Lihat ke Halaman Asli

Bullying Prevention Workshop

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bullying adalah masalah universal yang Ada di sekolah. Dari dulu sampai sekarang, bahkan disekolah yang sangat menekankan nilai agama sekalipun tidak luput dengan masalah bullying pada siswa siswinya.

Sebagai Konselor Pendidikan, cukup banyak saya menerima anak dan remaja korban bullying di ruang konseling, mulai dari anak kelas 3 sampai kelas 12. Banyak di antara mereka menjadi enggan ke sekolah dan merosot akademisnya. Ada yang depresi, bahkan beberapa mengatakan, "I hate my life", dan "Kadang-kadang saya mau meninggal saja".

Memprihatinkan bukan? Namun sayangnya, banyak pihak belum cukup paham mengenai bullying. Menganggapnya sebagai kenakalan biasa, atau justru menyangkal adanya bullying disekolah. Lebih memprihatinkan lagi, korban bully tetap disalahkan, misal dengan mengatakan "Makanya kamu perlu mengembangkan diri kamu supaya tidak diledek lagi oleh teman-temanmu." Ya, ada benarnya bahwa setiap orang perlu mengembangkan diri.

Namun, apakah juga berarti: "Karena seseorang culun maka dia layak dibully?" Sebuah pertanyaan untuk kita refleksikan bersama.

Topik bullying pada anak laki-laki berbeda dengan topik bullying pada anak perempuan.

Seseorang yang terlihat "berbeda" menjadi sasaran empuk bullying milik anak laki-laki dan perempuan, juga senioritas. Sedangkan yang berbeda adalah:

Topik bullying khas anak laki-laki adalah mengenai prestasi, dan bullying di lingkungan anak laki-laki lebih terlihat.

Topik bullying khas anak perempuan adalah berhubungan dengan perasaan iri hati (envy) terhadap temannya, yaitu iri hati terhadap penampilan fisik, popularitas di sekolah, popularitas di tengah-tengah lawan jenis, dll. Bullying anak perempuan lebih tidak terlihat dan biasanya ke arah "Psychological bullying"

Bahkan, bullying pada anak perempuan dapat lebih buruk dibandingkan anak laki-laki.

Bullying pada umumnya tidak dilakukan di hadapan figur otoritas. Inilah salah satu faktor yang membuat bullying menjadi hal kompleks.

Faktor lainnya adalah, berkembangnya Informasi Teknologi. Di jaman Informasi Teknologi ini, ancaman bullying menjadi semakin meningkat dan tidak
terbatas ruang dan waktu. Kita mengenalnya dengan istila Cyber Bullying semakin mudah dilakukan
bahkan sulit untuk diketahui siapa pelakunya. Cyber bullying dapat dilakukan melalui email, sosial media, sms, dll. Apakah orang tua tahu anaknya menerima pesan-pesan di email, fb, atau sms dari seseorang bernama T3DD1 (sebagai contoh), dengan isi pesan, "Dasar loe cewek lebay! Muak liat muka loe di sekolah!"

Bayangkan, bagaimana perasaan anak kita apalagi kalau dia menyimpannya sendiri? Apakah T3DD1 adalah Teddi? Atau apakah dia ternyata adalah Melinda (sebagai contoh), teman baiknya sendiri Cyber bullying most happen now!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline