salah satu scene Sinetron (ytimg.com)
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) beberapa waktu lalu merilis 10 program acara televisi yang tidak layak tayang, alasan banyak mengandung konten kekerasan dan minim tayangan edukatif di tiap tayangannya menjadi pertimbangan kuat masuknya beberapa program tv yang dinilai tak layak tayang ini. Daftar yang dikeluarkan KPI kali ini diisi oleh sinetron dan Film Televisi (FTV) yang memang menjadi program unggulan stasiun televisi. Berikut ini sepuluh sinetron yang dinilai tidak layak tayang versi KPI dirilis 14/5/2014:
1.Ganteng-Ganteng Srigala SCTV
2.Diam- Diam Suka SCTV
3.Sinetron Ayah Mengapa Aku Berbeda RCTI
4.Sinetron Pashmina Aisha RCTI
5.Sinema Indonesia ANTV
6.Sinema Akhir Pekan ANTV
7.Sinema Pagi Indosiar
8.Sinema Utama Keluarga MNC TV
9.Bioskop Indonesia Premier Trans TV
10.Sinetron ABG Jadi Manten SCTV
Sinetron yang sejak dulu telah menjadi program andalan televisi memang tidak ada matinya. Sejak lama Sinetron telah merajai rating-rating tertinggi untuk semua jenis program televise lain seperti Kuis, Reality Show atau acara Talkshow. Beberapa judul sinetron yang sukses diantaranya: Tersanjung, Keluarga Cemara, Pernikahan Dini, Cinta Fitri hingga yang sekarang masih tayang Tukang Bubur Naik Haji dan Emak Ijah Pengen Ke Mekkah. Maka tak heran, Tim produksi stasiun televisi Indonesia tak bosan-bosannya menghadirkan program sinetron. Semakin banyak penonton maka akan semakin panjang pula episodenya. Ceritanya kemudian tidak akan fokus lagi dan bahkan akan bertele-tele dan melenceng dari cerita awal. Tetapi masih saja ada beberapa lapisan masyarakat yang menanti kehadirannya, maka produksi sinetron di Stasiun televise tanah airpun kian menjamur tiap tahunnya.
Sayangnya kuantitas produksi sinetron tidak sejalan dengan kualitasnya. Atau mungkin terlalu muluk jika mengharap kualitas dari alur cerita yang sebenarnya seirama dan bias ditebak walaupun produksinya banyak. Sinetron yang dihadirkan berbagai rumah produksi di televise nasional mengambil cerita atau tema yang sama, hanya saja berbeda judul. Singkatnya, Produksi sinetron yang banyak hanya judulnya saja. Masalah tema atau alur cerita hanya berputar pada hal yang sama. Percintaan anak Sekolahan yang mengambil latar sekolah dengan meniadakan kegiatan belajar, tontonan anak-anak SMP atau SMA dengan rok mini dan kehidupan hedonis, bullying antar murid-murid sekolahan atau bahkan penyiksaan terhadap tokoh pemeran orang miskin hingga anak yang tertukar menjadi tema yang diangkat hampir semua judul sinetron di tanah air.
Tak hanya sinetron, Film Televisi (FTV) yang ditayangkan tak kalah ‘heboh’nya. Judul-judul bombastis yang menyeramkan sengaja dibuat untuk menarik penonton. Beberapa diantaranya: ‘Mama, Jangan Rebut suamiku, Aku jadi pembantu istriku, Setan Budeg dan lain sebagainya. Biasanya Ftv ini hadir di Indosiar atau Transtv. Entah mengapa judul-judul tersebut rasanya terlalu berlebihan dan bahkan terkesan lebih menyeramkan daripada film-film Horor Hollywood. Sementara itu FTV yang dihadirkan SCTV yang biasa mengangkat tema-tema ringan masih terbilang aman dan normal.
Salah satu surat teguran KPI yang tidak tergubris sama sekali (kpi.go.id)
Lihat teguran lengkapnya yang diberi tenggat waktu satu minggu di sini.
Kembali ke penilaian KPI terhadap 10 program televisi yang tidak layak tayang di atas. Beberapaprogram tersebut menjadi program unggulan di stasiun televisi yang menyiarkannya. Sebut saja sinetron Diam-Diam Suka di SCTV yang berlatar kehidupan anak-anak SMA hingga kuliah. Sinetron ini dihiasi tindakan bullying dan kehidupan pemeran-pemerannya yang jauh dari kata anak Sekolahan. Tidak aka pernah dijumpai acara belajar atau pakaian ala sekolah normal. Ini menjadi salah satu alasan KPI menilai sinetron unggulan SCTV ini tidak layak tayang. Tapi kenyataanya, Sinetron ini masih eksis hingga sekarang (30/5). Sinetron unggulan lain yang sekarang lagi hits ditayangkan oleh SCTV juga yakni Ganteng-Ganteng Serigala juga menceritakan kehidupan anak sekolahan namun sekolah ini memiliki murid-murid jelmaan serigala dan vampire yang menyamar. Layaknya di film saga Twilight (mungkin terinspirasi dari ini) murid-murid Serigala dan vampire ini bermusuhan. Tak jarang scene-scene pertarungan keduanya menggunakan seragam sekolah dan bahkan pernah mempertontonkan adegan memakan kelinci hidup-hidup! Menggunakan seragam sekolahnya. Tetapi sekali lagi, sinetron ini masih tetap eksis hingga sekarang.
Tak jauh berbeda dengan delapan tayangan lain yang dilansir oleh KPI. Semuanya masih eksis di televise yang menayangkannya. Penilaian KPI ini benar-benar tak berpengaruh dan tampaknya ditolak mentah-mentah.
Sebenarnya sangat disayangkan, KPI sebagai lembaga Negara yang berfungsi sebagai lembaga pengawas dan penentu tolok ukur kelayakan suatu tayangan televisi tak cukup memiliki kewibawaan untuk menentukan arah siaran pertelevisian Indonesia. Ketidak-tegasan KPI menjadi keleluasaan pelaku media yang mengutamakan bisnis profit tanpa memperdulikan kualitas dan efek samping dari tayangan tersebut. Maka tak heran, banyaknya kasus kekerasan hingga pembunuhan yang dilakukan oleh remaja sebagai bukti rusaknya mental bangsa ini. Tontonan perencanaan pembunuhan di sinetron-sinetron justru banyak diaplikasikan remaja untuk melakukan tindakan-tindakan tidak manusiawi yang belakangan ini mencuat ke permukaan.
Efek dari tontonan yang disajikan stasiun televisi mungkin tidak secepat rasa kenyang setelah makan. Tetapi hal ini tentu tidak dapat diremehkan. Disinilah diperlukan adanya saringan (filter)untuk menjamin kualitas sebagai kelayakan suatu program televisi untuk di-on airkan. Karena tidak bisa dipungkiri, Media khususnya televisi sangat potensial dijadikan acuan dan percontohan. Saat KPI tidak digubris lagi, maka siapa yang dapat diharapkan lagi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H