Lihat ke Halaman Asli

Sahroha Lumbanraja

TERVERIFIKASI

Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

Apa Salah Brad Pitt?

Diperbarui: 26 Oktober 2015   16:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi: c3.thejournal.ie"][/caption]

Brad Pitt, slah satu aktor papan atas Hollywood yang sudah mencuri banyak perhatian pecinta film terutama kaum hawa sejak pertengahan 1990-an dengan film perdananya berjudul Interview With The Vampire (1994). Popularitasnya semakin menjadi setelah rumor kedekatannya dengan aktris Angelina Jolie yang belakangan beradu akting bersama di film box office Mr. and Mrs. Smith di tahun 2005. Tiga tahun berlalu, Pitt juga berperan dengan begitu apik di film The Curious Cage of Benjamin Button. Lalu dia juga muncul dan sekaligus memproduseri film yang menjadi film terbaik Academy Awards 2014 bertajuk 12 Years a Slave. Tentang kebaikan hatinya tidak diragukan lagi, Pitt bersama istrinya didapuk menjadi ambassador PBB untuk berbagai kegiatan amal di belahan dunia. Pitt termasuk selebriti yang berjiwa sosial tinggi, bahkan film 12 Years a slave diproduserinya sebagai dedikasi untuk para korban praktek perbudakan di Amerika zaman dulu. Singkatnya, Pitt tak hanya popular karena kerupawanan fisiknya, namun didukung pula dengan sifat humanisnya. Terlepas dari kegagalan hubungannya dengan Jennifer Aniston sebelum bersama Angelina Jolie, Pitt tetap menjadi pria sukses yang memang memiliki banyak penggemar die hard. Namun artikel ini tidak akan membahas biografi aktor tampan ini.

Lalu apa salah Brad Pitt?

Jika Brad Pitt atau Angelina Jolie mengerti Bahasa Indonesia dan katakanlah membuka Kompasiana, maka sudah pasti bisa ditebak reaksinya membaca berbagai tanggapan miring beberapa Kompasianer yang  membicarakan kasus korupsi yang diidentikkan dengan sebuah akun yang menggunakan foto aktor tampan tersebut. Berbagai sindiran halus maupun kasar diperuntukkan untuk pemilik akun yang direpresentasikan melalui wajah si Brad Pitt. Belakangan muncul pula akun tandingan yang masih menggunakan avatar serupa dengan Brad Pitt yang semoga sensasinya  berbeda dengan pemilik akun pertama. Artikel ini tentu saja bukan membahas atau memperpanjang perdebatan tentang akun kontroversial tersebut, namun lebih ke penggunaan foto orang lain pada akun kita sendiri.

Baiklah, penggunaan media sosial saat ini memang sangat sulit diawasi. Terhubung dengan internet, maka tidak akan ada batasan apapun yang membuat seseorang mengikuti suatu jurusan atau rules tertentu. Tak ada jaminan di media sosial, orang berbicara baik di ‘lapak’ anda belum tentu kenyataannya dia memiliki ekspresi yang sama seperti yang ditulis. Demikian pula, orang menggunakan foto gadis cantik atau pria tampan di akunnya, belum tentu kenyataannya serupawan itu. Orang mengkritiki kita begitu keras di media sosial, belum tentu di alam nyata di akan sekeras itu. Tak salahlah banyak orang mengistilahkan dunia internet merupakan dunia maya atau semu yang tak akan pernah ada jaminan kesejatiannya. Maka berita tentang penipuan di media sosial bukanlah kabar baru untuk kita. Kriminalisasi online kian lama makin marak di dunia sosial seiring perkemangannya yang makin besar saja. Berapa persen orang menggunakan foto real di media sosial? Mari lebih spesifik, berapa persen kompasianer yang berani menunjukkan diri di Kompasiana ini?

[caption caption="Ilustrasi:desmogblog.com"]

[/caption]

Di berbagai media sosial, foto memang menjadi daya Tarik utama yang akan membentuk kesan terbaik bagi orang yang pertama mengunjungi profil kita. Sehingga trennya adalah orang banyak yang berlomba memasang foto selebritis atau orang-orang rupawan lainnya untuk menjerat para netizen. Maka bagi mereka yang biasanya haus akan kesempurnaan fisik yang menyambut kedatangannya akan lebih mudah tergoda dan tertipu di media sosial. Begitupun dalam memilih identitas di Kompasiana, tak sedikit orang yang belum berani untuk menunjukkan jati diri yang sebenarnya untuk merepresentasikan opininya di blog keroyokan ini. Memilih untuk menjadi penulis misterius memang hak semua orang, lalu apa salahnya?

Untuk istilah diatas, tentu saja kita semua setuju. Namun bagaimana dengan mereka yang ‘mencuri’ wajah orang lain dalam mewakili dirinya sendiri dalam berbagai opini yang dilontarkan? Seandainya apa yang dikeluarkan bermanfaat dan beresensi positif tentunya tidaklah masalah bagi orang yang ‘dicurinya’. Akan tetapi bagaimana bila pada akhirnya justru memburukkan citra orang tersebut. Katakanlah melakukan penipuan dengan menggunakan foto orang lain atau menulis sesuatu cacian/makian kepada orang lain dengan menggunakan wajah orang lain pula. Ibaratnya anda memaki si pemilik Akun Brad Pitt, nah anda sendiri menggunakan akun dengan wajah si Bradley Cooper. Atau anda menggunakan wajah si Fadli Zon untuk memaki Fahri Hamzah, Kan bisa berabe?

Memang tidak akan ada kita temukan kewajiban tertulis untuk selalu jujur di media sosial, kejujuran hanya kembali kepada setiap pribadi yang menggunakannya saja. Memilih untuk mengaburkan identitas biasanya memang dipilih mereka para penipu di internet atau para penebar kebencian di komunitas. Tetapi sebagai manusia harusnya kita memiliki kepekaan tersendiri, bagaimana jika suatu saat foto wajah kita yang digunakan orang lain untuk menipu sesama. Atau katakanlah foto kita digunakan seorang penjahat untuk menebar kejahatannya? Tentu saja kita tidak ada yang mau bukan? Maka mari memulai untuk lebih bersyukur dan menghargai apa yang diberikan-Nya kepada kita semua sebagai karunia. Baik buruknya, Inilah kita apa adanya sehingga terima saja. Tak perlu berpura-pura menjadi orang lain karena hanya akan menambah kesalahan saja dengan membawa-bawa orang lain menjadi kambing hitam.

Memilih menjadi penulis tersembunyi, silahkan mempertimbangkan tanpa foto, foto bunga, hewan atau ilustrasi apapun asalkan tidak menggunakan foto orang lain. Mulailah bertanggungjawab atas semua opini dan suara dengan tegap dan membusungkan dada dan tentu saja jangan berbicara terlalu kuat dan besar bila pada akhirnya mengkambinghitamkan wajah orang lain sebagai topeng.  Toh, semua orang memiliki hak untuk berbicara di Negara demokratis ini. Jadi jika sudah banyak orang yang mngidentikkan foto Brad Pitt dengan seorang penjahat, maka layak muncul pertanyaan Apa salah Brad Pitt? Semoga tidak ada ‘Brad Pitt-Brad Pitt’ lainnya di Kompasiana.

Salam demokratis!

 

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline