Lihat ke Halaman Asli

Puisi Anak Kolong

Diperbarui: 27 Agustus 2023   19:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lidahnya mengecap
Tangannya yang mungil dan gelap meraba sendok
Lahap betul kuah tak tersisa
Anak kecil itu berbaju lusuh
Celananya dihiasi debu jalanan, lecek dan kumal
Kakinya dibalut sandal jepit butut
Baginya melahap bakso pinggir jalan merupakan surga

Bising kendaraan
Tebalnya asap polusi
Debu jalanan
Suara gaduh dari tenggorokan preman
Baginya sudah semacam kawan

Senyumnya mekar
Suara tawanya riang
Tangisnya pecah tak terdengar dipeluk kolong aspal
Tangisnya pecah tak terdengar digulung habis oleh kerasnya jalanan

Dapat 500 perak akibat bersenandung pakai gitar usang
Dia sudah ucap syukur ke Tuhan
Biarpun sering diusir supir angkot
Lantaran kehadirannya dianggap kotor

Nak, kerasnya masa kecil mu
Kau masih bisa berjalan riang dengan senyum lebar di wajah
di tengah kerasnya jalanan
di bawah kolong kota
di negeri para dewan
dewan-dewan terlena tertawa lepas, acuh

Nak, kau hidup dipeluk panasnya matahari menusuk kulit mu yang belia
Kau hidup di negeri dimana kayu ditancap tanah tumbuh pohon seribu jenis
di negeri dimana isi lautnya tumpah ruah melimpah

Nak, kau sangat kuat
Aku malu
Kau ajarkan aku satu pelajaran hebat dalam hidup
Berani dan kuat
Kuat melawan yang kuat
Kuat menjalani hidup di tengah kerasnya kolong kota

Nak, kita tidak kalah sudah berjuang




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline