Lihat ke Halaman Asli

Safrida Lubis

Pembelajar kehidupan

Setumpuk Mujahir

Diperbarui: 3 April 2016   11:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Waffa series_1

"Wah. Sepertinya ban belakang kempes nih." Perempuan berjilbab coklat itu turun sambil melihat ban sepeda motor kesayangan suaminya. Betapa tidak, sepeda motor butut itu dibelinya dengan hasil jerih payah sendiri puluhan tahun yang lalu.

"Iya, nih. Pagi begini dimana kita bisa minta tolong untuk memperbaikinya." Sahut Abu Waffa.

Matahari baru sejengkal meninggi. Sepagi ini memang belum ada yang membuka bengkelnya, terlebih lagi dihari minggu seperti ini dan dalam kampung dengan sawah di kanan kirinya.

Walau begitu Ummi Waffa tetap membantu suaminya menurunkan belanjaan yang dibelinya di pasar subuh tadi.

Setelah celinguk sana sini, akhirnya lewat sebuah sepeda motor.

"Hai, Tengku. Itu pemilik bengkel sebelah jalan." Teriak orang kampung disebuah warung kopi.

"Alhamdulillah." Syukur Abu Waffa.

"Tengku. Bantu saya sebentar saja." Pinta Abu Waffa.

"O, iya. Tapi saya mau ke sawah nih. Yah apa boleh buat, rezeki tidak bisa ditolak." Dengan segera, tangan cekatannya membereskan ban yang telah kehilangan angin itu.

"Terima kasih banyak atas bantuannya, Tengku."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline