Lihat ke Halaman Asli

Menyaksikan Arkeologi dari Tayangan Film

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Arkeologi sebagai ilmu yang menceritakan rekonstruksi masa lampau, proses budaya, dan hal lainnya tentang masa lampau merupakan hal yang menarik untuk dinikmati salah satunya dengan diolah menjadi film; film mengenai arkeologi. Beberapa film yang telah diproduksi dan telah menarik penonton cukup banyak ialah film dengan judul Indiana Jones and the Last Crusade (1989), Boy on a Dolphin (1957), King Solomon’s Mines (1985), Legend of the Lost (1957), The Mummy (1932), dan Lara Croft Tomb Raider (2001). Film-film tersebut dapat dikatakan sukses menjaring massa meskipun begitu tetap ada pro dan kontra karena sebagian besar film tidak sesuai dengan hasil penelitian atau ilmu arkeologi yang sesungguhnya dan pula karena ada imajinasi atau fantasi yang keluar dalam pembuatan film. Namun jika menyajikan film sesuai ilmu arkeologi sekiranya masyarakat akan cenderung complain, tidak terhibur, dan merasa monoton karena mereka menganggap arkeologi merupakan suatu pekerjaan yang serius. Terlepas dari pro kontra itu, adanya film mengenai arkeologi membuktikan adanya umpan balik antara arkeologi dengan masyarakat secara umum, baik yang berperan secara langsung di dunia perfilm-an atau masyarakat penikmat film. Adanya umpan balik tersebut tidak terjadi di setiap negara termasuk di Indonesia.

Film mengenai arkeologi itu belum menjadi suatu hal yang menarik di Indonesia baik dari perusahaan film, sutradara, sampai dengan masyarakat sebagai penonton film. Hal terebut bisa diartikan bahwa belum ada minat khusus mengenai tampilan audio visual terkait arkeologi kemudian masyarakat juga belum memahami bahwa arkeologi menyajikan masa lampau yang seharusnya menyajikan banyak cerita yang dapat didokumentasikan ulang dalam bentuk film. Oleh karena itu diperlukannya usaha keras agar arkeologi dapat menjadi suatu yang bermanfaat dan diketahui oleh masyarakat umum kemudian mengenai film sebaiknya diperlukan pemahaman ilmu yang baik dalam memahami arkeologi supaya film yang dihasilkan dapat menghibur dan tetap memperhatikan ‘rambu-rambu’ ilmu arkeologi yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline