Lihat ke Halaman Asli

Neorealisme dalam Sengketa Impor Daging Ayam antara Brazil dan Indonesia

Diperbarui: 15 Oktober 2023   17:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

NEOREALISME DALAM SENGKETA IMPOR DAGING AYAM ANTARA BRAZIL DAN INDONESIA

Apa itu Neoriealisme?
Neorealisme adalah pandangan pragmatis atas dunia. Melihat dunia seperti bagaimana adanya, dan melihat negara-negara sebagai aktor layaknya manusia. Dalam politik kekuasaan bisa bermata dua, mensejahterakan dan juga menghukum yang salah.
Neorealisme : ada dua hambatan dalam kerjasama internasional, yaitu penipuan dan keuntungan relative aktor lain. Jika negara gagal untuk memenuhi aturan untuk mendorong kerjasama, negara lain akan meninggalkan kegiatan multilateral dan akan bertindak unilateral.

Latar Belakang Sengketa Impor Daging Ayam
Latar belakang sengketa impor daging ayam antara Brazil dan Indonesia bermula dari kekeliruan sistem impor yang dilakukan Indonesia sehingga terdapat celah bagi Brazil untuk menggugat Indonesia seperti kasus impor Holtikultura. Sengketa ini telah terjadi selama 7 tahun, sengketa ini dinilai telah menghambat ekspor daging dari Brazil sehingga mengakibatkan Brazil mengalami kerugian. Brazil mengajukan gugatan terhadap kebijakan Indonesia kepada WTO pada tahun 2014, 3 tahun kemudian baru Indonesia dinyatakan bersalah karena tidak mematuhi 4 aturan WTO.
Sebagai konsekuensi, Indonesia harus mengubah ketentuan impornya tentang pemasukan karkas, daging, jeroan, dan olahan lainnya kedalam wilayah Indonesia. Kasus Indonesia dengan Brazil ini memiliki kesamaan dengan kasus impor Holtikultura yakni adanya kekeliruan impor yang dikeluarkan oleh Indonesia sama seperti kasus Holtikultura. Kebijakan ini kemudian diputus sebagai hambatan akses pasar dan proteksi perdagangan dalam negeri melalui national treatment jika telah terdapat permasalahan serupa dengan kasus impor daging ayam Indonesia dan Brazil. Dari sengketa import ayam ini, dapat disimpulkan bahwa selama 7 tahun Indonesia dianggap menghalang-halangi Brazil dalam mengekspor daging ayamnya ke Indonesia

Persidangan Mengenai Sengketa Import Daging Ayam
Garis besar dari persidangan sengketa import daging ayam ini yaitu tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Indonesia terhadap Brazil yang dianggap melanggar ketentuan-ketentuan yang diberlakukan oleh WTO, serta mekanisme penyelesaian sengketa dalam peraturan DSU WTO. Dari panel sengketa DS 484 yang diperkarakan oleh Brazil di WTO, menyatakan ada empat kebijakan Indonesia yang dianggap melanggar aturan WTO, yaitu, positive list, fixed licence term, intended, dan undue delay. Indonesia juga diputuskan bersalah karena daftar impor Indonesia disebut tidak sesuai dengan artikel XI dan XX GATT 1994. Lalu persyaratan penggunaan produk impor tidak konsisten dengan artikel XI dan XX, prosedur perizinan impor, utamanya dalam hal pembatasan periode jendela permohonan dan persyaratan pencantuman tetap data jenis, jumlah produk, dan Pelabuhan masuk, serta asal negara tidak konsisten dengan artikel X dan XX. Yang terakhir adalah penundaan proses persetujuan sertfikat Kesehatan veteriner yang melanggar Artikel 8 dan Annex C (1) (a) SPS agreement. Dari hasil keputusan tersebut, persidangan dimenangkan oleh Brazil dan Indonesia memilih untuk tidak mengajukan banding.
Analisa Perspektif Neorealisme dalam Sengketa Impor Ayam
Pada perspektif Neorealisme, jika negara gagal memenuhi aturan untuk mendorong kerjasama, negara akan meninggalkan kegiatan multilateral dan akan bertindak unilateral. Dari sudut pandang negara yaitu Indonesia dan Brazil, keduanya beranggapan bahwa salah satu negara gagal memenuhi aturan untuk mendorong adanya kerjasama ekspor-impor. Indonesia beranggapan bahwa Brazil gagal memenuhi persyaratan sertfikasi halal pada produk ekspornya, dan Brazil beranggapan bahwa Indonesia demikian melakukan kegagalan dalam memenuhi aturan WTO dalam mendorong kerjasama dengan empat pelanggaran yaitu:
1.Daftar Impor Indonesia yang tidak sesuai dengan Artikel XI dan XX GATT 1994
2.Persyaratan penggunaan produk impor tidak konsisten dengan artikel XI dan XX
3.prosedur perizinan impor, utamanya dalam hal pembatasan periode jendela permohonan dan persyaratan pencantuman tetap data jenis, jumlah produk, dan Pelabuhan masuk, serta asal negara tidak konsisten dengan artikel X dan XX.
4.Penundaan proses persetujuan sertfikat Kesehatan veteriner yang melanggar Artikel 8 dan Annex C (1) (a) SPS agreement.

KEMATIAN MUAMMAR GHADAFFI DAN KETERLIBATAN AMERIKA DARI PERSPEKTIF REALISME KLASIK
Apa Itu Teori Realisme Klasik?
Realisme klasik bisa diartikan sebagai hasrat untuk mendapatkan kekuasaan lebih besar yang berasal dari sifat manusia itu sendiri, ungkapan realisme klasik berasal dari seniman Minneapolis, dan Richard Lack. Lack menggunakan istilah realisme klasik untuk pertama kalinya dalam pameran yang berjudul "The Other Twentieth Century". Dasar normatif realisme adalah keamanan nasional dan kelangsungan hidup negara bisa diartikan sebagai nilai-nilai yang menggerakkan doktrin kaum realis dan kebijakan luar negeri kaum realis, negara dipandang esensial bagi kehidupan warga negaranya tanpa negara yang menjamin kondisi-kondisi keamanan yang memajukan kesejahteraan dengan demikian negara dipandang sebagai pelindung wilayahnya, penduduknya dan cara hidup yang khas dan berharga. Perspektif realisme berasal dari asumsi dasar tentang pesimisme dan skeptisisme terhadap sifat dasar manusia.
Hans Morgenthau juga mengatakan bahwa sifat manusia memiliki kelemahan, karena itu konflik muncul sebagai hasil alamiah dari perebutan kekuasaan antar negara.  
Realisme klasik pertama kali dicetuskan pada era pasca perang dunia II untuk menjelaskan bahwa politik internasional adalah hasil sifat manusia, teori ini dikaitkan dengan para pemikir seperti Machiavelli dan Hobbes. Pemikiran realis klasik telah dialihkan oleh neorealisme setelah adanya karya dari Kenneth Waltz yang diterima secara luas, Kenneth Waltz menekankan pada rasionalitas alih-alih sifat manusia sebagai penyebab konflik politik. Realisme klasik menyatakan bahwa memang sudah sifat manusia untuk memaksa negara dan individu untuk mengutamakan kepentingan diatas ideologi, teori ini juga memandang bahwa pencarian kekuasaan dan niat untuk mendominasi adalah aspek dasar sifat manusia.      

Runtuhnya Rezim Muammar Ghadaffi
Libya merupakan sebuah negara yang terletak di Afrika bagian utara. Secara mendasar ekonomi Libya lebih bersandar pada hasil minyak bumi dari pada sumber lain seperti pertanian, hasil laut, pertambangan selain minyak, dan perdagangan. Namun, sisi lain dari pesatnya perekonomian Libya, Pada awal timbul konflik dalam negeri yang melibatkan pemerintah yang sedang berkuasa dengan pihak oposisi. Konflik ini tidak lain dikarenakan rakyat Libya menuntut pemimpin Libya, Muammar Khadafi turun dari jabatannya yang telah didudukinya selama 42 tahun. Di tengah carut-marutnya situasi politik dalam negeri Libya masuklah Amerika Serikat sebagai pihak ketiga yang mengintervensi dengan membawa misi penyelesaian terhadap konflik Libya yang sedang terjadi dan penegakkan demokrasi serta hak asasi manusia yang telah diabaikan oleh Khadafi sebelumnya. Masuknya Amerika Serikat tersebut membuat pihak oposisi merasa sangat terbantu dalam merealisasikan tujuannya, yaitu menumbangkan rezim Khadafi yang berkuasa saat itu. Bentuk intervensi yang dilakukan oleh Amerika Serikat mencakup segi militer maupun non-militer. Dampaknya adalah kejatuhan rezim Khadafi yang tidak dapat terhindarkan akibat gempuran militer dan berbagai sanksi ekonomi yang mendukung keberhasilan intervensi militer Amerika Serikat.

Keterlibatan Amerika
Libya yang merupakan negara dengan kekayaan alam terutama dari penghasilan minyaknya, awalnya negara yang berada di bawah kepemimpinan Muammar Ghadaffi tersebut merupakan negara yang Makmur. Namun setelah keterlibatan Amerika pada konflik Libya pada Maret 2011, Libya mengalami kemunduran yang sangat pesat dan diakhiri dengan Muammar Ghadaffi yang dijatuhkan hukuman mati. Dan juga terungkap bahwa jasad dari Muammar Ghadaffi tersebut "dibuang" ke laut oleh pihak Amerika. Amerika berdalih bahwa intervensi yang mereka lakukan pada konflik Libya semata-mata adalah demi kemanusiaan yang sebenarnya Libya pun bukanlah negara yang merupakan kepentingan utama Amerika. Namun seperti yang kita tahu bahwa Libya adalah negara yang makmur dengan kekayaan alam yang melimpah terutama pada sektor minyak bumi. Hal ini meyakinkan bahwa keterlibatan Amerika bukanlah semata-mata karena kepentingan kemanusiaan melainkan ingin menguasai kekayaan alam Libya dengan cara menyingkirkan Muammar Ghadaffi terlebih dahulu. Terlebih lagi setelah runuhnya rezim Muammar Ghadaffi, Libya mengalami kemunduran serta keterpurukan.

Analisis Tentang Keterkaitan Antara Keterlibatan Amerika Dalam Rentuhnya Rezim Libya Dengan Perspekif Realisme Klasik
Pada perspektif Realisme Klasik diyakini bahwa adanya konflik karena ada pihak yang ingin menguasai  suatu wilayah atau negara. Kami mengambil runtuhnya rezim Muammar Ghadaffi sebagai contoh kasus karena di kasus ini, keterlibatan Amerika adalah conoh nyata dari Realisme Klasik. Amerika dengan dalihnya yaitu atas dasar kemanusiaan, ikut campur atas konflik di Libya dan memiliki peran besar dalam menanamkan propaganda agar menghilangkan kepercayaan terhadap Masyarakat Libya pada Muammar Ghadaffi, serta Amerika juga berperan dalam menggulingkan pemerintahan Muammar Ghadaffi. Jelas aksi Amerika tersebut tidak mungkin hanya sebatas atas dasar kemanusiaan, namun Amerika memiliki kepentingan lain yaitu ingin menguasai hasil kekayaan alam Libya, terutama minyak bumi. Hingga sampai hari ini, hasil dari intervensi Amerika dalam menggulingkan pemerintahan Muammar Ghadaffi membuat Libya mengalami keterpurukan yang hebat dan tingkat kemiskinan yang tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline