Lihat ke Halaman Asli

Keterbatasan Logika Formal

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Suatu hari, seorang Raja yang terkenal jenius dan cerdas menginginkan para penduduknya jujur seratus persen. Karenanya, dia memindahkan seluruh rakyat dan aparatnya ke luar daerah kerajaannya. Kemudian, dia membuat suatu aturan, jika ada yang memasuki kerajaannya, maka ia harus menjawab pertanyaan yang diajukan oleh kapten pengawal dengan jujur, jika  berbohong ia akan dihukum gantung.
Sang Raja teramat yakin, bahwa peraturannya itu akan membuat para penduduknya menjadi jujur.

Pada saatnya, datanglah seorang pengembara mendekat di pintu gerbang kota. Sebagaimana biasanya, ia akan ditanyai terlebih dahulu oleh sang Kapten.

"Mau kemana engkau? Jawablah dengan jujur, jika tidak jujur maka engkau akan digantung. Jika engkau jujur, engkau akan terlepas dari hukuman gantung."

"Saya mau digantung, di atas tiang gantungan itu." jawab pengembara

"Saya tidak percaya, engkau pasti berbohong." ujar sang kapten

"Baiklah, jika saya berbohong maka gantunglah saya."

"Tapi, itu akan membuat kebohongan sebagai kebenaran."

"Tepat sekali."

Maka jelaslah bahwa kebenaran dan kejujuran tidak dapat diukur dengan formalitas. Kebenaran sejati adalah kebenaran relatif. Kebenaran bukan hanya idealisme semata namun juga praktis dan realistis.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline