Lihat ke Halaman Asli

Sahroha Lumbanraja

TERVERIFIKASI

Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

Perlahan, Dangdut Tamat di Televisi!

Diperbarui: 18 Juni 2015   04:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oplosan , Goyang Aneh (image/xtgem.com)

[caption id="" align="alignnone" width="640" caption="Oplosan , Goyang Aneh (image/xtgem.com)"][/caption]

Eksistensi suatu program pada Jadwal Acara televisi memang berubah dengan sangat cepat mengikuti selera pemirsa televisi. Penonton sebagai juri sekaligus penentu bertahannya suatu acara televisi secara otomatis memainkan peranan penting apakah suatu tayangan akan berlangsung lama atau berhenti tayang dengan cepat. Banyaknya sinetron yang pada akhirnya ‘dipaksa’ tamat dan beraneka ragam acara televisi yang hanya menghiasi layar kaca dengan jumlah episode yang sangat minimmenjadi korban karena tidak sesuai dengan selera pemirsa televisi.

Di kala Rating dan share yang menjadi tolok ukur bertahannya suatu acara televisi, maka Kreator dan pihak produksi pun harus memutar otak dan mengamati perkembangan selera masyarakat penikmat hiburan layar kaca secara kontiniu. Sehingga berbagai program televisipun berregenerasi dan diperbaharui secara berkala demi mendapatkan perhatian dari pemirsa televisi. Tak peduli dengan layak atau tidaknya suatu acara televisi ataupun edukatif atau tidak yang penting mampu mendulang banyak perhatian, maka acara tertentu akan tetap dipertahankan. Bahkan walaupun mendapatkan teguran dari KPI sekalipun tak akan mengurungkan niat Pelaku televisi untuk menghentikan suatu tayangan apabila masih bisa dimanfaatkan sebagai ladang duit. Lain hal jika tidak mendapatkan rating yang bagus, maka tak peduli akan sebagian kecil penonton yang menyukai acara tersebut, Pihak produksi akan segera memangkasnya!

Selera masyarakat yang sangat dinamis dan senantiasa mencari hiburan baru gratis dari televisi pun menimbulkan trend baru program televisi dari masa ke masa. Tahun lalu, Dangdut merajai hampir semua acara televisi yang diprakarsai oleh Shoimah dan kawan-kawan di acara YKS. Setelah mendominasi seluruh program acara televisi selama setahun, acara ini menasbihkan diri sebagai acara televisi paling popular sepanjang tahun 2013 bahkan hingga di awal tahun 2014 masih mampu menunjukkan taring pada persaingan merebut rating dan share. Sontak, semua program televisipun secara latah menjadikan acara ini sebagai kiblat hingga hampir tak ada satupun televisi yang tidak pernah menayangkan dangdut. Reality Show, Talkshow, Kuis dan sebagainya pun disisipi musik dangdut dengan aneka goyangan khas. ‘syndrome Yks’ pun merambah kemana-mana baik media sosial hingga media-media lainnya. Namun dikarenakan konten acara yang semakin ‘tidak waras’ akhirnya Acara yang harusnya dijadwalkan akan ditayangkan di acara Sahur tahun ini harus dihentikan oleh KPI.

Walau secara keseluruhan materi dari acara andalan di  Jadwal Trans Tv ini terbilang penuh dengan aksi ‘Bully’ dan komedi sarkastik sehingga bisa dikatakan kategori tak layak tayang, namun YKS membawa pengaruh positif yakni mengangkat kembali dangdut ke permukaan.

Sebagai salah satu aliran musik asli Indonesia, sebelum YKS muncul Dangdut memang mati suri dan sangat jarang tampil di layar televisi. Bahkan acara dangdutpun bisa dikatakan sangat minim. Namun YKS berhasil membangunkan pecinta musik dangdut dengan membungkus musik dangdut di hampir semua segmennya. Tak hanya penikmat dangdut yang merasa puas, artis-artis dangdutpun kembali intens tampil di televisi. Singkatnya, YKS berhasil menasionalisasikan kembali Lagu dangdut lengkap dengan penyanyinya.

Beberapa bulan setelah YKS berhenti tayang, memang masih ada acara yang sama persis. Sebut saja Ngabuburit di televisi yang sama dan Pesbukers yang masih eksis di Antv. Akan tetapi pemirsa televisi tampaknya sudah mulai jenuh dan perlahan tapi pasti mulai meninggalkan acara-acara sejenis. Ini terbukti dari perolehan share dan rating acara ini yang sudah tersisihkan dari posisi puncak. Sejalan dengan itu, berbagai program acara di stasiun televisipun mulai meninggalkan materi dangdut secara perlahan. Trend baru telah muncul lagi.

[caption id="" align="alignnone" width="614" caption="Sinetron Hits, CHSI (image/blogspot.com)"]

Sinetron Hits, CHSI (image/blogspot.com)

[/caption]

Lengsernya YKS dari posisinya sebagai acara tv popular yang sekaligus menghentikan dominasi dangdut di berbagai acara televisi pada akhirnya memunculkan fenomena baru yang kini digandrungi oleh masyarakat, yakni Sinetron/Serial televisi. Acara dangdut ambigu pun pada akhirnya digantikan oleh sinetron-sinetron yang tak kalah fenomenalnya. RCTI dengan sinetron CatatanHati Seorang Istri sukses menarik simpati banyak penonton sejak ditayangkan selama bulan ramadhan, kemudian SCTV tetap eksis di posisi top rating dengan sinetron Ganteng-Ganteng Serigala serta ANTV yang kini berkibar dengan menayangkan ulang beberapa serial televisi India. Terkhusus ANTV yang kini berada di langit ketujuh sebagai stasiun televisi paling Populer sangat sukses membuat pemirsa televisi lupa akan YKS dan acara lainnya. Kini, semua mata tertuju pada Mahabrata, Mahadewa dan Maha lainnya yang tayang di Antv.

Tren perpindahan minat masyarakat pemirsa televisi ini memang sangat wajar, mengingat ketika YKS Berjaya mendadak semua program televisi seragam mengikutinya. Sehingga Pemirsa televisi segera bosan mendekati jenuh dengan acara-acara sejenis. Ketika muncul acara baru, seperti terobosan Antv menghadirkan serial India maka Pemirsa televisi segera menyambutnya dengan luar biasa antusias. Kini Tren serial Indiapun menjamur di industry pertelevisian Indonesia. Sebaliknya dangdut mundur secara teratur dari persaingan acara di televisi.

Berakhirnya fenomena dangdut di televisi sebenarnya bukan hal yang menyedihkan melihat selama inipun yang kita saksikan bukan dangdut murni yang mana merepresentasikan Budaya Indonesia, sebagaimana klaim sebagai musik asli Negeri. Dangdut yang dibawakan di televisi kebanyakan hanya menjadi topeng untuk mempertontonkan artis-artisnya yang penuh sensasi dan kontroversi. Jika terlalu banyak dilihatpun tidak baik. Melihat penyanyinya yang lebih menonjolkan aurat daripada lagunya atau karakter vokalnya, maka lagu dangdut sekarang lebih layak didengarkan di radio saja daripada ditayangkan di televisi. Artinya ada juga efek positif dari efek Sinetron yang kini mendepak dangdut dari televisi.

[caption id="" align="alignnone" width="600" caption="Aktor ANTV? (image/blogspot.com)"]

Aktor ANTV? (image/blogspot.com)

[/caption]

Tentu saja kita tidak ingin dangdut menjadi musik yang terlupakan di negeri sendiri. Karena sebagai salah satu kekayaan Negara, dangdut juga menjadi ciri khas musik di negeri ini jadi sepatutnya Berjaya di sini. Jika kita saja tidak menyukai musik dangdut, bagaimana mempromosikannya kepada orang lain bukan? Tetapi semuanya tergantung selera juga. Satu yang penting, kita mengharapkan dangdut itu benar-benar musik terhormat yang bisa ditunjukkan oleh penyanyi-penyanyinya, bukan dipandang negative sebagai musik pinggiran. Jika melihat dangdut yang sekarang lengkap dengan penyanyinya, rasanya tak keberatan kalau Dangdut tak usah terlalu disorot dulu atau mendapatkan porsi yang besar di televisi. Kelak setelah dangdut kembali ke asalnya sebagai karya artistik yang beretika dari lirik lagu hingga biduannya, maka bisalah layak untuk Berjaya dan ditampilkan lebih lama di televisi.

Lalu jika sekarang lagi tren serial Bollywood di Indonesia, apalagi selanjutnya?

Well, will see!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline