Lihat ke Halaman Asli

Sahroha Lumbanraja

TERVERIFIKASI

Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

Pol Tracking: Jusuf Kalla dan Jokowi, Capres Potensial versi Profesor Indonesia

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13956036441672120520

[caption id="attachment_328101" align="aligncenter" width="300" caption="JK dan JKW (jusufkalla.info)"][/caption]

Pemilihan Umum yang akan diselenggarakan di tahun ini mencakup pemilihan anggota Legislatif dan Pemilihan Presiden. Diawali dengan Pemilihan Legislatif di bulan April, pemilihan Kepala Negara yakni Presiden akan menyusul di bulan Juli mendatang. Beberapa nama tokoh politik telah mendeklarasikan diri menjadi Calon Presiden (Capres) yang diusung oleh berbagai Partai Politik. Nama-nama yang santer terdengar seperti Aburizal Bakrie, Wiranto, Jokowi, Hatta Rajasa, hingga sejumlah calon presiden konvensi partai Demokrat hampir tiap hari menghiasi pemberitaan di media-media. Profil dan perilaku tokoh-tokoh ini menjadi menarik diikuti mengingat keingintahuan masyarakat tentang karakter calon yang akan memimpin bangsa ini selama lima tahun ke depan.

Berbagai pro dan kontrapun bermunculan akan hal pencapresan tokoh di atas. Setiap lapisan masyarakat memiliki pola pikir tersendiri mengenai seorang tokoh. Maka tak heran, masing-masing Capres memiliki fans yang berbeda-beda. Bukan hanya Capres-capres yang saling sentil-menyentil dan mencoba saling menjatuhkan, panasnya Politikpun mulai merembes kepada penggemar masing-masing Capres yang pada akhirnya terlibat dalam debat kusir berkepanjangan. Setiap orang bisa jadi mengunggulkan pilihannya dalam memperebutkan kursi di Istana. Sehingga bermunculan prediksi yang berbeda-beda tentang siapa yang akan menduduki jabatan pimpinan tertinggi di negara ini untuk periode 2014-2019 mendatang.

Prediksi Capres adalah suatu bentuk rasa penasaran masyarakat tentang siapa yang berpeluang besar dalam pemenangan Pemilu tahun ini. Rasa penasaran masyarakat ini menggugah beberapa pihak ataupun lembaga untuk mengadakan survey kelayakan tokoh yang mendeklarasikan diri menjadi Capres. Hasil survey bisa juga menjadi referensi masyarakat dalam menentukan pilihannya nanti. Maklum saja masyarakat yang tidak mengenal secara dalam Capres, perlu memiliki referensi dan bahkan rekomendasi untuk pilihan mereka. Walau banyak survey dicurigai masyarakat sebagai ulah beberapa Parpol demi mendulang popularitas, tetapi tidak ada salahnya melirik hasil survey. Karena toh, tak semuanya dipolitisasi kan? Lagipula, akan tampak jelas bagaimana hasil survey yang dipolitisasi pasti akan mengarah pada okoh sentral suatu Parpol yang terlalu dilebih-lebihkan. Masyarakat cukup cerdaslah untuk menilai bagaimana hasil suatu survey.

Setelah beberapa bulan lalu, berbagai lembaga survey telah merilis hasil surveynya tentang Capres yang paling dominan elektabilitasnya. Kini giliran Pol trackin institute yang merilis survey teranyar tentang siapa Capres paling layak memimpin Indonesia. Survey yang bertajuk Mengukur kualitas personal para Kandidat Capres-Cawapres 2014 ini mengambil 330 orang Profesor yang berasal dari 33 provinsi di Indonesia. Guru besar yang berasal dari berbagai Ilmu, seperti Politik, Ekonomi, Sosial hingga teknik ini menjadi responden. Dari hasil survey yang dilaksanakan sejak 3 Februari 2014 hingga 10 Maret 2014 ini menempatkan mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla (JK) di posisi paling wahid dengan nilai 7.7. JK dianggap paling potensial diantara 25 nama lain yang dianggap mampu menjadi Presiden dengan nilai 6 ke atas . Menyusul JK, Capres PDI-P Jokowi tampil dengan total skor yang beda tipis dengan JK, yakni 7,66. Kemudian ada Mahfud MD (7,55), Wiranto ( 7.09), Prabowo Subianto (7.08), Dahlan Iskan (6.97), Tri Rismaharini (6,84), Surya Paloh (6,81), Yusril Ihza Mahendra (6,72),  Aburizal Bakrie (6,70), Basuki Tjahaja Purnama (6,69),  Anies Baswedan (6,61),  Hatta Rajasa (6,56), Akbar Tanjung (6,39), Megawati Sukarnoputri (6,39), Hidayat Nurwahid (6,33), Gita Wirjawan (6,18), Marzuki Alie (6,18), Syahrul Yasin Limpo (6,16),  Sutiyoso (6,15), Endriartono Sutarto (6,09), Isran Noor (6,07),  Suryadharma Ali (6,06), Pramono Edhie Wibowo (6,04), Hary Tanoesoedibjo (6,00).

Survey ini menilai tokoh politik berdasarkan 7 poin, yakni : integritas, visi dan gagasan, leadership dan keberanian mengambil keputusan, kompetensi dan kapabilitas, pengalaman dan prestasi, kemampuan memimpin pemerintahan dan negara serta kemampuan memimpin koalisi partai politik di pemerintahan. Professor yang menjadi responden melakukan survey dengan metode Focus Group Discussion (FGD) dengan membahas satu per satu tokoh.

Seperti survey biasanya Jokowi tetap bertengger di posisi teratas bersama JK. Popularitas dan kelayakan Jokowi menjadi RI-1 sepertinya bukan hanya keinginan rakyat awam saja bahkan secara penilaian kualitas menurut pakar pun Jokowi layak menggantikan SBY. Capres Gerindra, Prabowo yang dalam survey biasanya mengekor di belakang Jokowi justru disalip oleh Mahfud MD versi pilihan Profesor-profesor ini. Pesona Aburizal Bakrie yang sudah sejak tahun lalu mengumandangkan pencapresannya malah kalah oleh kualitas Walikota Surabaya, Tri Rismaharini. Pramono Edhie yang digadang-gadang akan menjadi pemenang konvensi justru berada di posisi 2 terbawah. Dahlan Iskan menjadi Capres Konvensi dengan nilai paling tinggi untuk survey ini.

Survey ini sebenarnya menyajikan 35 nama, tetapi yang dianggap lolos atau pantas menjadi Capres yang berkualitas hanya 25 dengan batas nilai 6. Sedangkan Capres terburuk yakni di posisi 35 pilhan survey ini jatuh kepada raja dangdut, Rhoma Irama yang pernah terkabarkan akan menjadi Capres dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Seperti yang tertera pada websitenya di poltracking.com, Poltracking sendiri merupakan suatu lembaga yang berupaya menjadi pusat kajian politik mengenai demokratisasi dan pelembagaan institusi-institusi demokrasi. Secara berkala lembaga ini menyajikan riset tentang kajian politik (Politic research), Monitoring Opini Publik (Public Opinion Monitoring) dan Pendidikan Publik (Public Education). Terkait hasil survey terbaru yang dikeluarkannya ini bisa jadi suatu referensi bagi pemilih yang belum menentukan atau menemukan calon presiden yang akan dicoblos nantinya. Menggunakan responden orang terpelajar, dalam hal ini professor menjadi standar kualitas hasil suatu survey. Tapi tetap saja tak menjamin terhadap kualitas kepemimpinan tokoh yang memimpin jajaran hasil survey. Namun demikian apapun itu, mari mengenali dulu sejarah dan track record Capres sebelum menentukan pilihan, agar kelak tidak menyesal dan tidak banyak demo anarkis jika kebijakan pemerintahannya tidak sesuai. Semoga di tahun ini hasil pemilu memunculkan tokoh yang benar-benar mau berjuang untuk rakyat. Tanpa intervensi parpol atau golongan tertentu. Dan semoga masyarakat berpartisipasi dan menggunakan hak pilihnya untuk Indonesia yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline