Lihat ke Halaman Asli

Saidatun Nia

Pengisi waktu luang

Mengasah Bakat Hatipun Terikat

Diperbarui: 22 September 2020   00:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

mollyta.com

"Asahlah kapak pada sisi tajamnya" (Abah Rama Royani)

Mari kita cermati baik-baik kalimat di atas, anak ibarat sebuah kapak, dimana kapak terdiri dari berbagai sisi, nah sisi tajam dari si kapak ini kita ibaratkan sebuah bakat anak. Kalimat di atas terdapat kata "asahlah" maksudnya kita harus membantu anak dalam mengembangkan atau mempertajam bakat yang sudah ada pada diri anak, dan yang perlu di asah adalah kreativitas dari si anak tersebut.

Sebelum membahas hal yang lebih lanjut, kita bahas dulu apa yang dimaksud dengan bakat?

Bakat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan dasar dari kepandaian, sifat, dan pembawaan yang dibawa sejak lahir. Banyak dari kita yang mengira bakat itu sebuah hal yang tidak sengaja muncul atau muncul secara tiba-tiba pada diri seseorang.

Menurut Ahmad Susanto, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. maka sebenarnya setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu.

Bagaimana cara mengetahui adanya bakat pada diri seorang anak?

Pertama, anak akan melakukan kegiatan dengan perasaan senang atau bahagia. Kita dapat melihat hal ini ketika anak melakukan sesuatu atas arahan kita, pasti anak akan cemberut, misalnya anak suka menggambar pemandangan dan kita memaksa anak untuk membuat kaligrafi anak pasti merasa cepat bosan dan menyerah begitu saja.

Kedua, anak cenderung memahami yang relatif lebih cepat, dan dilakukan lebih sering dari hal-hal lainnya, juga dilakukan lebih banyak atas inisiatif sendiri. Misalnya anak yang suka menggambar, tidak ada hujan tidak ada angin tiba-tiba anak pasti akan menyempatkan waktunya untuk menggambar, di saat anak bosan belajar, di sela-sela waktu kosong atau waktu istirahat si anak.

Ketiga, apa yang dilakukan mengarah pada pencapaian sebuah prestasi. Meskipun prestasi itu kadang bagi orang tua belum dianggap sebuah prestasi. Sebagai contoh keberanian anak bernyanyi di depan kelas, meskipun bagi orangtua dan guru menganggap "tidak ada artinya", namun yang dilakukan anak termasuk pada mengarah pada pencapaian sebuah prestasi. Nah di sini dapat kita lihat bahwa hal kecil yang dilakukan anak dan mengalami sebuah peningkatan itu merupakan sebuah kemajuan dari bakat anak.

Jika ketiga hal di atas muncul pada diri anak, maka sebagai orangtua kita harus suport anak dalam memaksimalkan bakatnya bukan malah mengganti bakat yang ada dengan unsur terpaksa, misalnya membandingkan dengan teman-temannya atau memaksa anak untuk bisa melakukan apa yang orangtua inginkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline