Lihat ke Halaman Asli

Sahrul RamadhanDarmawan

Perantau dari Negeri Timur

Puasa sebagai Hijab dari Perbuatan Maksiat bagi Orang-orang yang Berakal

Diperbarui: 22 September 2021   08:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tidak terasa kita sebagai umat Islam telah berada di penghujung bulan Ramadhan yang mana Kita ketahui Bersama bahwa bulan ini adalah bulan yang penuh berkah, bulan yang paling agung, bulan yang paling istimewa. Sebab, Di bulan Ramadhan terdapat malam Laitul Qadr, yaitu malam yang lebih baik dari 1000 bulan (al-Qadr ayat 3). Selain itu, di bulan ramadhan ini kita sebagai umat Islam di seluruh penjuru dunia ini diperintahkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk melaksanakan salah satu diantara lima rukun Islam, yaitu puasa (al-Baqarah ayat 183).

Umumnya, Puasa adalah menahan diri dari makan, minum,, mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Namun, berangkat dari beberapa literatur yang penulis baca bahwa puasa itu bukan hanya sekedar menahan diri dari lapar dan dahaga saja. Akan tetapi, bagaimana kemudian kita bisa menahan diri dari hawa nafsu. Hawa nafsu ini identik dengan godaan setan. Setan selalu menginginkan manusia untuk melakukan hal-hal yang diharamkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala (maksiat). Jadi, puasa bukan tentang menahan diri rasa lapar dan dahaga saja tetapi juga menahan dan mengontrol hawa nafsu kita dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. 

Selain itu, puasa bukan hanya sebagai kewajiban karena merupakan salah diantara rukun Islam juga merupakan kebutuhan penting bagi manusia. Allah memerintahkan kita puasa karena menginginkan kita sebagai hamba-Nya memilki kepribadian yang berjiwa takwa, yakni menjadi manusia yang dapat menggembleng jiwanya dan melatih diri untuk berdisplin tinggi dengan tidak mengerjakan sesuatu kecuali pada waktunya, meskipun sesuatu itu adalah halal baginya, dan membiasakan diri menjauhi segala yang dilarang oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, serta rajin memperbanyak kebaikan dan amal shaleh. (al-Baqarah ayat 183)

Berangkat dari hal di atas dapat dikatakan bahwa puasa adalah hijab (penghalang) untuk manusia, khususnya umat Islam melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah Subhanau Wa Ta’ala. Namun, ini berlaku bagi orang-orang yang mau mendayagunakan akal mereka dengan baik. Kenapa demikian? Coba tilik bahwa dalam salah satu syarat wajib puasa adalah berakal. Akal adalah anugerah yang diberikan oleh Allah untuk digunakan dengan sebaik-baiknya. Orang yang berakal pasti bisa membedakan antara yang baik dan buruk, yang boleh dikerjakan Ketika puasa Ramadhan juga yang dilarang Ketika puasa Ramadhan.

Di setiap bulan ramadhan, penulis pasti mendengar ceramah atau kultum sebelum shalat tarwih dari ustad-ustad bahwasanya kita diperintahkan pada bulan ramadhan ini kita untuk memperbanyak amal shaleh dan kebaikan, seperti membaca al-Qur’an, berdzikir, sedekah, dll. Selanjutnya kita juga diperintahkan oleh Allah menjauhi hal-hal yang dilarang mengontrol hawa nafsu kita untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh-Nya saat puasa di bulan ramadhan ini.

Bagi orang-orang yang mau mendayagunakan akal mereka dengan pasti jika sudah mengetahui mana hal-hal yang harus dikerjakan pada bulan ramadhan khususnya pada saat puasa dan hal-hal yang tidak boleh dikerjakan. Ini akan menjadi hijab bagi seseorang untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah dan melakukan hal-hal yang diperitahkan oleh Allah bagi orang-orang yang berakal.

Contoh sederhana, Ketika sedang berpuasa, kita digoda oleh teman kita untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah atau hal-hal yang membatalkan puasa. Pastinya bagi orang yang berakal dia akan berfikir dan mengatakan bahwa “astagfirullah, lagi puasa tidak boleh melakukan hal itu”. Namun bagi orang yang tidak mendayagunakan akal mereka dengan baik pasti akan terjerumus ke dalamnya. Inilah contoh sederhana yang memperkuat penulis mengatakan bahwa puasa sebagai hijab (penghalang) dari perbuatan maksiat bagi orang-oran yang berakal.

Namun, selain kita mendayagunakan akal dengan baik ketika puasa di bulan ramadhan ini sebagai hijab (penghalang) melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah atau membatalkan puasa. Penting juga bagi kita untuk mengontrol atau mengendalikan hawa nafsu yang identik dengan godaan setan ini. Agar kita menjadi manusia yang memiliki kepribadian yang berjiwa takwa. Bukan hanya bertakwa pada bulan ramadhan saja, tetapi bulan-bulan setelahnya hingga akhir hayat kita, Aamiin Yaa Rabbal ‘alamin. Semoga bermanfaat.

Wallahu a’lam bishawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline