiap kali harga akhir lebih tinggi berarti investasi bernilai positif. Selain dari ukuran itu, biasa juga dipakai bobot rupiah (rupiah weight) dimana kinerja dihitung berdasarkan besaran rupiah yang keluar-masuk, sehingga itu lebih mencerminkan nilai investasi secara keseluruhan.
Sayangnya, rupiah weight ini sangat subjektif, sangat berbeda antarindividu dan tidak tersedia datanya. Untuk alasan itulah maka dipakai time weight untuk menunjukkan kinerja investasi, khususnya kinerja instrumen keuangan.
Pengaruh Media Sosial
Adanya ukuran kinerja rupiah weight menunjukkan perlunya pasar yang likuid. Bayangkan sahamgocapan, meskipun kinerja secara time weight tidak menunjukkan kerugian (0%), secara rupiah weight hal itu menunjukkan sebaliknya, dimana potensi dana mengambang sangat tinggi dan menjadi semacam ilusi, yakni seolah-olah memiliki kekayaan namun kekayaan tersebut sebenarnya sangat tidak likuid.
Ukuran-ukuran ekonomi-keuangan pada dasarnya adalah time weight, tapi dalam hal ini dapat menyesatkan yakni seolah-olah tidak terjadi keburukan, padahal faktanya di masyarakat terjadi hal yang tidak diinginkan. Untuk hal ini ada semacam hubungan yang hilang antara time weight dan rupiah weight dan semestinya dipikirkan untuk dicari jalan keluarnya.
Pertama, bagaimana mengatasi bottleneck ini, apakah harus diturunkan lagi harga minimumnya? Hal ini dapat menjadi preseden buruk, namun bagi risk taker dapat juga menjadi peluang untuk mendapatkan potensi gain yang besar.