Lihat ke Halaman Asli

Pucuk Pisang

Diperbarui: 3 Juni 2016   21:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rukmana gusar di sana, teras tua kesayangannya

yang jendelanya terbuka dan berpintu penuh lobang

Meremang dan kalut benaknya

Hawa yang khas terasa, bergelayut pada pucuk jantungnya.

Bergegas ke biliknya mengorek lobang hitam

dibukalah pelepah berbungkus noda

Pucuk pisang itu rupanya. Dicampak lalu dipungutnya lagi

Bilamana peluh menetes tak disadarinya,

diusap dengan tungkai lengan yang gemuk itu

lantas disentuhinya pucuk pisang bersama ikat bungkusan

Beriring derai hujan dari muara

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline