WHO (World Health Organization) menetapkan COVID-19 sebagai pandemi global sejak 11 maret 2020. Sejak saat itu pun pemerintah Indonesia mulai menerapkan beberapa kebijakan untuk menangani pandemi COVID-19 seperti penerbitan protokol kesehatan, penerapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) hingga penerapan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), dan penerapan pembelajaran dari rumah atau SFH (School From Home) bagi para kaum pelajar.
Kebijakan-kebijakan tersebut terutama kebijakan dalam penerapan SFH (School From Home) dan penerapan PPKM dan/atau PSBB ternyata berdampak buruk pada kesehatan anak-anak sekolah karena pada dasarnya sebelum pandemi COVID-19, anak-anak sekolah sering menghabiskan waktunya dengan bermain bersama teman-temannya seperti bermain bola, berlari-larian, dan bentuk permainan lainnya yang cukup membutuhkan banyak energi. Namun, ketika pandemi COVID-19 ini mengintai dunia, segala aktivitas di sekolah dan diluar rumah perlu dibatasi demi mengurangi rantai penularan COVID-19.
Anak-anak sekolah pun hanya dapat berdiam diri dirumah masing-masing dan akan menurunkan intensitas aktivitas fisiknya. Rendahnya aktivitas fisik tersebut dapat menyebabkan energi yang didapatkan dari konsumsi makanan akan tersimpan dalam bentuk lemak sebagai cadangan energi. Hal tersebut membuat suatu permasalahan baru yang berupa peningkatan berat badan pada anak tersebut dan bahkan dapat menyebabkan obesitas.
Dampak Negatif Obesitas pada Anak
Banyak dampak negatif yang dapat ditimbulkan apabila seorang anak mengalami obesitas seperti peningkatan risiko untuk mengalami hipertensi, gagal ginjal, diabetes, sindrom metabolik maupun serangan jantung. Anak yang mengalami obesitas juga rentan untuk mengalami perundungan dari teman-teman sekitarnya. Meskipun kemungkinan kecil anak sekolah akan bertemu dengan teman sebanya, namun perundangan tersebut dapat saja terjadi saat kegiatan tatap muka dilaksanakan.
Kejadian perundungan yang terjadi pada anak obesitas dapat mengakibat anak tersebut sering merasa rendah diri dan merasa tidak dapat bersaingi. Tak hanya dampak dari segi kesehatan fisik dan mental, obesitas ini dapat berdampak ke penurunan prestasi anak di sekolah. Anak yang mengalami obesitas akan mudah untuk merasa kantuk dan akan berpengaruh pada kemampuan dalam mengingat.
Pencegahan dan Penanggulangan Obesitas Pada Anak
Untuk mencegah dan mengurangi risiko obesitas pada anak saat pandemi COVID-19, diperlukan peran serta dari beberapa pihak seperti sektor kesehatan seperti puskesmas dan kader kesehatan, pihak keluarga anak dan pihak sekolah. Pada dasarnya, sekolah terkadang tidak mengacuhkan kesehatan anak muridnya, namun hanya mementingkan prestasi yang didapat oleh pihak sekolah.
Dilatarbelakangi oleh hal tersebut, sektor kesehatan seperti puskesmas yang akan dibantu pula oleh kader kesehatan, perlu mengadakan suatu edukasi kepada pihak sekolah terkait obesitas yang dapat berdampak pada penurunan prestasi belajar anak. Setelah pihak sekolah mendapat pengatahuan bahwasanya obesitas ini dapat mengakibatkan penurunan prestasi belajar, pihak sekolah dapat menyediakan wadah untuk mengatasi masalah obesitas pada anak.
Pihak sekolah dapat mengadakan senam bersama setiap pagi yang dilaksanakan sebelum kegiatan belajar dimulai. Melalui kegiatan senam bersama ini maka diharapkan dapat meningkatkan aktivitas fisik pada anak sehingga energi yang didapatkan tidak disimpan dalam bentuk lemak melainkan dibuang melalui proses metabolisme.
Peran orang tua atau keluarga dalam kegiatan ini sangatlah penting sebab selama pandemi COVID-19 segala kegiatan sekolah hanya dapat dilakukan secara daring, sehingga kegiatan senam pun akan pula dilakukan di rumah masing-masing anak murid. Pelaksanaan
senam tersebut perlu dimonitor dengan baik oleh para orang tua sehingga tujuan awal dari kegiatan ini pun dapat tercapai.