Lihat ke Halaman Asli

Atika Hayati

Pejuang pena

Mau Dibawa ke Mana Pendidikan Kita?

Diperbarui: 5 Desember 2019   05:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mau Dibawa Kemana Pendidikan Kita

Oleh: Atik Nurhayati

Wacana penghapusan UN oleh kemendikbud Nadiem Makarim menuai polemik dilansir dari Tribunnews.com, 1/12/19, "jadi bukan semuanya ini wacana penghapusan saja, tetapi wacana memperbaiki esensi dari UN itu sebenarnya apa. Apakah menilai prestasi murid atau menilai prestasi sistem. " Seperti yang diketahui UN merupakan salah satu tolok ukur apakah siswa layak atau tidak untuk lulus, dengan nilai UN jga siswa bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. 

Dari portal yang sama mentri yang lebih senang disapa mas ini jga berkeinginan menyederhanakan kurikulum guna meningkatkan kompetensi untuk menciptakan SDM yang unggul. Pertanyaanya SDM yang unggul seperti apa diharapkan oleh mas mentri ini. Mengingat potret pelajar saat ini, banyak yang terjerumus pada kenakalan remaja yaitu miras, narkoba, tindakan asusila, dan kriminalitas yang sepatutnya harus dijauhi okeh seorang pelajar. Dilansir dari Kompas.com, 27/11/19, telah ditemukan jasad remaja di area Stadium Kalianda Bandar Lampung, menurut pelaku korban mengalami over dosis akibat mengkonsumsi narkoba jenis sabu-sabu serta kelelahan setelah berhubungan badan. Astaghfirullah. 

Lantas apa yang salah dalam dunia pendidikan Indonesia saat ini, dengan carut-marutnya moral pelajar saat ini. Kemendikbud seharusnya juga melihat fenomena ini sebagai virus nasional, sehingga jangan sampai virus tersebut menjadikan generasi mendatang unggul tetapi tak bermoral, cerdas tapi menyengsarakan. Inilah buah dari penerapan paham liberalisme dan sekulerisme. Liberalisme yaitu paham kebebasan dimana setiap individu bebas melakukan apa saja tanpa aturan dan dilindungi oleh HAM. Sekulerisme yaitu pemisahan antara agama dan kehidupan sehingga agama hanya digunakan manakala saat beribadah madhoh saja tapi tak bisa digunakan dalam ibadah ghoiru madhoh, ini menyebabkan tak ada kontrol dari masyarakat lagi. 

Islam sangat memandang penting sebuah pendidikan, lewat pendidikanlah ilmu dapat ditransferkan kepada generasi selanjutnya. Melaui pendidikan pula manusia menemukan urgensi hidupnya dari mana ia berasal, untuk apa ia diciptakan, dan akan kembali kemana. Oleh karna itu Allah SWT mengutus para Rasul-Nya dengan membawa misi yaitu sebagai hamba Allah (abdullah) dan khalifah di bumi (khalifah fi al-ardh). 

Sebagai hamba berarti ia harus tunduk kepada aturan dan hukum Allah yang telah ditetapkan secara kaffah (menyeluruh) bukan prasmanan, dan Khalifah berarti manusia harus mengelola SDA yang telah Allah berikan untuk memenuhi kebutuhan hidup bukan mengeksploitasi dan merusaknya. Sehingga ketika ia mengetahui urgensi hidupnya maka akan tercipta manusia yang bertakwa dan berakhlakul karimah. Bertakwa berarti mentaati segala perintah yang Allah perintahkan dan menjauhi semua larangan-Nya. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah ditanya tentang siapa orang yang paling mulia. Beliau menjawab, "orang yang paling bertakwa kepada Allah, " (HR.Bukhori dan Muslim).

Wallahualam bisowab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline