Lihat ke Halaman Asli

Fallen Angel--- Angel Lelga dan Politisi Aji Mumpung Nekad Lainnya

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Acara mata Najwa malam tadi seperti menkonfirmasi apa yang selama ini ada difikiran masyarakat kita mengenai stereotype selebritis yang masuk ke dunia politik. Stereotype tersebut adalah aji mumpung, modus (modal dusta), dan modal tampang, semua stereotype tersebut tampak melekat erat di diri Angel Lelga, apalagi setelah dia tidak berkutik dibuat Najwa. Mudah saja untuk menertawai seorang Angel Lelga, apalagi mengejek dan membully-nya. Pada saat saya menulis artikel ini adal ratusan komentar negatif dan caci maki tersebar, baik di laman Youtube maupun di artikel-artikel yang dimuat oleh beberapa e-media dan sosial media.

Sejujurnya saya bersimpati dengan Angel Lelga, jelas dia sama sekali tidak tahu apa yang dia katakan, jelas dia menyesal telah nekad tampil di acara mata najwa dan akhirnya menjadi bahan olokan seantero negeri, tapi saya tidak tahu apakah ini akan mempengaruhi suaranya di Dapilnya nanti- Klaten, mungkin kalau masyarakatnya, seperti yang dikatakan Angel Lelga, hanya gemar menonton sinetron, bisa jadi tidak memberikan pengaruh yang berarti, karena mereka tidak menonton Mata Najwa, jadi Angel Lelga masih bisa selamat.

Tapi fenomena ini, sebenarnya tidak mengherankan. bukan hanya artis saja yang nekad menjadi politisi, tanpa visi-misi, tanpa agenda dan tanpa ilmu. Ada banyak orang awam yang juga nekad melakukan hal demikian. Saya teringat dengan tetangga saya yang menjadi pengusaha lumayan sukses, ketika ekonominya sudah mulai naik dan pergaulannya sudah mulai luas, dia ditawari menjadi caleg, tanpa fikir panjang, langsung diterima, setelah keluar uang sana-sini (untuk dana partai lah, untuk dana kampanye lah, dan dana -danalainnya), dia mendapatkan nomor urut 5. Pada saat itu saya hanyalah mahasiswa biasa, dan dengan beberapa rekan sesama mahasiswa, saya berinisiatif untuk mengundang beberapa caleg untuk berdiskusi dengan warganya. Salah satu yang saya undang adalah tetangga saya tersebut, selama diskusi (yang berjalan santai), dia sama sekali tidak bisa menjelaskan apapun, baik visi-misi, tujuan, agenda, bahkan ketika ditanya alasan menjadi caleg, dia hanya terbata-bata menjawab (dengan jawaban yang kabur, persis jawaban Angle Lelga).

Diakhir diskusi dia mendekati saya dan menyatakan penyesalannya, namun apa dikata, uang dan tenaga sudah dicurahkan, walaupun untuk alasan dan landasan yang absurd, dan dia sudah tidak bisa mundur lagi.

Singkat cerita, seperti yang sudah diduga, tetangga saya tersebut gagal menjadi seorang anggota legislatif, dengan uang dan tenaga yang habis ludes, beruntung dia tidak menjual tanah rumahnya. Susah payah akhirnya mencoba bangkit, beberapa tahun kemudian dia berhasil membuka pabrik kerupuk dan memberdayakan pemuda sekitar, ekonomi sudah mulai pulih, namun dia sudah jera, sadar betul politik bukan untuknya, namun apa yang dia perbuat sudah berkontribusi bagi perbaikan diwilayahnya.

Hak berpolitik adalah hak semua warga negara, namun tanggungjawab tentunya mengikuti hak, kalau anda tidak bisa bertanggung jawab, maka lebih baik mundur, lebih baik sadar diri, jangan melakukan hal bodoh demi gengsi.

untuk Angel Lelga, banyak belajar lagi, Anggota Dewan bukan untuk menghafalkan naskah, bukan akting, bukan cari sensasi, karena Anggota Dewa Terhormat adalah wakil rakyat, memperjuangkan aspirasi rakyat, memperjuangkan hak rakyat, kalau itu tidak bisa, bisa-bisa malah menjadi Anggota Hewan Keparat :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline