Ahok memang berbeda tetapi cinta kita Melihatnya sama
Kepada Calon Gubernur DKI Jakarta yang sangat berbeda....
Selamat malam Bapak Gubernur Masa Depan DKI Jakarta, saya berharap dan selalu mendoakan kesehatan serta kekuatan untuk Bapak, yang sebenarnya sayapun tahu jawabannya kalau Bapak akan selalu kuat dan tegap berdiri walau seribu hingga sejuta rebah menyerang. Tak sedikitpun terbersit ragu akan Bapak berputus asa setelah semua yang terjadi, karena mungkin untuk inilah Pak Ahok ada, mewujudkan revolusi mental yang sejak awal dicanangkan pak Jokowi. Berdiri di barisan terdepan sebagai pemimpin yang akan tetap kokoh dan tak goyah demi membangun kemerdekaan di negara ini. Mencoba membuka mata dan pikiran kami semua untuk kembali membaca dan memahami Pancasila hingga mendobrak batas kebobrokan diskriminasi di negara ini yang turun-temurun tertutup rapih.
Pak Ahok, jujur saya tidak bisa menahan kecewa tatkala mendengar Status Tersangka yang disematkan oleh Bareskrim Mabes Polri tentang dugaan sarat kepentingan 'penistaan agama' terhadap Bapak. Pikiran saya bergejolak tengah mendapati berita tersebut memenuhi timeline di media sosial. Tapi tak bertahan lama, saya kembali tersenyum mendapati berita bahwa Pak Ahok malah masih asyik menampung dan melayani aduan masyarakat di Rumah Lembang. Saya jadi merasa baper sendirian, tapi jangan bilang alay ya (peace). Walau niat hati ingin menuliskan semua opini dan tanggapan kekecewaan atas hasil tersebut sudah di ubun-ubun, kembali lagi harus pupus tatkala mendengar pernyataan Bapak di televisi yang mengajak semua orang untuk menghargai proses Hukum, dan tak perlu protes berlebihan. Saya yang awalnya merasa prihatin dengan status Pak Ahok malah berbalik mengasihani diri sendiri yang telah underestimated tentang Pak Ahok. Ah Pak Ahok memang berbeda!
Kadang saya bertanya-tanya mengapa Pak Ahok sesekali tak memainkan Victim Card? Maksudnya, ala-ala beberapa politisi koruptor yang bersikap seolah-olah jadi korban. Padahal dari zaman mencalonkan diri jadi wakil Gubernur Pak Jokowi dulu kan luar biasa fitnahan kepada Bapak. Bukan hanya kepada Bapak sih, tetapi kepada banyak orang juga yang beragama minoritas di Republik ini.
Belum lagi Ustadz yang membuat sayembara membunuh Pak Ahok, teatrikal pembunuhan yang blak-blakan (saya baca ini semacam perencanaan pembunuhan yang sistematis), dan Caci maki penyanyi di twitternya yang dulu anaknya terlibat tabrak mati namun tak dipenjara. Terakhir si penyanyi ini juga playing victim saat video rekaman yang diduga menghina Presiden pas demo 4/11 bocor. Tapi sayangnya cara-cara seperti ini memang bukanlah gaya Pak Ahok ya? Sehingga saat script di video yang digubah si Bunyi Ani (saya lupa namanya) yang akhirnya melahirkan demo besar yang katanya hanya bela agama menyebar, Pak Ahok tetap tak minta dikasihani, Pak Ahok lebih memilih minta maaf, walau sebagian kelompok memandang Maaf sebagai tindakan tak berguna. Lagi-lagi Pak Ahok memang berbeda!
Oh ya, beberapa hari lalu ada bom di halaman sebuah gereja di Samarinda Pak yang akhirnya memakan korban anak kecil bernama Intan. Pelaku pemboman yang tak berperikemanusiaan ini mengatasnamakan agama Islam melakukannya. Tapi tak ramai Ya Pak? Lebih ramai pernyataan bapak yang dipelintir menjadi demo besar. Kasihan korban yang luka bakar di saana, belum lagi trauma yang akan menimpa mereka. Tapi bukan yang pertama sih, hampir tiap tahun selalu saja ada gereja yang di bom, dibongkar paksa ataupun didemo. Makanya saya sendiri tidak kaget mendengar berita seperti ini. Belajar akan kesabaran Pak Ahok, maka saya sendiripun tak menanggapinya sebagai penistaan agama. Belum didemopun masih ada yang bilang itu pengalihan isu, gimana kalau demo ya Pak?
Nah, buah dari kesabaran dan ketulusan Pak Ahok memang takkan mematikan nurani para pecinta kedamaian dan pejuang keadilan di negeri ini. Setelah melihat munculnya dukungan dari amnesty Internasional untuk Pak Ahok yang sangat masuk akal, malam ini juga saya melihat sebuah petisi online di change.org yang menuntut Perlindungan Hukum bagi Pak Ahok untuk tuduhan yang terlalu dipaksakan seperti saat ini, dalam beberapa Jam petisi ini telah ditandatangani oleh 26000 orang lebih. Luar biasa ya pak? Petisi yang dibuat saudara Nyoman ini tak kalah logis dari tuntutan Amnesty International, sangat mewakili apa yang saya pikirkan. Tetapi kembali, arahan dari Pak Ahok untuk menghargai proses hukum tetap memantapkan langkah untuk tenang menunggu persidangan langsung agar segalanya terbuka di depan umum. Setidaknya demo tanggal 25 November tidak mengotori Jakarta lagi, merepotkan para pasukan oranye, ungu dan lainnya. Dan bahkan merepotkan supir transJakarta yang harus mengantarkan pendemo pulang ke kampungnya, karepna tidak ada ongkos ya Pak? Kan kasihan. Pak Ahok yang didemo, Pak Ahok pula yang pusing mikirin kepulangan para pendemo, kan Pak Ahok memang berbeda! Politisi yang ikut demo dan menyuruh menginap di gedung DPR saja kabur meninggalkan pendemo pak!
Walau belum pernah bertemu secara langsung, sejujurnya Pak Ahok adalah sosok yang berada di list teratas orang yang saya impikan untuk berbincang secara langsung. Biarlah tak kenal wajah, namun kita tetap bisa berbincang melalui doa yang sama. Melihat banyaknya serigala yang ingin sekali menjatuhkan Pak Ahok dengan segala cara dan membuat jalan terjal menuju Pilkada nanti serta ancaman politis fitnah mulai dari Sumber Waras hingga yang sekarang, saya terkadang berpikir untuk berpendapat agar Pak Ahok mundur dari dunia politik. Terlebih saat melihat kampanye pembunuhan yang ditujukan ke Pak Ahok, saya tak bisa bayangkan perasaan Istri apalagi anak-anak Pak Ahok. Saya akan mundur jika saja berada di posisi Bapak saat ini. Namun seperti yang saya bilang beberapa kali Pak Ahok memang berbeda!
Kini dengan perbedaan yang melekat tersebut, Pak Ahok menjadi pembuktian diterimanya kebhinekaan di negara ini, DKI Jakarta khususnya. Sama ketika Barack Obama memenangkan Pilpres di Amerika Serikat 2008 lalu, harapan atas persamaan hak di negara demokrasi itu menjadi terang benderang.