[caption caption="Pendidikan itu Mahal/image:http://cdn.tmpo.co/"][/caption]
Pendidikan saat ini memang sudah menjadi semacam kebutuhan primer yang sangat dibutuhkan semua orang. Di era modern seperti sekarang , Pendidikan bukan hanya sebatas gaya hidup saja. Di zaman serba canggih ini semua orang ingin pintar dan menguasai teknologi supaya tidak tersesat dalam hantaman zaman. Maka tak heran hampir semua orang menginginkan pendidikan setinggi-tingginya untuk meraih mimpi yang tinggi pula.
Bukan rahasia lagi, pendidikan sudah menjadi dasar atau awal kesuksesan orang-orang dalam mengangkat derajat untuk kehidupan yang lebih layak. Terlebih di masa sekarang, tidak ada lagi hal mustahil untuk menggapai cita-cita. Semua orang berhak memiliki impian dan tentu saja berkesempatan mewujudkan mimpinya menjadi kenyataan. Tak perduli usia atau siapa yang mengutarakan, maka jangan kaget ketika suatu saat anda mendengar anak kecil bergumam ‘aku ingin menjadi presiden!’, ‘aku ingin menjadi dokter!’, ‘aku ingin menjadi pilot’ dan lain sebagainya.
Sekilas orang tua sekarang mungkin akan mengangap itu hanya sekedar kalimat lewat khas anak-anak atau katakanlah anak itu sedang mengigau. Apalagi jika si anak berada dalam keluarga yang sederhana, membayangkan mahalnya biaya pendidikan saat ini banyak orang tua yang langsung pesimis akan cita-cita anak-anaknya. Akan tetapi Benarkah pemikiran demikian?
Sikap pesimistik orang tua tersebut bisa saja dibenarkan jika dalam kasus ini permintaan anaknya itu terjadi sebulan sebelum pendaftaran sekolah atau perkuliahan. Bagi sebagian besar masyarakat yang masih didominasi keluarga dengan ekonomi rendah, biaya pendidikan tinggi akan terasa mencekik leher. Sehingga ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Pertama orang tua akan memilih untuk meminjam uang dengan bunga yang tinggi tentunya dan akan merugikan pastinya.
Pilihan kedua lebih tragis, orang tua mungkin akan lebih memilih berdiam yang akhirnya cita-cita sang anak akan pupus begitu saja dikarenakan ketidaktersediaan dana. Kasus seperti ini akan menjadi dilemma bagi orang tua. Satu sisi orang tua tentu saja ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya, namun di sisi lain tak banyak yang bisa dilakukan orang tua karena tidak adanya persiapan untuk memenuhi kebutuhan si anak. Hubungan anak dan orang tuapun bisa-bisa menjadi tak harmonis. Padahal kasus-kasus seperti ini tak harusnya terjadi jika saja orang tua telah mempersiapkan pendidikan anak dengan asuransi pendidikan.
Semua orang tua di Negara kita ini pasti sadar bahwa biaya pendidikan itu kian tahun semakin mahal saja. Untuk yang satu ini kita pasti sepakat dan mengakuiinya. Berbanding lurus dengan ini, sebagian besar orang tua juga pasti sudah mengerti dan tahu adanya asuransi pendidikan. Utamanya mereka yang tinggal di daerah perkotaan.
Sayangnya berapa persenkah di antara mereka yang paham secara betul dan mulai langkah berani untuk mengasuransikan pendidikan anak-anaknya di masa mendatang? Pertanyaan ini yang masih sulit mendapat jawaban positif di masyarakat kita. Masih banyak masyarakat yang kurang percaya dengan asuransi sehingga selalu mengulur waktu ketika ditawarkan untuk bergabung dengan suatu asuransi tertentu. Tingkat kepercayaan sebagian masyarakat tentang investasi masih kecil, padahal untuk investasi pendidikan anak sudah semestinya orang tua sesegara mungkin memproteksinya.
Seiring waktu yang terus berputar, bulan demi bulan, tahun berganti, usia anak bertambah tentunya dan mulai menjajaki bangku sekolah. Di titik ini, orang tua mulai kaget dengan tunggakan biaya pendidikan anak yang terus menanjak seiring tingginya inflasi. Belum lagi jika memiliki anak yang cukup berpotensi atau cerdas dan selalu memilih sekolah-sekolah yang bagus untuk menuntut ilmu. Maka orang tua bisa ‘kelabakan’ dalam pembayaran uang sekolah si anak. Maka demi menyelamatkan orang tua-orang tua atau calon orang tua di masa yang akan datang dari hantaman tingginya biaya pendidikan anak, AXA Mandiri bersama Kompasiana mengadakan acara Kompasiana Nangkring yang mengangkat tema “Rencanakan Pendidikan Anak Sejak Dini”.
Rencanakan Pendidikan Anak Sejak Dini
[caption caption="Diskusi Asuransi Pendidikan Anak bersama Tejasari Asad (Perencana Keuangan dan Direktur Tatadana Consulting), Tisye Diah Retnojati (Chief of In Branch Channel AXA Mandiri) yang dimoderatori oleh Nurul Uyuy (Kompasiana)/ Doc.pri"] [/caption]