Lihat ke Halaman Asli

Safta Sanday. S

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Sriwijaya

Analisis Cyber War Menggunakan Pemikiran Clausewitz sebagai Pelopor Strategi Pro-Modern: Apakah Relevan untuk Saat Ini?

Diperbarui: 4 Desember 2021   07:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Melihat perkembangan teknologi yang sangat pesat, ternyata perkembangan teknologi tersebut mendorong kenyataan bahwa ruang cyber menjadi salah satu ruang yang tidak dapat dihindarkan. Ruang cyber begitu kompleks dan perkembangannya sangat pesat (Assegaff, 2020). Melalui perkembangan teknologi tersebut membuat ancaman cyber tidak dapat lagi dihindari.

Hal ini dapat dilihat dari semakin memudarnya batas-batas negara akibat dari adanya komunikasi antar negara yang tidak dapat dibatasi sebagai dampak dari perkembang teknologi. Sebelum membahas mengenai relevansi cyber war menurut pemikiran Clausewitz pada dasarnya telah banyak ilmuwan atau filsuf yang membahas mengenai perang atau strategi perang. Namun, pada kesempatan kali ini penulis akan membawakan bagaimana cyber war menurut pemikiran dari ilmuwan atau filsuf Clausewits.

INDIKATOR PERANG MENURUT CLAUSEWITZ

Meminjam argumen yang telah disampaikan oleh Clausewits yang menyatakan bahwa untuk menganilisis perang terdapat beberapa komponen utama agar sebuah tindakan perang dapat dikatakan benar-benar perang. Clausewits menyimpulkan terdapat tiga indikator yang mengindikasikan bahwa perang tersebut dapat ditafsir dengan baik. Indikator yang pertama adalah karakter kekerasan dalam perang dimana perang merupakan sebuah representasi dari tindakan yang memiliki kekuatan untuk melakukan tindakan kekerasan dengan memaksa lawan untuk tunduk (Maiolo, 2008). 

Dalam hal ini, tertulis dalam buku Carl Von Clausewitz yang terdapat pada halaman pertama yang berjudul "Perang" yang menyatakan bahwa kekerasan merupakan salah satu titik penting dari semua aktivitas perang. Indikator kedua yang menjadi sorotan Clausewitz adalah karakter instrumental perang. Pada dasarnya tindakan dalam perang selalu bersifat instrumental. 

Oleh karena itu, suatu hal yang dapat menjadi instrumental dalam perang adalah melalui sarana dan tujuan. Indikator ketiga adalah sifat politik dalam perang. Tindakan perang selalu bersifat politis. Tujuan pertempuran, untuk melempar musuh dan membuatnya tidak berdaya, mungkin untuk sementara membutakan komandan dan bahkan ahli strategi untuk tujuan perang yang lebih besar. 

Di dunia nyata, tujuan perang yang lebih besar selalu merupakan tujuan politik. Ini melampaui penggunaan kekuatan. Wawasan ini ditangkap oleh frasa Clausewitz yang paling terkenal adalah "Perang hanyalah kelanjutan dari politik dengan cara lain". Agar perang menjadi politik, entitas politik atau perwakilan entitas politik, apa pun bentuk konstitusionalnya harus memiliki niat dan kehendak. Niat harus diwujudkan dan kehendak satu pihak harus ditransmisikan kepada musuh di beberapa titik selama konfrontasi (tidak harus dikomunikasikan secara publik).

Setiap tindakan kekerasan dan niat politiknya yang lebih besar juga harus dikaitkan dengan satu pihak di beberapa titik selama konfrontasi. Sejarah tidak mengenal tindakan perang tanpa atribusi akhirnya.Jika dikaji berdasarkan defenisi dari cyber war dapat kita ketahui bahwa dalam sebuah tindakan cyber war penggunaan kekuatan teknologi militer yang memiliki intensitas yang sangat tinggi sehingga menimbulkan tendensi untuk menjadi penyebab yang jauh lebih berbahaya bagi masyarakat sipil. 

Dalam kriteria kejahatan dunia maya yang menjadi salah satu elemen penting adalah tindakan dan kekuatan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kasus-kasus cyber war dimana dalam cyber war terlihat jelas bahwa penggunaan teknologi perangkat jauh dalam pada alat dan sistem pertahanan dan keamanan dalam peperangan merupakan salah satu bentuk penggunaan teknologi dalam cyber war. 

Melalui teknologi terkini membuat negara menjadi lebih mudah dalam mendeteksi bahkan menyerang musuh dengan waktu yang sangat singkat. Dengan menekan tombol dalam cyber war dapat menimbulkan korban jiwa. Hal ini dapat ditemukan pada senjata berteknologi seperti drone atau roket jelajah. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penggunaan teknologi drone, rudal jelajah dan teknologi lainnya dalam cyber war akan menjadi salah satu hal yang sangat berbeda (Giraudoux, 1955). Selain itu, dalam menurut buku yang telah ditulis oleh Carl Von Clausewitz yang terdapat pada halaman pertama yang berjudul "Perang" menyatakan bahwa dengan adanya ketergantungan terhadap teknologi informasi juga dapat berdampak buruk terhadap manusia. 

Hal ini dapat dilihat dari adanya konsensi yang menyatakan bahwa hilangnya sistem kontrol dalam alu lintas udara akan berdampak pada hadirnya korban jiwa apabila terdapat negara yang menggunakan cyber untuk merusak radar lalu lintas udara atau sistem kontrol. Salah satu hal yang menjadi skenario terburuk adalah adanya serangan cyber  yang dilakukan oleh negara China terhadap Amerika Serikat jika terjadi krisis politik di Amerika Serikat. Melalui pemadaman listrik yang dilakukan oleh China terhadap Amerika Serikat melalui sistem kontrol jarak jauh tentu akan berdampak pada berbagai sektor, seperti hilangnya informasi keuangan dalam skala yang besar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline