Lihat ke Halaman Asli

Sahroha Lumbanraja

TERVERIFIKASI

Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

Mahabrata, Mahadewa dan ANTV Awal Televisi Nasional Menjadi Televisi ReRun Asing!

Diperbarui: 20 Juni 2015   02:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi menonton (image/shutterstock.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="450" caption="Ilustrasi menonton (image/shutterstock.com)"][/caption] Menjadi Official Partner yang memegang hak siar penayangan FIFA World cup 2014 memang kebanggaan tersendiri bagi ANTV. Dengan menayangkan 64 pertandingan antar Negara memperebutkan trofi paling bergengsi di cabang olahraga sepakbola, ANTV secara otomatis meraih perhatian luar biasa dari masyarakat Indonesia terkhusus pencinta Bola. Hal ini sekaligus mengantarkan ANTV menjadi televisi yang paling banyak ditonton dan menjadikannya televisi peraih rating tertinggi di Antara stasiun televisi nasional lainnya saat ini. Namun, tentu saja tak hanya FIFA world Cup yang menaikkan rating ANTV karena TV One juga menyiarkannya. Berbagai program acara seperti serial Mahabrata, Mahadewa hingga animasi Marshaand The Bear turut mendongkrak popularitas ANTV. Maka dengan penuh percaya diri, ANTV mendeklarasikan diri sebagai Televisi Nomor 1 di Indonesiadan mempublikasikannya di Harian Kompas edisi Jumat 20 Juni 2014 lengkap dengan data Survey pengukuran Kepemirsaan TV oleh lembaga Survey The Nielsen Company.

Kebanggaan ANTV sebagai televisi nomor satu di Indonesia tentunya wajar saja mengingat persaingan program televisi di tanah air sangat ketat saat ini. Trans Tv yang sebelumnya memimpin rating Televisi dengan YKS, Indosiar dengan D’Academy, SCTV dengan Sinetron atau FTV dan RCTI dengan ajang pencarian bakatnya menjadi televisi-televisi yang dipenuhi oleh program-program unggulan. Bahkan selama ini, ANTV sangat jarang memiliki Program yang mampu mengukir rating dan bersanding dengan acara-acara RCTI atau Trans Tv.  Namun ketika ANTV mencoba menayangkan serial televisi dari negeri bollywood, animo masyarakat sangat tinggi dan pada akhirnya mengantarkannya memuncaki daftar rating televisi. Mahabrata membuka awal kesuksesan Antv mengirimkan programnya ke puncak rating. Kesuksesan Mahabrata kemudian dimanfaatkan oleh ANTV untuk menayangkan program yang sama yakni Mahadewa. Tak kalah dengan Mahabrata, mahadewa juga meraih rating yang tinggi dan akhirnya Antv makin semangat menayangkan program sejenis dan yang terbaru Antv menayangkan serial The Adventure Of Hatim.

Mahabrata, Mahadewa dan The Adventure Of Hatim merupakan tiga serial televisi yang popular di India dan saat ini masih ditayangkan di Star One Mumbay. Ketiga serial ini merupakan serial kolosal yang menceritakan kerajaan, dewa dan segala intriknya yang dikemas dalam megahnya kehidupan istana dan budaya India. Kesuksesannya di mata penonton negeri Sharukh Khan ini tampaknya membuat Antv tertarik untuk menayangkannya di tanah air. Mengingat banyaknya pecinta film-film bollywood di negeri ini. Tak tanggung-tanggung ketiga serial ini masuk di slot prime time.

Lalu apa yang menjadi Poinnya?

Sebenarnya kemunculan program-program acara ini di televisi Indonesia secara langsung menjadi pembuktian bahwa kreatifitas pekerja televisi di negara ini telah hilang bahkan bisa dikatakan mati. Sadar atau tidak, penayangan serial luar negeri yang kini terlalu berlebihan menjadi bukti nyata bahwa stasiun televisi nasional tidak percaya diri lagi dengan ide-ide asli sendiri sebagai karya anak bangsa yang dipertontonkan kepada pemirsa televisi tanah air. Kebingungan pelaku produksi televisi dalam membuat suatu tayangan yang menarik berakhir dengan kemalasan. Kemudian alternative terakhir adalah menayangkan ulang program televisi negara lain. Tidak malukah Indonesia, jika materi yang dipertontonkan di negara sendiri adalah milik orang lain? jika program televisi saja harus ‘meminjam’ ke negara lain, bagaimana pertelevisian Indonesia akan maju? Pantaskah berbangga hati ketika memuncaki daftar acara terpopuler jika yang ditayangkan adalah Rerun program televisi negara lain?

Memang sudah banyak artikel di media yang menggambarkan keprihatinan akan program televisi Indonesia yang kian lama kian bobrok saja. Apa yang dilakoni Antv juga terjadi di B Channel (RTV) yang secara berkala menayangkan serial Korea Selatan. Kini Global Tv Juga melakukan hal yang sama. MNC TV menjadi televisi Re Run serial Upin-Ipin. Jika RCTI kebanyakan mengadopsi sinetron-sinetronnya dari cerita asing dengan berusaha menghadirkan kisah yang berbeda, maka Antv menayangkan ulang hasil produksi India tanpa ada perbedaan.

Stasiun televisi sebagai sumber informasi dan hiburan seharusnya dimanfaatkan menjadi ruang untuk menyebarkan budaya negeri sendiri dan program-program hasil karya anak bangsa. Jika stasiun televisi nasional berlomba menayangkan ulang tayangan asli televisi luar negeri, lalu kapan kreatifitas tim produksi tanah air akan dipakai? Miris sekali, di saat televisi Indonesia berlomba  menyiarkan ulang serial negara lain padahal tidak sekalipun tayangan di negara ini yang ditayangkan di negara lain. Malu bukan?. Padahal begitu banyak cerita-cerita historical bangsa ini yang layak dibuat menjadi tontonan sekaligus Edukasi bagi generasi muda yang sudah tidak paham sejarah. Apakah cerita Majapahit, Sriwijaya atau Wali Songo kalah menarik dari ide cerita Mahabrata atau The Adventure Of Hatim?

Kesuksesan Antv meraih rating yang melimpah tentu saja akan ‘menggoda’ televisi lain untuk melakukan hal yang sama. Kecenderungan meniru program-program acara yang sukses antar televisi swasta di indonesia pastinya akan membuat program acara luar negeri kian banyak ditayangkan di Indonesia. Lihat saja nanti, televisi lain pasti akan meniru langkah Antv ini. Perlahan Televisi Indonesia menjadi media Re run program asing.

Sementara itu, masyarakat yang menjadi tolok ukur kesuksesan program televisi tentu saja menikmati acara yang disuguhkan secara gratis ini. Pasalnya dari segi grafis dan cerita, Serial-serial yang ditayangkan Antv memang jauh lebih menarik dari sinetron-sinetron yang semakin lama menyesatkan dan terjebak dalam alur cerita yang ‘itu-itu saja’. Masyarakat tentu saja tidak dapat disalahkan, sebagai penonton sekaligus juri tentu saja mereka lebih mengutamakan kualitas dari hiburan gratis.

Pelaku televisi yang terlena dengan hanya menjadi televisi Rerun untuk acara luar negeri secara perlahan tapi pasti akan kehilangan kreatifitasnya dan untuk selanjutnya akan ketergantungan/ terjajah oleh televisi asing. Maka, jika tidak cepat sadar dipastikan Stasiun televisi nasional saat ini akan berubah menjadi stasiun televisi distributor televisi asing yang berjualan di dalam negeri sendiri.

Selamat datang Televisi Rerun!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline