Lihat ke Halaman Asli

Safitri Lestari

Wanita kelahiran tahun sebelum reformasi dan menulis berbagai kisah hidupnya melalui ribuan aksara kata

Hingga Napas Ini Habis

Diperbarui: 8 September 2019   23:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Unsplash. Com

Gemerlap bintang menjadi sinar yang paling indah untuk ku pandangi

Semilir angin yang beralih dari timur membawa miliyaran rindu untuk seorang yang ku rindukan malam ini


Aku sadar, aku pernah menjadi manusia yang paling patah
Mudah menyerah bahkan terlupa Tuhan Selalu Memberikan ku celah
Tuk melihat berbagai banyak peristiwa selain perihal hati yang menahan luka parah

Kini
Kau mampu hilangkan semua rasa pedihku
Semua persepsi burukku perihal dirimu
Nyatanya terpatahkan perihal usaha kerasmu tuk mengikatku
Harapan sucimu yang kelak meminangku
Harapan didalam setiap dera langkah perjalanan

Nyatanya aku keliru menilaimu
Ku fikir kau akan mengacuhkanku
Menganggap aku tak ada di hidupmu
Tetapi kini ku sadar bahwa tak sepantasnya aku menilai seseorang yang kuat menahan pilu
Menahan lara tuk ungkapkan rindu

Terima kasih sayang
Atas cintamu yang enggan tuk kau hilangkan
Bahkan selalu kau perjuangkan
Dan juga tidak hanya memberi harapan
Sebab cinta bukan hanya perihal kata ucapan
Namun bukti dari seluruh pengorbanan

Aku mencintaimu
Duhai renjanaku
sampai bertemu
Dihari kehadiranmu 

kelak di hadapan kedua orang tuaku

- Safitri Lestari -

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline