Lihat ke Halaman Asli

Sahroha Lumbanraja

TERVERIFIKASI

Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

Karen Agustiawan Hengkang, Indonesia Kembali Kehilangan Srikandinya

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karen Agustiawan bersama SBY (image/kompas.com)

[caption id="" align="alignnone" width="624" caption="Karen Agustiawan bersama SBY (image/kompas.com)"][/caption]

Kiprah perempuan dalam pemerintahan memang tidak bisa dianggap remeh lagi. Diawali oleh R.A Kartini yang memprakarsai Emansipasi wanita di negeri ini, kesetaraan hak dan kewajiban dalam menjalankan tugas negara semakin terbuka lebar tanpa peduli gender. Tak diragukan lagi, Perempuan pun kini banyak yang dipercaya untuk menjabat posisi strategis di pemerintahan dan bahkan banyak juga perempuan saat ini yang menjadi CEO berbagai perusahaan raksasa. Mulai dari tingkat Lurah, Camat,Bupati/Walikota,Gubernur hingga Presiden sekalipun telah pernah dijabat oleh perempuan di negara ini.

Megawati Soekarno Putri mungkin menjadi pioneer untuk kesuksesan seorang perempuan mengambil alih jabatan seorang Kepala Negara yang menjadi sentral kepemimpinan di Indonesia. Tak hanya itu berbagai pimpinan kementerianpun pernah memposisikan Perempuan. Hebatnya lagi, prestasi mereka dapat menjangkau bahkan melebihi prestasi kaum laki-laki. Setidaknya ini telah dibuktikan oleh Menteri Keuangan Indonesia yang ke-26, Sri Mulyani Indrawati.

Terlepas dari isu keterlibatannya dengan kasus Bailout Century, Sri Mulyani merupakan salah satu sosok wanita kebanggaan Indonesia. Kecerdasannya selama menjabat di kementerian Keuangan di masa SBY tak hanya mendapat pengakuan dari Presiden saja, Dunia juga mengakui pencapaian prestasinya sebagai Menteri Keuangan Terbaik di Asia (2006) oleh Emerging Markets dan bahkan Ia menjadi salah satu wanita paling berpengaruh di dunia Versi majalah Forbes dua tahun kemudian.

Membuntuti Megawati, Sri Mulyani juga dinobatkan sebagai wanita paling berpengaruh ke-2 di Indonesia versi majalah Globe Asia edisi Oktober 2007. Prestasinya yang mendunia dan mampu berbicara di forum keuangan Dunia menjadi alasan kuat bagi Bank Dunia untuk meminangnya sebagai salah satu Direktur Pelaksana. Belum tuntas masa jabatannya sebagai Menteri Keuangan, Alumni FE Universitas Indonesia ini lebih memilih untuk meninggalkannya dan menerima pinangan World Bank yang otomatis menjadikannya sebagai Orang Indonesia Pertama yang dipercaya World Bank untuk menjadi salah satu Direktur yang mulai dijabatnya sejak 2010 silam.

Setelah Sri Mulyani, Wanita Indonesia kembali menjadi soroan dunia karena prestasinya. Di tahun 2011, Forbes merilis daftar Asia’s 50 Power Businesswomen yang menempatkan seorang Perempuan Indonesia di daftar puncak. Dialah Karen Agustiawan, Direktur Utama PT.PERTAMINA (Persero).

Karen menjadi Wanita Pertama yang sukses menjadi pucuk pimpinan di perusahaan pelat merah tersebut. Menjabat sejak 5 Februari 2009, alumni ITB ini sukses mengantarkan Pertamina sebagai salah satu korporasi yang diakui dunia dalam List yang dikeluarkan oleh majalah Fortune di Fortune Global 500 pada tahun 2013. Pencapaian ini sekaligus menjadi bukti bahwa Pertamina menjadi peringkat pertama sebagai perusahaan terbaik di Indonesia. Setahun berikutnya, Pertamina mempertahankan posisinya dalam rilisan Fortune Global 500.

Namun menjelang enam tahun mengabdi, Karen memberitakan pengunduran dirinya dari BUMN Migas tersebut. Alasannya juga tak main-main, perempuan kelahiran 1958 ini telah dipinang oleh Universitas Harvard, Boston,Amerika Serikat. Melalui penuturan Dahlan Iskan, Karen sebenarnya telah mengajukan pengunduran diri sejak 2013 dan sudah beberapa kali dimintai oleh Harvard untuk segera mengajar disana. Namun baru tahun ini, Menteri BUMN itu mengizinkannya. Terhitung Sejak Oktober 2014,Karen Agustiawan akan segera berpindah ke negara Paman Sam sebagai Dosen di Universitas terbaik sejagad raya. Sekali lagi, Indonesia kembali harus kehilangan orang terbaiknya.

Berita seperti ini tentu saja menjadi kabar dilematis untuk Indonesia. Di satu sisi, Indonesia patut berbangga karena dapat membuktikan bahwa masyarakatnya dapat diterima di dunia dengan kualitas yang mumpuni.

Di sisi lain, Indonesia kembali harus mengekspor orang-orang terbaiknya, di saat bangsa ini masih memerlukan pembenahan untuk kemajuan. Apalagi bila belum ada sosok yang setara dan mampu memberikan prestasi seimbang dengan kebijakan-kebijakan yang akan diambil. Di lain pihak, berbagai sektor strategis di negara ini justru menggunakan jasa Orang asing untuk menjadi boss atau kepala proyeknya. Ironisnya, Indonesia mengizinkan warganya yang hebat ke luar negeri dan mengimpor orang asing untuk mengelola tanah sendiri. Apa yang salah, mengapa orang pintar di negeri ini lari ke negeri orang? Masalah kesejahteraan kah atau Kenyamanan?

Berbicara mengenai gaji, tentu saja kedua sosok di atas mungkin akan mendapat remunerasi yang jauh lebih besar daripada tawaran yang diperoleh dari Pemerintah. Namun terlepas dari itu, saya rasa kesejahteraan bukan menjadi poin utama.

Ketika Sri Mulyani masih menjabat sebagai Menkeu, Ia dicecar dan dibully isu Bank century yang hingga sekarang terbukti tidak bisa menaikkan statusnya sebagai tersangka. Bisa dikatakan, isu tersebut hanya kabar burung yang tak membuktikan apa-apa. Ketika ada tawaran dari Bank Dunia, mungkin saja Sri Mulyani segera menyetujuinya untuk alasan kenyamanan dan apresiasi terhadap kinerjanya sendiri yang tidak pernah mendapatkan ulasan yang baik di dalam negeri sendiri.

Kemudian kasus Karen, banyak pengamat ekonomi yang menilai pengunduran dirinya dikarenakan mendapat banyak tekanan dan adanya benturan profesionalitas dengan ketidaktegasan pemerintah memutuskan suatu kebijakan. Seperti Said Didu, mantan sekretaris Kementerian BUMN sekaligus Pengamat yang membeberkan tiga hal penyebab Karen mundur karena tertekan akibat kebijakan pemerintah yang mencle-mencle terkait kebijakan BBM yang selau berubah-ubah, Kenaikan Harga Elpiji 12 KG dan kewenangan Pertamina dalam Eksplorasi ladang Migas di Indonesia.

“Intinya Bu Karen tidak kuat menjadi bamper pemerintah. Kebijakan Pemerintah ini mengutamakan kebijakan Populis sementara risiko hukumnya akan ke Pertamina” ujar Said seperti dikutip dari detik.com

Ekonom Faisal Basri juga unjuk suara dalam pengunduran diri Karen, melalui Tribunnews.com Faisal Basri menyampaikan pendapat yang sama dengan Said Didu.

Ini saya rasa karena adanya tekanan atas berbagai kebijakan yang tidak disetujui pemerintah. Mungkin dia nggak tahan dengan kebijakan yang terus tidak dikabulkan, kalau sudah begini artinya dia sudah tidak dipercaya lagi” ungkapnya.

Sama dengan opini saya, apa yang tidak didapatkan kedua orang cerdas tersebut di negara ini adalah kenyamanan dan apresiasi sehingga lebih memilih untuk berkarya di ladang negara lain.Pemerintahan negara ini memangterlalu kaya dengan intrik-intrik Politik dan permainan para pemangku jabatan sehingga sering menekan bawahan yang padahal telah jujur bekerja dengan sedemikian kerasnya untuk kemajuan bangsa ini. Sehingga yang akan tampil sebagai front man di negara kita hanyalah Politisi-politis yang sarat kepentingan dan tentunya memiliki modal. Indonesia pun akan selamanya menjadi negara berkembang dan entah sampai kapan menjadi negara yang telah selesai berkembang (bisa maju atau...).

Harapan kita tentu saja agar Pemerintah dapat memaksimalkan warganya sendiri yang benar-benar cerdas dan memiliki kemampuan yang dapat memajukan bangsa inidaripada harus menggunakan jasa asing. Boleh saja mengirimkan orang terbaik kita ke Luar Negeri, namun seharusnya pakai dulu untuk ikut serta dalam pembangunan bangsa dan negara. Untuk menjaganya, tentu saja harus dijanjikan kenyamanan dan apresiasi. Sehingga bangsa ini kelak dipimpin orang cerdas dan bijak bukan meulu Politisi yang egois dan Licik.

Salam Indonesiaku!

Berita terkait:

Ingin Mengajar di Harvard, Karen Mundur sebagai Dirut Pertamina

Faisal Basri: Karen Mundur tertekan kebijakannya Kurang disetujui

Gaji 200 Juta Tak Mampu tahan Karen Agustiawan Mundur dari Pertamina




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline