Lihat ke Halaman Asli

Sahroha Lumbanraja

TERVERIFIKASI

Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

Ups...Caisar Kebablasan di YKS

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13905006291498281212

[caption id="attachment_317790" align="aligncenter" width="300" caption="detik.com"][/caption] Jika ditanya cara televisi paling fenomenal setahun terakhir, pasti yang pertama disebut adalah YKS. Tetapi jika ditanya juga acara televisi paling banyak mengundang respons negative dari pemirsa televisi pasti tidak sedikit juga yang menjawabnya dengan YKS. Acara yang menjadi andalan dari Trans Tv ini memang sangat menuai banyak kritik walaupun di awal kemunculannya pada saat bulan puasa tahun lalu banayk dinanti. Pasalnya konsep acara yang semakin ngawur dan terlihat seperti kehilangan arah atau genre. YKS yang berawal dari Yuk Kita Sahur ini menjadi tontonan segar menemani sahur tahun lalu, kemudian berubah menjadi Yuk Keep Smile karena rating dan share yang tinggi walaupun ditayangkan striping. Karena jadwal tayang yang terlalu kebanyakan ini juga mungkin yang membuat konsep acara yang tidak kreatif dan terkesan dipaksakan. Hingga muncullah konsep lawakan lempar tepung, gaya banci dan wiq aneka warna ala Janeta Janet.

Seperti episode yang saya tonton kemarin (23/01/2014), jari saya terhenti di acara tersebut setelah mendengar Judika menyanyikan lagu Oplosan versi bahasa Batak. Saya tertarik menontonnya dan memutuskan untuk menahannya lebih lama sekaligus menikmati suara rock ala Judika. Namun tidak beberapa lama kemudian, terjadi pemandangan yang tidak mengenakkan bahkan bisa dikatakan tidak layak tayang. Namun karena acara ini langsung(Live), maka tidak ada sensor atau editing. Seperti biasa karena kehabisan ide mungkin, Denny Cagur yang saat itu membawakan acara mengadakan battle antara beberapa Kru Trans Tv versus Soimah dan kawan-kawan. Kru-kru yang memang berbeda dari kru televisi lain dalam hal ini sangat bersemangat tampil di depan kamera,menantang para artis pengisi acara untuk melakukan beberapa aksi. Seperti menabuh drum, gendang, menyanyi sampai membawa acara. Battle ini memakan waktu yang cukup lama. Jadi para kru-kru yang seyogyanya bekerja di balik layar tersebut tampil berlama-lama depan kamera sama seperti artis pengisi acara. Tentunya tidak ada yang salah tentang itu, Kruk an manusia. Jadi Kru ‘Ngartis’, No Problem dong!

Pemandangan yang buruk itu terjadi ketika ikon dari YKS ini, yakni Caisar yang berkostum ala raja romawi ditantang untuk  free style dance. Caisar dengan wajahnya yang diatur sedemikian seramnya supaya terlihat lucu melakukannya diiringi musik dance. Entah sadar atau tidak menggunakan baju bermodel dress tanpa celana, Caisar melakukan salto ke depan sehingga bajunya terangkat dan pemandangan itupun terjadi. Malu dengan hal tersebut yang hampir saja menjadi tindakan berbau porno tak disengaja, Caisar malah mengulanginya lagi tetapi menjauh dari kamera. Tetap saja kelihatan. Walau kebalasan Caisar ini hanya berlangsung beberapa detik, tetapi pasti sangat banyak yang menyaksikannya melihat rating dan share acara ini yang tak turun-turun. Saya sendiri langsung mengganti channel mencari mana tau ada tayangan yang lebih waras lagi humornya.

Mungkin sudah banyak artikel kritik terhadap acara ini bahkan sampai-sampai di jejaring sosial muncul gerakan memboikot tayangan YKS. Sudah pernah juga mendapatkan teguran dari KPI. Namun sepertinya beberapa hambatan tersebut tidak berpengaruh terhadap penayangan YKS. Jelas saja demikian, wong studionya tiap hari penuh bahkan antri untuk menonton YKS dan mungkin saja Trans Tv tidak rela melepaskan YKS begitu saja bisa-bisa kehilangan pemirsa setianya dan penonton yang bahkan telah menjadi member tetap YKS.

Walau acara yang semakin sembrawut, sebenarnya YKS termasuk sukses memperkenalkan kembali lagu-lagu daerah dan bahasa-bahasa daerah yang sering mereka gunakan saat tayang. Bahkan bisa dikatakan, YKS merupakan acara televisi yang berhasil mengangkat music dangdut kembali popular di negeri sendiri. Namun perlu saringan untuk menyehatkan materi yang ditayangkan. Termasuk presenter yang berbondong-bondong sekali tayang dan tidak jelas perannya serta lawakan yang dipaksakan. Memang benar menonton televisi adalah seperti membuka lemari pakaian, mengambil apa yang disukai untuk dipakai , mengacuhkan yang tidak disukai dan menutupnya saat tidak ada yang disukai. Namun Susana pakaian di dalam lemari itupun semuanya harus sesuai standard dan semuanya astinya sudah bisa dipakai. Demikian juga dengan tayangan televisi, menonton atau tidak adalah pilihan. Namun karena sudah menjadi fasilitas public, tayangan televisi harus mengikuti kaedah dan aturan sebagai kelayakan tayang. Akhirnya, semoga YKS semakin bisa menyaring apa yang pantas ditayangkan demi kualitas siaran dan dapat menginspirasi banyak orang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline