Budaya kerja siwa SMK tidak akan terbangun tanpa ada kemitraan SMK-DUDI karena ini sebagai pondasi kesiapan kerja siswa didalam pendidikan sistem ganda(dual system). Pendidikan dan pelatihan budaya kerja harus ditempat lini produksi agar siswa betul-betul faham dengan yang sebenarnya ada di industri dan segala konsekuensinya, jika tidak akan terjadi istilah siswa SMK tidak siap kerja.
Melalui kelompok Mitra (Pokmi) SMK-DUDI (merupakan pondasi dual system) juga membangun pengetahuan guru dan siswa atas pemahaman detail budaya kerja secara detail dan berstandard pada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh DUDI, yang mungkin belum pernah difahami oleh guru di SMK sebagai contoh Industri yang sdh terstandar managemen kualitas lingkungan dan keselamatan serta kesehatan (ISO 9001, ISO 14001 dan OHSAS 18001).
Prakerin yang waktunya cukup (lebih dari 6 bulan) pada industri ini ditujukan agar para siswa SMK menghasilkan budaya kerja sesuai kondisi riil di industri, dan penguasaan teknologinya
Koordinasi pada Pokmi SMK-DUDI harus selalu terjaga dengan baik agar SMK mampu mengejar dinamika yang terjadi di dunia industri. Dan ini merupakan kelemahan yang ada saat ini karena belum adanya undang-undang yang memaksa dunia usaha untuk membuka pintu kepada anak-anak SMK.
Akibatnya, SMK yang dekat dengan kota dan industri menjadi maju karena akses yang dekat dan tanpa biaya yang terlalu besar.Kondisi tersebut, yang menyebabkan ketimpangan yang besar di SMK daerah-daerah, karena keberhasilan pendidikan sistem ganda adalah pokmi SMK-DUDI. Sebagai referensi pendidikan sistem ganda kita, adalah Jerman, ada undang-undang sebagai rujukan mengharuskan dunia industri untuk bersinergi dengan dunia pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H