Lihat ke Halaman Asli

SAHRIL

Penulis lepas

Aku Masih Membesut Luka Ini

Diperbarui: 1 Juli 2021   21:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi HIMPASS (Seruan Aksi Percepatan Pembangunan Listrik & Telekomunikasi)

Belum tuntas purnama memandikanmu
Seberkas cahaya nampak merona di wajahmu
Sepertinya gemerlap itu tiada arti
Rupaya kilauan tak sanggup memalingkan perasaanmu

Aku masih Membesut luka
Luka yang tak lekas sembuh
Luka yang tak pernah kau obati
Luka yang tak pernah kau balut

Ada apa dengan kampung halamanku?
Lekas sembuh ...
Meski kau tidak terjangkau
Meski rintihanmu (nyaris) tak terdengar

Aku masih membesut luka ini (kampungku)
Seraya berdo'a semoga cepat pulih
Lalu belajarlah berteriak
Sebenarnya kemakmuran ini
Milik siapa?
Untuk Siapa?
Dan bagaimana???

Ah, biar aku balut sendiri luka ini,
Namun, aku masih tetap saja membesutnya dengan tanyaku.
Kekayaan kami tidak cukupkah untuk memalingkan wajahmu sejenak?
Sejenak, duduk manis sambil mendengar rintihan kami...
Keluh kesah kami...
Penderitaan kami...
Mimpi kami...

Bolehkah kami duduk manis
Sambil meminum segelas air yang sama kau suguhkan di tempat-tempat yang maju.
Bolehkah kami merengek meminta nasib
Supaya kami merasakan nikmatnya makanan yang disuguhkan di jantung-jantung kota.

Aku masih membesut luka ini,
Saat terik menyengat langkahku
Tapi takkan kubiarkan ia membumkamku
Meski dada semakin teriris

Suaraku takkan pernah sumbang
Dan kata-kataku takkan padam...

Sapeken, 01 Juli 2021




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline