Ada suatu hari dalam kehidupan saya, saya merasa sangat menyesal tak mengingat apapun yang teman saya bicarakan usai sepanjang hari berkelana bersama teman-teman yang sudah lama tak bertemu. Ditelaah lebih dalam alasanya sederhana, tetapi mampu membuat saya tertegun, saya terlalu banyak berbicara. Saya terlalu sibuk untuk berbicara hingga-hingga melupakan fakta bahwa percakapan bukan saja melulu perihal berbicara, tetapi juga perihal mindful listening.
Mindful listening atau mendengarkan penuh perhatian adalah demonstrasi rasa hormat secara terang-terangan dan cara terbaik untuk menyampaikan bahwa kita benar-benar mengenali suara orang tersebut. Inilah yang dinamakan empati, tentang hadir dalam percakapan sehingga orang lain merasa didengarkan dan memahami niat kita untuk mendengarkan dan memahami mereka.
Dean Jackson sekali mengatakan, mendengarkan adalah sebuah seni yang membutuhkan perhatian di atas bakat, semangat di atas ego, orang lain di atas diri sendiri. Kita semua tahu bagaimana rasa berartinya didengarkan dengan penuh perhatiaan, perilaku itu menghubungkan rasa dengan rasa antara individu, menyentuh, dan mengubah diri kita. Kenyataan tidak semua orang mampu menahan diri untuk tidak memotong pembicaraan kita, bertahan dengan apa yang kita bicarakan sesaat ada ponsel yang mampu menjadi pengalihan, menyadarkan saya, bahwa mendengarkan adalah sebuah bakat dengan penuh komitmen yang perlu diapresiasi sesederhana mengatakan “terimakasih telah mendengarkan.”
Dengan menerapkan mindful listening, saya mendapatkan lebih banyak kualitas dalam percakapan yang saya jalin. Mindful listening memungkinkan saya untuk mendapatkan pengetahuan baru lebih banyak daripada saya berbicara terus menerus, mengulang-ulang pengetahuan yang telah saya ketahui. Saya percaya setiap orang yang pernah kita temui tahu sesuatu yang tidak kita ketahui, semua orang ahli dalam caranya masing-masing. Melakukan mindful listening juga membantu saya untuk melihat kerentanan dalam diri saya lebih baik, sebab ada emosi yang dipahami dari seseorang yang membuat saya menjadi berefleksi.
Lalu bagaimana untuk mendengarkan dengan lebih baik? Here are the tips!
1. Menjauhlah dari segala hal yang mungkin akan menjadi distraksi
Distraksi selalu menjadi hal pertama yang membuat saya tidak bisa berfokus pada percakapan, entah itu bunyi ponsel, lingkungan yang berisik, atau sibuknya pikiran saya sendiri. Maka dari itu, perlu untuk kita meminimalisir gangguan ini sebaik-baik mungkin dengan mengelolanya atau mungkin menjauh dari gangguan itu sejenak.
2. Bersabar
Rasa bosan itu pasti ada, saat percakapan berlangsung, tetapi biarkanlah lawan bicaramu menyelesaikan ucapanya sebelum kamu merespon luapan emosi kamu ya!
3. Live in the moment
Kamu mungkin pernah sedang mengobrol tiba-tiba terpikirkan akan hal lain, atau mungkin kamu pernah sibuk untuk berpikir tanggapan apa yang tepat saat lawan bicara menyelesaikan percakapan sampai-sampai melewatkan pembicaraan!? Nah, untuk mengatasi hal yang satu ini, coba hadirkanlah diri kamu sepenuhnya dan sadarilah akan emosi serta pikiran kamu pada pembicaraan lawan bicara. Dengan itu mungkin kamu bisa melihat ada hal-hal nonverbal yang lawan bicara kamu ungkapkan lebih dari kata-katanya.