[caption caption="Ilustrasi/kompas.com"][/caption]
Punya pekerjaan yang mapan setelah menuntaskan pendidikan mungkin menjadi pilihan mayoritas masyarakat Indonesia. Walau harus menghadapi jutaan Job Seeker setiap tahunnya yang mana menciptakan persaingan yang cukup ketat untuk mendapatkan pekerjaan yang baik, profesi karyawan/pegawai tetap menjadi primadona di kalangan masyarakat. Persaingan yang ketat ini belakangan membuat orang akan menerima pekerjaan apa saja asal tidak menganggur. Menyandang status ‘pengangguran’ memang sangatlah tidak enak dan konotasinya sudah cukup negative di pandangan masyarakat. Maka tak heran jika banyak anak muda katakanlah Fresh graduate yang memilih lintas jalur dalam pekerjaan dan menerapkan prinsip ‘asal gawe, yang penting nggak nganggur’. Alih-alih mendapatkan pekerjaan yang cocok dan sesuai dengan passion, mereka kemudian menjadikan pekerjaannya sebagai rutinitas yang harus dan terpaksa dilakukan. Jika sudah demikian, progress karir akan melambat dan bahkan stuck di titik yang sama. Sadar atau tidak, orang di titik ini baru saja membangun perangkap sendiri yang membunuh kreatifitasnya dan menyiksa diri sendiri dalam sebuah keterpaksaan. Ketidakcocokan dengan pekerjaan yang semakin lama ujung-ujungnya akan membuat apapun yang dilakukan serba salah, jika terlalu dipaksakan bisa-bisa membuat stress dan menimbulkan rasa benci terhadap pekerjaan tersebut serta lingkungannya.
Mencari pekerjaan di Negara ini memang susah. Apalagi mencari jenis pekerjaan yang sesuai dengan Passion. Kondisi yang terjadi di atas tentu saja banyak dialami oleh orang-orang yang memilih bekerja di luar Passionnya. Namun bagaimana rasanya jika memiliki usaha yang sesuai dengan passion sendiri? Siapa yang tidak akan senang menjadi Passionpreneur yang melakukan ‘hobby’ dan menjadikannya sumber penghasilan? Inilah yang coba digalakkan dalam acara Kopdar Bebas Berbagi yang merupakan kerjasama FWD Life bersama blogger termasuk Kompasiana dalam kegiatan yang dilaksanakan di Kopitiam Tan-SCBD lot.8 Sabtu lalu (19/9). Acara inspiratif yang diikuti oleh puluhan blogger dari berbagai komunitas tersebut menjadi gerakan persuasive terutama bagi kaum muda untuk berani mengkreasikan passion menjadi peluang bisnis. Dengan dihadiri oleh beberapa passionpreneur di berbagai bidang termasuk sejumlah expert passion, kegiatan ini mampu menyedot perhatian peserta untuk berinteraksi dan mencari tahu lebih banyak tentang peluang yang berawal dari hobby.
Kegiatan diawali dengan perkenalan lima kandidat Passionpreneur yang diperlombakan untuk mencari tiga pemenang yang akan mendapatkan bantuan dana dari investor yang juga diundang untuk menyaksikan presentasi bisnis dari kelimanya. Muda, kreatif dan berani itulah yang menggambarkan kelima anak muda yang muncul di sore itu. Anggia membuka kompetisi dengan mengenalkan sebuah aplikasi yang diberinya nama PLUA. Passionnya mengotak-atik web dan programming mendorongnya untuk mengangkat pengembang aplikasi ini menjadi ide bisnisnya. PLUA ini ditujukan sebagai aplikasi penyedia peluang bisnis dimana lewat aplikasi ini, pembeli dan penjual dapat bertemu dan peluang bisnis antar klient yang cocok dapat bertemu secara real time melalui aplikasi ini. Lalu ada Fitri Kumala yang hobby dan memiliki bakat bernyanyi mempresentasikan ide bisnisnya berupa manajemen talent yang disebutnya ‘Starwannabe’. Untuk yang satu ini memang cukup akrab di telinga kita, karena begitu banyak management talent di Indonesia, jadi tentu saja bukan hal yang baru. Menyusul ada Alicia yang memiliki passion public speaking atau MC. Alicia mengenalkan ide bisnisnya ‘Rumah MC’ yang akan menampung orang-orang yang berbakat menjadi raja/ratu acara. Dan kemudian menjadi penyalur talent-talent tersebut.
[caption caption="Para Pemenang Kompetisi Ki-ka, Anggia, Alicia, Ignatius (doc)"]
[/caption]
Ignatius menjadi anak muda keempat yang tampil mempresentasikan ‘Kulit Kayu’ sebagai ide bisnisnya. Dengan pemanfaatan kayu bekas penutup botol wine, Ignatius memanfaatkan Passionnya untuk berkreasi membentuk aneka fashion items seperti dompet hingga tas. Rinda menutup presentasi tersebut dengan ide Starbooksnya yang mana berupa kafe dengan tawaran kopi local. Semangat kelima pemuda/I yang passionate ini kemudian mendapatkan penilaian dari expert passion dan investor yang kemudian mengantarkan Rumah MC menjadi juara 1, PLUA runner-up dan Kulit Kayu sebagai juara tiga. Ketiga anak muda ini berhak mendapatkan bantuan dana dari investor yang hadir saat itu.
Tak hanya kompetisi, Kopdar yang berlangsung kurang lebih empat jam tersebut juga menggelar Talkshow on location yang menghadirkan testimony Passionpreneur yang telah sukses dalam dunia bisnis. Sebut saja Yuka Harlanda dengan Brodo Footwearnya dan Pemenang FWD Life, Leonora Adelia dengan Travass Lifenya. Kedua anak muda ini memulai bisnis dengan cara yang terbilang menarik dan unik. Sebut saja Yuka yang mengubah masalahnya menjadi ide usaha. Memiliki ukuran kaki yang besar membuatnya selalu kesulitan mencari ukuran sepatu yang pas, idenya untuk membuat Brodo Footwear ini pun muncul dari permasalahan alumni Teknik Sipil itu. Dengan menyuplai ukuran sepatu yang besar dengan kreatifitasnya, Yuka sukses dengan usahanya hingga saat ini. Lalu ada Adelia yang hobby traveling dan Jepret-jepret akhirnya sukses dengan Jasa Travel premiumnya bertajuk travass Life. Cukup sampai di situ? Talkshow tersebut semakin menarik dengan hadirnya Dedy Dahlan yang notabene Founder Passionpreneur Academy. Lewat kalimat-kalimat motivasi miliknya, Dedy sukses menyemangati para peserta. Fokuslah terhadap apa yang disukai dan selanjutnya kembangkan menjadi peluang menjadi salah satu kalimat penting yang ditekankannya. Selain Dedy, hadir pula Paul Setio Kartono dari FWD Life yang tak kalah inspiratif dengan kalimat-kalimat motivasinya. Talkshow yang dipandu oleh Dolly Lesmana inipun diakhiri setelah sesi Tanya jawab dari peserta dengan expert yang tuntas memuaskan rasa penasaran blogger yang hadir saat itu.
[caption caption="Dedy Dahlan saat mengumumkan Pemenang/doc"]
[/caption]
Menemukan passion memang mudah, siapa sih yang tidak memiliki bakat atau titik suka pada sesuatu. Manusia pasti memiliki sesuatu yang selalu dilaksanakan dengan senang hati. Semua orang mungkin akan melakukan hal yang disukainya bahkan tanpa diminta atau diimingimingi apapun. Namun berapa persenkah orang yang berani menjamin hidupnya hanya dengan mengandalkan passion. Misalnya anda memiliki pekerjaan sekarang yang tidak sesuai dengan passion, apakah akan cukup berani meninggalkannya dan mulai memikirkan peluang bisnis yang sesuai dengan passion? Ini tentu saja menjadi pertanyaan yang sulit. Memang tak hanya bermimpi dan bercita-cita, menjadi passionpreneur itu butuh keseriusan dan tentu saja realistis dengan permintaan pasar. Maka salut untuk mereka yang kini sudah sukses menggeluti bisnis sendiri yang terlahir dari passion. Melakukan sesuatu yang disukai dan mendapatkan uang untuk hal tersebut tentu saja sangat menyenangkan. Walau tak banyak orang yang sudah melakukannya, namun Dengan keuletan dan insting bisnis yang kuat rasanya bukan tidak mungkin kita semua mampu menjadi passionpreneur yang hebat suatu saat nanti.
[caption caption="Penampilan Jakarta Pad Project(/doc)"]
[/caption]
Kegiatan Kopdar Bebas Berbagi #UnstoppableIndonesia ini menjadi satu rangkaian acara menarik dan inspiratif yang dihadiri Kompasianers. Dengan menjadi peserta, kegiatan ini seakan mampu membuka cakrawala berpikir para blogger untuk mulai memikirkan lebih serius potensi bisnis apa yang bisa diciptakan dari suatu Passion. Jika selama ini passion hanya ditujukan untuk kesenangan semata, maka melalui Kopdar ini mindset seakan diubah untuk mulai menjajaki peluang apa yang mungkin mampu mendatangkan uang dengan memanfaatkan passion. Acarapun semakin menarik dengan kehadiran Jakarta Pad Project yang menghibur peserta sore itu dengan iringan musik lagu-lagu hits. Kompetisi Live tweet tentang acara tersebut dan doorprize juga turut memeriahkan Kopdar bebas berbagi kali ini. Banyaknya sisi positif dari Kopdar kali ini memunculkan harapan semoga semakin banyak lagi acara sejenis yang mampu memperluas wawasan Kompasianers.