Lihat ke Halaman Asli

Persahabatan adalah Segalanya

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Persahabatan adalah segalanya.

Rasanya kalimat itu so sweet banget yah apalagi untuk kita yang benar-benar memiliki sahabat sejati yang tak akan tergantikan dengan apapun. Terbayang gak sih kalau hidup kita tanpa adanya sahabat? Garing banget kali yah atau kita bakal kuper tanpa ada keberadaan sahabat. Kalau ada sahabat paling gak kita bisa bertukar pikiran dan pergi bareng ke tempat-tempat yang lagi populer dikunjungin. Sebenarnya definisi sahabat menurut kalian apa sih? Kalau dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, sahabat adalah kawan atau teman. Tapi kenapa yah gue menangkap lebih dari itu. Arti sahabat itu sendiri lebih dari hanya sekedar teman. Letak sahabat menurut gue berada satu level di atas dari teman. Setuju gak?

Lalu apa aja sih kriterianya seseorang sampai bisa disebut sebagai sahabat menurut kalian? Kalau menurut gue seseorang bisa dinamakan sebagai sahabat apabila dia dengan senang hati mau meluangkan waktu untuk sahabatnya di atas segala kesibukannya sebagai pribadi. Selain itu sahabat juga tau kapan ia harus berperan dalam memberikan support walau bentuknya hanya kata-kata namun mampu menenangkan dan membangkitkan. Lebih dari itu ya lebih bagus dong. Sahabat juga bisa memahami apa yang dirasakan sahabatnya. Ibaratnya chemistry diantara kita hidup dan kita sebagai sahabat saling memahami kepribadian masing-masing. Sahabat hadir di saat-saat yang tepat ketika perannya dibutuhkan, saat bahagia maupun duka.

Kalau teman yang seringnya ada di saat seneng aja sih masih harus dibuktikan lagi apa dia memang kebetulan atau pas hadir saat kita senang atau memang dia gak niat nemenin di saat kita lagi susah. Yang begitu itu biasanya diragukan kualitas persahabatannya. Jangan-jangan Cuma mau numpang senang aja yaaaa. Biasannya nanti akan terjadi seleksi alam. Kelihatan mana yang tulus atau cuma mau jadi sahabat benalu. Walaupun kualitas persahabatan baru bisa dilihat dengan jelas ketika salah satunya ada yang sedang susah, tapi di saat senangpun bisa keliatan kok. Misalnya kalau lagi hang-out bareng, sahabat cuma punya uang pas-pas-an. Ya biasanya sahabat gak perhitungan kan. Kalau memang lagi ada rejeki apa salahnya bayarin. Gue bukan jadi menilai sahabat dari segi materil sih, tapi bisa dilihat bahwa sahabat yang tulus itu gak hitung-hitungan. Ada juga sahabat yang benar-benar tulus bantuin dengan tenaganya karena memang ga mampu membantu secara materil. Sebaliknya juga gituh. Kalau yang satu sedang kesusahan ya dibantu. Namanya sahabat ya harus saling mengisi, saling membantu namun bukan atas nama pamrih. Mengalir aja karena sahabat itu dengan mudah mengangkat tubuhnya, menggerakkan kakinya untuk membantu sahabat yang disayanginya.

Iya gak sih? Atau ada yang mau menambahkan? Teman-teman sendiri pernah ga merasakan baru kenal gak lama sama seseorang tapi kaya udah kenal lama? Gue sih pernah yah. Kalau kita peka, kita juga bisa tahu dengan siapa kita berbicara. Apa orang yang baru kita kenal itu bisa lama jadi sahabat kita atau cuma sekedar kenal begitu saja. Nyatanya banyak teman-teman yang dulu kenal sampai sekarang jadi naik tahta menjadi sahabat. Itu karena proses. Seiring jalannya waktu kita jadi lebih mengenal satu sama lain. Ngerti apa yang sedang dirasakan satu sama lain, baik rasa senang atau sebaliknya. Pernah gak teman-teman lagi susah terus merasa beban terangkat karena bantuan sahabat? Atau merasa terlindungi karena sahabat kita ikut ada di barisan terdepan saat masalah menghadang? Itu semua pernah gue rasakan. Rasanya seneng banget bisa memiliki sahabat macam itu. Biar begitu bukan berarti di antara sahabat gak ada perselisihan atau perbedaan pendapat loh.

Justru dengan adanya perbedaan pendapat, kita jadi bisa lihat siapa sahabat kita sesungguhnya. Apa sih keinginannya. Bagaimana cara dia memandang sesuatu. Justru kalau dia manis-manis aja depan kita patut dipertanyakan. Jangan-jangan dia manis cuma di depan aja. Bisa aja dong. Sahabat yang baik adalah sahabat yang bicara apa adanya demi kebaikan. Jadi kalau sahabatnya melakukan hal yang gak benar, sebagai sahabat yang baik tentu harus menegur. Gak mentang-mentang sehati, seperjuangan dan sepenanggungan jadi membuat kita ikutan arus sahabat yang cenderung gak baik tadi. Misalnya sahabat kita sedang terpengaruh obat-obatan terlarang, masa kita mau diam saja. Salah-salah kita ikut terjerumus. Intinya sih kalau dalam pergaulan, kita harus punya prinsip. Misalnya sahabat kita tiba-tiba berubah drastis ikut dalam pergaulan bebas sambil pesta miras atau nge-drugs, ya kita jangan ikutan juga lah. Porsi kamulah di sini untuk berperan mengingatkan bahwa hal itu gak sehat. Untuk jadi orang keren gak perlu nge-drugs, ikut pesta miras atau ikut pergaulan bebas yang gak ada aturannya kan? Bukan begitu? Kalau bukan apa alasan kamu? Intinya untuk menjadi sahabat yang baik, kita gak perlu berpura-pura. Kalau kita gak suka sama apa yang sahabat kita lakukan, kita bisa protes demi kebaikan. Gak ada yang melarang kita juga sih untuk jadi sahabat jaim seumur hidup. Cuma kalau udah begitu persahabatan kita cuma jadi topeng yang nutupin jati diri kita sebenarnya dong. Kita pun berada dalam persahabatan yang gak sehat. So, lakukan hal yang terbaik untuk kita dan para sahabat. Dengan begitu sahabat kita akan tambah menyayangi kita apa adanya .

Ingat, dengan ketulusan yang kita berikan, semua itu akan berbalik kepada kita juga.  Salam sahabat...."

Blog : http://sahabat-maya.blogspot.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline