Ada apa di Manila?
Indonesia Punya Angkot, Manila Punya Jeepney
Memiliki kesempatan untuk berkunjung ke Negara lain memang menjadi impian sebagian besar masyarakat. Hal ini tak berlebihan mengingat banyaknya pengalaman baru yang akan diperoleh saat berada di suatu lingkungan yang benar-benar baru untuk kita. Mulai dari suasana baru, adat/kebiasaan, hingga pergaulan baru di Negara lain sedikit banyaknya akan mampu membuka cakrawala berpikir kita tentang betapa luasnya dunia dan ingin rasanya menginjakkan kaki di berbagai belahan dunia selagi hayat masih dikandung badan. Akan selalu ada hal baru yang kita pelajari dari negeri orang dan setidaknya akan menjadi referensi apabila sedang mencari komparasi dengan negeri sendiri. Tak peduli sedekat apa jarak yang kita tempuh, dan seberapa jauh kita melangkah keluar dari negeri sendiri akan selalu ada hal menarik tentang daerah yang kita kunjungi. Dan kali ini saya ingin berbagi pengalaman tentang negerinya Corrazon Aquino, Filipina yang dikunjungi beberapa waktu lalu.
Pertama menginjakkan kaki di bandara NAIA (Ninoy Aquino International Airport), Manila, tak ada yang special. Infrastruktur bandara masih sangat jauh dari kualitas Kuala Namu International Airport dan bahkan Soetta masih lebih bagus dari bandara di sana. Memasuki daerah perkantoran di Ortigas square di Pasig City yang hampir sama dengan kawasan SCBD Sudirman, juga tidak ada yang istimewa. Singkatnya infrastruktur di Manila tak lebih bagus dari Jakarta. Malah bisa dibilang, Jakarta masih terkesan lebih maju dari Manila. Yah, walaupun 1 peso masih harus mengumpulkan lebih kurang 300 rupiah. Tapi dengan siapa sih mata uang kita menang? Baiklah, saya tidak akan membahas mengenai kurs di sini. Jika menilik bangunan di sana, saya masih akan lebih tertarik mengamati gedung-gedung di Jakarta. Masalah kerapian jalan juga tak berbeda dengan Jakarta, selain dihiasi spanduk-spanduk iklan yang ditempeli di pinggir jalan, kemacetan juga sangat buruk di sana. Tak hanya di jam kerja, di hari Minggu saja bisa terjadi kemacetan parah. Ini jelas menunjukkan buruknya transportasi di sana. Sama halnya dengan jalanan Indonesia yang dihiasi beragam angkot, metromini, becak dan sebagainya. Manila juga memiliki angkutan umum yang beraneka ragam. Satu yang unik adalah angkutan umum Manila adalah 'jeepney'. Moda transportasi ini sudah ada sejak dulu dan merupakan satu ikon transportasi di sana. Jeep-jeep yang dimodifikasi sedemikian rupa ini siap mengantarkan pengunjung berkeliling kota dengan harga yang murah meriah.
Bahasa utama warga Filipina (disebut Pinoy) adalah Tagalog. Namun tak perlu ragu masalah Bahasa ketika berada di sana. Hampir semua Pinoys mengerti dan bisa berbahasa Inggris. Mulai dari penjaga warung, penjual kopi, rumah makan hingga orang di pinggir jalan yang kita temui pasti bisa berbahasa Inggris, utamanya di Manila. Jadi ini jelas akan mempermudah turis untuk berkomunikasi di sana. Hal ini sekaligus menjadi salah satu keunggulan Filipina dibanding Indonesia. Tak bisa dipungkiri, masih banyak WNI yang masih kesulitan dalam menggunakan Bahasa Inggris dengan berbagai alasan. Tidak tahu, ragu-ragu, malu hingga takut dibully. Walau kita sangat mencintai Bahasa persatuan, tetapi kita tak boleh menyangkal eksistensi Bahasa Inggris sebagai Bahasa Internasional bukan? Dan ngomong-ngomong beberapa kata dalam Tagalog hamper sama dengan Bahasa Indonesia. Rasanya akan sangat mudah bagi warga Indonesia belajar Bahasa Tagalog.
Apa yang kita temukan di pinggir jalanan di Manila? Puntung rokok! Manila tak menyediakan ruang untuk merokok di dalam gedung. Jadi para perokok akan turun ke pinggir jalan untuk memuaskan diri. Sayangnya tak semua perokok tertib membuang puntung rokoknya ke bak sampah, sehingga tak heran bila banyak kita temui puntung rokok di jalanan. Jadi sampahnya kemungkinan besar didominasi oleh puntung rokok. Hal ini sebenarnya bagus bagi mereka yang tinggal di ruangan, namun bagi para pejalan kaki akan otomatis menjadi perokok pasif saat melewati para perokok tersebut. Asap yang diproduksi perokok ini akan sangat mengganggu bagi mereka yang anti rokok.
Perokok menghiasi pinggiran jalan Manila
Tak hanya puntung rokok, di Manila juga akan kita temui polisi hingga satpam yang berdiri lengkap dengan senapan yang selalu siaga di tangannya. Ketika memasuki mall atau tempat-tempat sejenis kita akan diperiksa layaknya masuk ke ruang tunggu bandara. Tas (barang bawaan) kita hingga badan akan diperiksa, jadi jangan terkejut ketika pertama kali memasuki mall di sana. Dan hebatnya lagi, satu toko akan memiliki satu satpam khusus yang lengkap dengan senapannya. Jangan menyebrang ke suatu tempat melalui parkiran, karena mungkin lebih dekat karena akan ditegur oleh satpam yang menjaganya. Satpam Everywhere menjadi bukti tingginya tingkat sekuritas di Manila.
Satpam di Manila
Berbicara mengenai traveling tentunya tak seru bila tak membahas kulinernya. Cara pengolahan makanan di Negara ini tak jauh berbeda dengan Indonesia yang penuh dengan bumbu. Sayangnya semua makanannya diolah lebih manis, bahkan untuk makanan yang mereka sebut pedas. Makanan Yogya bahkan lebih pedas. Jelas bagi pencinta cabe dan makanan pedas, Negara ini tidak direkomendasikan. Dan saya sendiri masih jauh memfavoritkan makanan di sini daripada apapun di Manila. Adapun rate makanan standar (pinggiran) di sana adalah kisaran 65 peso = Rp.19000 untuk sekali makan.
Makanan Pinggiran di Manila
Sayangnya, cukup susah mencari makanan halal di Manila, jadi bagi saudara muslim mungkin akan sedikit berhati-hati dalam memilih makanan. Apalagi bila mencari lambang Halal atau MUI, mungkin hanya dijumpai di restoran yang jumlahnya juga tak banyak. Tetapi pasti ada. J . Seperti restoran Halal di Manila yakni Persia Grill di SM Megamall atau New Bombay di Podium Mall di Pasig. Salah satu restoran cepat saji yang paling popular di Manila adalah Jolibee yang memang menyuguhkan makanan seperti burger, spaghetti,chicken dengan harga lebih murah dibanding restoran sejenis seperti Mc Donald atau KFC. Entah mengapa makanan di restoran ini justru lebih baik dari yang lainnya.
Restoran Ppopular dan Murah di Manila
Tempat souvenir mungkin akan menjadi tujuan akhir menjelang kembali ke tanah air. Ada satu toko popular yang khusus menjual souvenir dari Filipina yakni Kultura. Selain kaos- kaos bertuliskan Filipina tak ada yang unik untuk dijadikan buah tangan. Memang asih jauh lebih baik tempat wisata di negeri tercinta yang selalu lengkap dengan souvenir-souvenir menariknya. Sayang saja, kurang diperhatikan dengan serius oleh pemerintah.
Secara keseluruhan suasana, udara, langit dan semuanya masih lebih baik di Indonesia tercinta. Apalagi bila membandingkan makananya. Indonesia tak ada duanya! Itulah sedikit gambaran tentang negeri Filipina barangkali akan sedikit memberikan gambaran bagi mereka yang hendak berkunjung ke sana. Pesan saya jangan lupa bawa cabe rawit banyak-banyak saat ke Filipina dan anda tak akan kehilangan selera makan! :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H