Lihat ke Halaman Asli

Nasib Penyapu "Residu" Doktrin Negara Gagal

Diperbarui: 25 Februari 2016   09:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Para pengikut Gafatar asal Batam saat ditampung sementara di Asrama Haji Batam Center (foto: iskandar-batamnews)"]

[/caption]Doktrin yang diajarkan dan disebarkan oleh para "founding father" Negara Gafatar, Gerakan Fajar Nusantara, kini menyisakan residu. Lalu, residu yang menyampah itu tidak saja bikin pusing, tapi juga menjengkelkan. Apa yang harus dilakukan untuk "melenyapkan" residu itu? 

Suatu sore, seusai adzan asar. Beberapa orang dewasa bergerak menuju halaman masjid di Asrama Haji Batam Center. Mereka bergerak bersama dengan beberapa pria lainnya yang hendak menunaikan sholat asar. Sekelompok pria ini tidak menunjukkan gelagat akan menuju masjid untuk sholat.

Pakaian mereka pun tidak menegaskan hal itu. Bukan pakaian orang hendak sholat. Bahkan, mereka menenteng bola. Tapi arah mereka sama, mengarah ke masjid. Ternyata, mereka memang bukan mau menunaikan sholat asar. Tapi...main bola!

Ya, mereka main bola di halaman masjid Asrama Haji Batam Center. Pas, di lokasi simulasi tawaf. Memang, di halaman masjid tersebut dibangun miniatur ka'bah, tempat umat Islam melakukan belajar manasik haji. Siapa mereka?

Itulah "residu" yang ditinggalkan oleh para founding father negara gagal bernama Gafatar itu. Mereka menyampah di Asrama Haji Batam Center. Menjadi beban bagi Pemerintah Kota Batam di tengah anggaran yang dipangkas habis pemerintah pusat. Sementara itu, para pihak yang bertugas mengajak mereka kembali ke jalan yang benar, pun telah kehabisan stok kesabaran mengurusi "residu" itu.

"Mereka main bola di tempat manasik haji itu, di halaman masjid. Sudah ditegur dan diingatkan, jangan main bola di situ, orang lagi sholat. Tapi mereka bilang, kami kan tidak mengganggu orang sholat," tutur penanggung jawab Asrama Haji Batam kepada batamtoday.com.

Tapi begitu diingatkan lebih tegas lagi, tutur pria yang enggan dikenal publik itu, mereka justru mengatakan, kita urus urusan masing-masing saja.

Begitulah, sekelumit gambaran bagaimana tingkah-polah dan sepak-terjang sisa-sisa "residu" dari doktrin Gafatar itu di Batam.

Memang, sebagai sebuah doktrin, Negara Gafatar, sempat hadir menjadi aneka mimpi di kepala para pengikutnya. Hingga, mereka pun rela menjual semua aset-asetnya, untuk bersama-sama bergerak ke satu titik, Negara Karunia Tuhan. Negara yang akan mereka dirikan di Kalimantan itu.

Kini, setelah doktrin pembentukan negara itu gagal, sedangkan aset-aset sudah terjual. Maka, yang harus menanggung beban ini adalah Pemerintah Kota Batam dan Pemerintah Provinsi Kepri. Sejak kepulangan mereka, Pemerintah Kota Batam menanggung biaya makan dan operasional lainnya. Tapi sampai kapan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline