Lihat ke Halaman Asli

Antara Berkah dan Bencana Kapal Tol Laut

Diperbarui: 17 Februari 2016   20:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kapal Tol Laut yang menghantam dermaga di Anambas. (Foto: Alfredi Silalahi)

KEHADIRAN Kapal Tol Laut yang digagas Presiden Jokowi ke perairan Anambas Provinsi Kepri, membawa berkah sekaligus bencana. Terutama, jika angin utara dari Laut Cina Selatan mulai menghantam.

Berkah yang dibawa Kapal Tol Laut bagi warga di pulau beranda terdepan republik itu adalah, harapan harga beras dan sembako makin terjangkau. Karena dengan menggunakan kapal tol laut itu, harga ongkos kirim menjadi lebih murah yakni Rp273 ribu per ton. Bandingkan, dengan harga kapal pengangkut selama ini yang mencapai Rp450-500 ribu per ton. Dengan penurunan harga hampir 50 persen itu, akan sangat menguntungkan masyarakat pelaku usaha di Anambas.

Tapi, di balik berkah itu, ada bencana. Seperti yang terjadi pada Rabu, 17 Februari 2016 siang. Ketika itu, angin utara dari Laut Cina Selatan berhembus kencang, membawa ombak bergolak. Saat itu, Kapal Tol Laut sedang bersandar di Pelabuhan UPT Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Anambas.

Karena tak memiliki baling-baling di samping kiri dan kanan lambung, kapal program unggulan Presiden Jokowi itu pun terhempas dua kali. Menghantam Dermaga Pos Pengawasan Kelautan dan Perikanan Anambas. "Itu kapal kan tak ada kipasnya dari samping, bukan seperti kapal Bukit Raya. Jadi kapalnya tak bisa langsung belok," ungkap seorang saksi mata, Udin.

Untungnya, dermaga itu tidak sampai ambruk. Kalau itu terjadi, maka rumah warga di sekitarnya pun ikut ambruk ke laut. Tapi, Pos Pengawasan Kelautan dan Perikanan Anambas itu retak di sana-sini. Akibat kerusakan ini, para nelayan Anambas pun kesulitan untuk bersandar.

Seorang pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan Anambas, Yoki mengatakan, sesungguhnya kapasitas maksimal kapal yang boleh bersandar di Pelatuhan UPT Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Anambas adalah 200 GT. Karena pelabuhan tersebut dibangun untuk tambatan perahu-perahu nelayan dan masyarakat yang berukuran kecil. Sedangkan Kapal Tol Laut itu memiliki bobot mati sebesar 3200 GT.

Kini, bencana itu telah dirasakan oleh warga Anambas. Sementara harga sembako yang menjadi harapan, belum lagi mereka rasakan. Yang pasti dirasakan oleh warga perbatasan itu adalah dana bagi hasil minyak dan gas mereka yang dipangkas habis. Nasib.

Batam, 17 Februari 2016




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline