Lihat ke Halaman Asli

Jangan Biarkan NTT Ikut Australia

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Warga Nusa Tenggara Timur (NTT) akan ikut Australia daripada Indonesia apabila diperbolehkan memilih. Prediksi ini disampaikan oleh Dra. Francisia Saveria Sika Ery Seda, M.A., Ph.D. dalam makalahnya pada seminar bertema “Memandang Indonesia dari Timur” yang diselenggarakan oleh Komunitas Salihara di Pasar Minggu, Jakarta, Rabu (13/11/2013) malam.

Pada awal makalahnya, Staf Pengajar FISIP UI itu mengatakan, kalau melihat Indonesia dari timur, jauh sebelum ada otonomi daerah, NTT adalah daerah tertinggal. Sampai sekarang, orang-orang di Kupang dan Flores masih belum berkembang. Padahal kalau dilihat secara geografis dan historis, bidang pertanian paling menonjol di NTT.Masyarakat di sana lebih peduli dengan pemaparan cara menjual kopi asli NTT agar bisa laku dan berkembang, dibanding menyaksikan “Sail Komodo”. Karena menurut mereka, Sail Komodo lebih menguntungkan orang-orang pendatang.

Di akhir makalahnya, sosiolog yang pernah mengenyam pendidikan di University of Wisconsin at Madison, Amerika Serikat ini memprediksi, kalau ada referendum, masyarakat NTT lebih memilih ikut Australia daripada Indonesia karena masyarakat NTT khususnya dan Indonesia timur pada umumnya, merasa perkembangan di daerahnya sangat jauh tertinggal dibanding daerah-daerah lainnya seperti di Jawa dan Sumatera.

Acara yang dimoderatori Usman Hamid ini, turut dihadiri oleh Glenn Fredly, penyanyi kondang berdarah Maluku dan Jack Manuputty, pendeta dan tokoh perdamaian Maluku.

Semoga saja pemerintah pusat tidak mengabaikan prediksi yang telah disampaikan Francisia kemarin malam dan jangan biarkan NTT ikut Australia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline