Lihat ke Halaman Asli

ERIK H. ERIKSON (PSIKOANALITIK KONTEMPORER )

Diperbarui: 18 Juni 2015   05:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

ERIK H. ERIKSON (PSIKOANALITIK KONTEMPORER )

 

Struktur Kepribadian menurut Erik H. Erikson antara lain:

  1. Ego kreatif

Erikson menggambarkan adanya sejumlah kualitas yang dimiliki Ego, yang tidak ada pada psikoanalisis Freud, yakni kepervayaan dan penghargaan, otonomi dan kemauan, kerajinan dan kopetensi, identitas dan kesetiaan, keakraban dan cinta, generativitas dan pemeliharaan, serta integritas. Ego semacam itu disebut juga ego-kreatif, ego yang dapat menemukan pemecahan kreatif atas masalah baru pada setiap kehidupan.

  1. Ego Otonomi Fungsional

Teori ego dari erikson yang dapat dipandang sebagai pengembangan dari teori perkembangan seksual-infantil dari Freud, mendapat pengakuan yang luas sebagai teori yang khas, berkat pandangannya bahwa perkembangan kepribadian mengikuti prinsip epigenetik.

  1. Pengaruh Masyarakat

Walau kapasitas yang dibawa sejak lahir penting dalam perkembangan kepribadian, bagian terbesar Ego muncul dan dibentuk oleh masyarakat, Erikson lebih mementingkan faktor sosial dan historikal-kebalikan dengan freud yang pandangannya sebagian besar biologikal. Bagi Erkson Ego muncul bersama kelahiran sebagai potensi, yang harus ditegakkan didalam lingkungan kultual. Masyarakat yang berbeda, dengan perbedaan kebiasaan cara mengasuh anak cenderung membentuk kepribadian yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai budayanya. Misalnya, suku Sioux yang menyusui bayinya sampai usia 4-5 tahun, akan membentuk kepribadian yang oleh Freud dinamakan “kepribadian oral”. suku Sioux menilai tinggi kedermawaan dan menurut Erikson layanan pemberian air susu ibu yang tak terbatas menjadi sifat kedermawaan. Sebaliknya, suku Yurok sangat keras mengatur defakasi dan urinasi bayi, pengaruh yang cenderung mengembangkan “ kepribadian anal”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline