Sering disapa dengan “Ril”. Anak Muda gigih yang berasal dari Bima, Nusa Tenggara Barat. Menjadi satu-satunya anak muda asli Nusa Tenggara Barat yang akan berkontestasi pada Musyawarah Nasional Ke-VII Badan Pengelola Latihan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam Periode 2024-2026.
Munas BPL PB HMI sendiri merupaka forum tertinggi dalam mengambil kebijakan dan menentukan estafet kepemimpinan pada lembaga BPL HMI. Tentunya forum tersebut sangat krusial dikarenakan hampir pembahasannya berkutat pada tataran kelangsungan dunia perkaderan di HMI.
Ia pun memiliki latar belakang pendidikan Magister Pendidikan dengan disiplin jurusan Pendidikan Matematika dan IPA. Ia memandang bahwa BPL PB HMI merupakan wadah ekspresi baginya dalam mengkeksplor hasil pembelajaran selama S1 sampai S2. Ia cukup dikenal dan memiliki kompetensi secara akademik. Tentunya dengan ia selalu aktif pada lingkup kegiatan akademik, seperti menjuarai Lomba Karya Tulis Imiah Mahasiswa baik itu tingkat Kabupaten, Kota, Provinsi bahkan nasional. Iapun tercatat sebagai salah satu dari 70 Peserta Cipta Puisi se-Asean pada tahun 2019. Tidak cukup hanya itu, ia juga terlibat aktif pada relawan yang bergerak di bidang pendidikan, sosial, lingkungan dan bencana alam. Tercatat pada kejadian Gempa Lombok 2019, ia hadir sebagai relawan yang memberikan trauma healing kepada anak-anak korban bencana gempa lombok.
Proses ber-HMI ia nikmati, LK I pada tahun 2016, LK II dan SC tahun 2019, dan LK III pada tahun 2022. Tentunya banyak tantangan yang ia jumpa dalam berproses di HMI. Namun hal uniknya pada tahun 2019 ada situasi yang kala itu semangat ia berorganisasi turun dan memilih fokus pada aktivitas akademik saja. Kala itu di perguruan tinggi, ia menjumpai salah satu dosen (tidak bisa disebutkan namanya) berujar kepadanya dimeja kopi depan ruang prodi
“pendidikan itu bisa baik juga bisa berbahaya loh. Contoh, kamu ajarkan yang baik, maka baik pula yang menerimanya. Kamu ajakrkan jahat, maka jahat pula yang akan dilakukannya. Jadi sangat gampang bunuh anak orang, kamu rasuki saja pemikirannya maka anak itu telah mati”
Mulai dari sini pandangan ia terbuka, memaknai sepenuhnya pendidikan dan cita-cita yang pernah ia lontarkan terlebih dahulu. Dialok tersebut menjadi stimulus ia untuk membakar semangat berorganisasi, bilkhusus ber-HMI. Selepas itu juga ia memutuskan untuk melanjutkan training Non-Formal HMI, yaitu Senior Course di Salatiga (masa itu HMI Cabang Bima juga mengalami krisis SDM Instrukutur). Berbekal pengetahuan yang ia punya di lingkup akademik dan dibubuhi sedikit materi yang ada di senior course, ia berkomitmen membersamai keberbaikan generasi dan organisasi.
Ia juga berpandangan bahwa jangan sampai ruang pendidikan diisi oleh orang-orang yang memiliki niatan yang tidak baik. Memanfaatkan ruang tersebut sebagai onani pribadi. Maka terpaculah ia mempelajari secara serius tentang pendidikan, sehingga teori yang melekat pada pemikiran ia ialah “pendidikan adalah proses perubahan perilaku atas pengalaman yang dilalui”. Ia memandang definisi itu cukup bagus dengan konsepnya Bapak Pendidikan Indonesia, yaitu Ki Hajar Dewantara.
Keseriusan ber-HMI mulai ia tampakan dengan senantiasa menjadi motor penggerak peningkatan kualitas keilmuan kader HMI melalui ruang-ruang alternatif. Dialok dibangun untuk memastikan bahwa kader HMI juga memiliki ruang dalam membenahi diri. Diselami bahwa memang kunci sebenarnya penggerak perkaderan tidak hanya dititik tumpukan pada satu aspek, melainkan semua berperan aktif dalam mewujudkan cita organisasi.
Hanya saja yang menjadi tantangan HMI dewasa ini ialah peningkatan kualitas SDM secara maksimal. Ruang perkaderan bukan hanya dimaknai sebatas ruang pertukaran informasi maupun ajang prasyarat kualifikasi kepentingan politik, melainkan lebih daripada itu. Ada ruang transformasi pengetahuan yang harus diwujudkan, ada nilai yang harus tertanamkan dan ada identitas yang harus dipertahankan. Maka ia dengan gagasannya tentang “inkubasi-holistik” dirasa menjadi desain yang bagus untuk membersamai HMI. Adanya BPL sebagai ruang Inkubasi-Holistik bisa menjawab persoalan kompleks HMI dan kebutuhan zaman. Desain inkubasi holistik menuntut kita menjadi organisasi yang inklusif, progresif dan futuristik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H