Lihat ke Halaman Asli

sahrum

Pengajar SMPN 1 Kauman

Cermin Misterius

Diperbarui: 19 Oktober 2022   16:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam membungkus bumi seakan pecah berserakan di hatimu, sebab hampir setiap malam matamu terjaga, tidak bisa tidur nyenyak. Di rumah kontrakanmu yang baru, kamu seperti merasakan aura menyeramkan. Seperti ada sosok wanita tua jalannya membungkuk, rambutnya menjuntai lebat, dan berpakaian putih. Sesekali kamu melihat bayangan wanita tua itu melintas di depan pintu kamarmu, kadang-kadang di tengah malam ada suara ketukan pintu kamarmu. Hatimu was-was. Padahal, ketika kamu lihat kosong.

Saat itu juga bulu kudukmu berdiri, kamu segera menutup pintu kamar. Kamu ingat malam itu malam Jumat Kliwon. Tiba-tiba tubuhmu seperti terkena lelehan es. Dingin menyusup. Kamu kunci pintu, lalu berbaring di kasur, tubuhmu ditelan selimut tebal.

Sesekali kamu mendengar suara wanita tua yang lamat-lamat berkata, "Kembalikan cerminku." Jantungmu berdetak kencang. Keringat dingin luruh.

Kamu baru ingat, hari Minggu ini kamu berwisata ke hutan pinus. Kamu sempat berteduh di gubuk tua bersama dengan temanmu, Yusi. Saat itu, kamu menemukan cermin bundar berukuran mungil, dilapisi kayu berserat hitam. Tangamu mengusap debu, seketika cermin memantulkan wajahmu yang kelelahan. Cermin itu, sekarang kamu simpan dalam laci kamarmu.

"Kembalikan cerminku." Samar-samar bunyi itu terdengar telingamu, meski kamu bersembunyi dalam selimut.

Sementara itu, lacimu mengeluarkan bunyi gaduh, "Dok-dok-dok." membuat jantungmu seperti copot. Nafasmu kini berat seperti ada beban.

Kamu diam sejenak, merasakan keganjilan yang menjadi-jadi. Tidak terduga kakimu seakan ditarik oleh tangan kasar dan dingin. "Tolonngggggg, tolonngggggg!" Kamu berteriak berkali-kali sekuat tenaga.

Dari luar aku mendobrak pintu kamarmu sekuat tenagaku berkali-kali. Akhirnya, kunci penghalang hancur. Kudapati dirimu terlentang kaku. Aku mendekapmu, dan memberikan air minum.

"Aku khawatir denganmu, ada tanda aneh, sehingga aku datang kemari. Ternyata benar firasatku." Aku menunggu penjelasan darimu, kejadian apa yang menimpamu ini.

"Aku sedang diteror bayangan wanita tua. Mungkin berasal dari cermin yang aku bawa kemarin itu, saat aku berwisata dengan Yusi." Jelasmu gemetar dan wajahmu pucat. Kamu menunjukkan cermin dalam laci.

Aku mencoba menghubungi dan menjelaskan kejadian ini ke Yusi pakai Handphone Androidmu. Dia bersedia datang sendiri meski malam buta. Sambil menunggu Yusi, aku dan kamu membuka laci, membungkus cermin itu. Rencana ingin kamu kembalikan ke gubuk tua, tempat menemukan benda aneh ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline