Lihat ke Halaman Asli

Sahroha Lumbanraja

TERVERIFIKASI

Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

Susahnya Trans Tv Move on dari YKS dan Tv Kita yang Tertidur

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Logo Trans Tv (image/wikimedia.org)

[caption id="" align="aligncenter" width="307" caption="Logo Trans Tv (image/wikimedia.org)"][/caption]

Trans Tv mungkin menjadi stasiun televisi yang paling banyak mendapat perhatian di tahun ini. Fenomenalnya acara YKS menjadi tonggak kemunculan banyaknya acara sejenis yang berformat sama sekaligus mengundang banyak peringatan dari KPI dan protes dari masyarakat pecinta tayangan televisi di tanah air. Sukses besar YKS sebagai acara unggulan, menjadi modal utama bagi televisi yang tergabung dalam Transmedia ini untuk merajai persaingan perolehan rating dan share. Setahun penuh menjadi televisi paling banyak ditonton, akhirnya Trans TV harus rela melepas kedigjayaannya dengan berakhirnya variety show YKS setelah melakukan penghinaan kepada Benyamin Sueb. Pelanggaran yang dilakukan acara ini juga terbilang tercela dengan menyamakan manusia seperti hewan. Kini, YKS tinggal kenangan saja bagi Trans TV dan tidak akan ditayangkan lagi selama-lamanya seperti janjinya kepada KPI.

Pada kenyataannya, salah satu anggota grup Transcorp milik Chairul Tanjung ini tak melepas YKS begitu saja. Sadar dengan potensi besar acara tersebut, strategi yang diterapkan kemudian adalah memproduksi acara yang berformat sama dengan nama yang berbeda. Sedikit berbeda dengan Stasiun televisi saudaranya, Trans7 yang dulu mengubah Talkshow arahan Tukul Arwana Empat Mata menjadi ‘Bukan Empat Mata’, untuk mengelabui KPI dan penonton acara YKS di daur ulang dengan nama Ngabuburit yang ditayangkan selama bulan ramadhan. Semua pengisi acara YKS diboyong ke acara ini dan segala materi serta format acara persis sama. Sayangnya, kemunculan serial india di ANTV menjadi tamparan keras bagi acara yang menjual musik dangdut dan komedi sarkastik ini. Berharap seperti YKS yang mengawali suksesnya di bulan Ramadhan 2013, Ngabuburit ternyata gagal dan tidak mampu bersaing dalam perolehan rating televisi. Padahal menurut penulis, Trans TV pasti sudah menyiapkan nama baru untuk acara ini usai Ramadhan jika saja sukses meraup penonton. Seperti Yuk Kita Sahur menjadi Yuk Keep Smile, kalau Ngabuburit apa ya?

Melempemnya acara Ngabuburit akhirnya membuat Trans TV tak jadi memproduksinya pasca lebaran. Melihat selera masyarakat yang tengah tergila-gila dengan kisah Pandawa dan Kurawa di Mahabharata Antv, akhirnya Trans TV mencoba peruntungannya dengan menayangkan versi lokal bertajuk Ksatria Pandawa Lima. Acara inipun tak jua menuai banyak pemirsa malah tak mampu bersaing dengan sinetron lainya, rating dan share yang bobrok semakin memperpanjang susahnya jalan Trans Tv meraup sukses yang sama saat di YKS.

Kemudian yang paling ‘baru’ muncullah variety show Happy Happy yang mengisi slot Prime time Trans TV. Kata baru sengaja diberi tanda kutip, karena sebenarnya acara ini tak ubahnya seperti YKS lagi dan lagi. Pengisi acara sama, tata panggung dan studio sama, format acara full ala YKS. Mulai pukul 20.00 dan berakhir semaunya hingga bosan. Pengisi acara yang sama tentu saja sudah jelas materinya ke arah mana. YKS tampaknya telah abadi dan menutupi kemunculan ide baru dari tim kreatif Trans TV. Entah mengapa Trans TV tak bisa move on dari acara ini.Walau acara Ngabuburit yang berformat sama tak mampu menaikkan pamornya, Trans Tv tak mau jera dengan menayangkan Happy-Happy. Cover berganti, format abadi! Inilah mungkin ungkapan yang cocok untuk program program Trans TV yang mengarah ke YKS. Suatu usaha keras yang berujung pembodohan pemirsa tv!

[caption id="" align="aligncenter" width="336" caption="Bayangan Acara Happy Happy (image/ytimg.com)"][/caption]

Namun usaha keras Trans TV merebut kembali tahta rating televisi nasional gagal total. Trend sinetron yang kini sedang berlangsung di televisi tanah air mementahkan semua usaha Trans Tv untuk kembali membangkitkan acara joged-joged kesurupan dengan artis keroyokan. Happy-happypun tak mampu menjadi program acara yang dapat diandalkan. Alhasil Trans TV hanya menjadi stasiun televisi pelengkap dan penonton kesuksesan ANTV dengan serial Bollywoodnya, RCTI dan SCTV dengan sinetron-sinetron unggulannya.

Sebagai salah satu industri yang menjual kreatifitas memang cukup mengherankan melihat susahnya Trans TV menciptakan program acara yang menarik dan benar-benar baru. Memimpikan kesuksesan YKS sepertinya telah mematikan kreatifitas timnya untuk berfikir dalam membentuk suatu terobosan acara yang berbeda. Dengan melihat acaranya saat ini, Trans TV hanya memperpanjang deretan program sampah yang tidak layak tayang. Entah sudah terikat kontrak kerja selama puluhan tahun, artis-artis pengisi acara Trans Tv inipun hanya berputar pada Raffi Ahmad, Denny Cagur, Wendy,Shoimah, Billy dan kawan-kawan. Jadilah Trans Tv sebagai televisi membosankan dari segi acara hingga artis pendukungnya.

Gagalnya Trans TV mencetak program andalan baru menjadi semacam pertanda dangkalnya kreatifitas pertelevisian nasional kita saat ini. Berbagai program andalan di tanah airpun didominasi oleh serial luar negeri yang ditayangkan oleh televisi nasional. Katakan saja Serial India di Antv dan animasi Rusia ‘Marsa and The Bear’ kemudian MNC TV yang membanggakan animasi Upin Ipin dari Malaysia dan Nagiin dari India. Stasiun televisi tidak lagi menjadi media yang mampu menunjukkan kreatifitas anak bangsa namun menjadi ajang show off acara luar negeri. Setelah bioskop kita ‘dihajar’ oleh film film Hollywood kini giliran Televisi nasional mulai dijajah oleh acara televisi luar negeri. Perlahan tapi pasti, baik pemirsa dan pekerja Televisi hanya akan menjadi penonton saja. Menyedihkan!

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Idola Baru Indonesia (image/an.tv)"]

Idola Baru Indonesia (image/an.tv)

[/caption]

Berbicara mengenai sebab, tentu saja bisnis dan Profit jawabannya. Tujuan utama televisi nasional di negara ini adalah meraup keuntungan yang sebesar-besarnya. Demi tujuan tersebut, apapun akan dilakukan. Tak peduli kualitas atau orisinalitas, acara apapun akan ditayangkan demi meraih rating yang tinggi. Sejalan dengan itu, tak peduli berkualitas atau tidak suatu program televisi akan dihentikan apabila tak mampu mencetak rating yang tinggi. Maka melihat persaingan televisi sekarang yang berlomba menayangkan ulang serial televisi luar negeri, kemungkinan lima tahun ke depan televisi kita hanya akan menjadi stasiun relay bagi jaringan televisi luar negeri. Nama boleh saja Televisi nasional, tetapi konten semuanya adalah asing!

Akhirnya Semoga saja tim kreatif dan produksi televisi di Indonesia segera bangun dari tidurnya dan menyadari fenomena ini secepatnya. Penulis yakin, masih sangat banyak orang di luar sana yang berpotensi dan mampu membuat program baru yang lebih atraktif dengan ide-ide brilian serta orisinil tentunya. Hanya saja Pemilik televisi harus telaten dalam mencarinya. Karena sebagai televisi nasional, penting menyajikan program acara asli milik Indonesia demi mengenalkan karakter asli bangsa ini ke seluruh pelosok negeri dan bahkan dunia.

Salam cerdas menonton televisi!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline