Lihat ke Halaman Asli

Hargai Dirimu

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Orang yang memiliki harga diri akan menghargai dirinya sendiri.

Ada kecenderungan dari beberapa orang yang membenci dirinya sendiri, mereka selalu merasa tidak puas dengan apa yang mereka miliki. Entah dalam hal finansial, tampang, prestasi, dan hal lainnya.

Sejatinya menghargai diri sendiri adalah sebuah upaya positif untuk mengangkat moral, sehingga dari situ bisa memperbaiki kekurangan-kekurangan yang dimilikinya. Bahkan disitu juga terdapat sebuah aplikasi keimanan terhadap kekuasaan Allah Swt. Betapa tidak, Allah lah yang telah menciptakan kita, dengan diberi porsi kekurangan masing-masing. Akan sangat tidak etis ketika kita tidak mensyukuri [baca: berterima kasih] terhadap apa yang telah diberikan Allah terhadap diri kita. Seorang pengemis saja, akan lebih rendah lagi derajatnya ketika ia tidak mau berterima kasih terhadap orang yang memberinya sedekah. Artinya, sudah menjadi sunnatulloh [hukum alam] bahwa orang yang diberi harus berterima kasih terhadap orang yang memberi. Bahkan, dalam hal ini agama menyuruh seorang yang diberi sesuatu untuk membalas memberikan sesuatu yang lebih banyak dan lebih baik. Dan orang yang tidak melakukan hukum alam itu akan terkucilkan dari pergaulan masyarakat luas, karena norma agama tersebut telah berasimilasi menjadi norma masyarakat.

Bagaimana cara untuk menghargai diri sendiri?

Lagi-lagi kita dituntut untuk kembali ke sunnatulloh, sebuah hukum alam yang harus diindahkan demi keseimbangan kehidupan. Dengan mematuhi sunnatulloh inilah kita akan menjadi seorang yang sukses.

Seorang yang malas untuk membaca berita maupun mendengarkan berita di radio dan tv pasti tak akan berpengetahuan luas.

Seorang sopir yang tak mau mematuhi aturan-aturan lalu lintas pasti lebih besar resiko kecelakaan padanya.

Seorang petani yang tak mau menanam benih pasti tak akan memanen hasil pertanian.

Lalu apa hubungan antara sunnatulloh dengan menghargai diri sendiri?

Seperti dalam ilmu psikologi, sebuah pekerjaan biasa bisa menjadi berbahaya ketika sesorang yang melakukannya merasakaan tekanan [baca: dosa] dari perbuatannya. Saya tidak bermaksud untuk melawan perasaan berdosa, ketika seseorang melakukan perbuatan dosa, hendaknya ia jangan larut dalam penyesalan yang dalam sampai membenci dirinya sendiri, lakukanlah sunnatulloh, dalam hal ini taubat.

Seseorang yang ingin dirinya dihargai harus menghargai dirinya sendiri terlebih dahulu. Bahasa sederhananya, kalau kita tak mau menghargai diri kita, apalagi orang lain?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline