Lihat ke Halaman Asli

Berhentilah Melamun, Marilah Selamatkan Padang Lamun

Diperbarui: 1 Juni 2018   00:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Indonesia", satu kata berjuta warna dan kekayaan yang tersirat di dalamnya. Banyak orang yang mengakui hal ini. Salah satu kekayaan yang sangat mencuat ke mancanegara adalah "keanekaragaman hayatinya". Hal itu menjadi anugerah bagi Indonesia. Selain itu, kondisi geografis yang strategis pun dengan iklim tropis mendukungnya, membuat Indonesia menjadi hunian yang nyaman nan ideal bagi berbagai flora dan fauna. 

Terlebih, ekosistem yang di dominasi oleh hutan hujan tropis serta berbagai ekosistem perairannya menyebabkan keanekaragaman hayati, atau akrab disebut dengan biodiversitas, berlimpah ruah. Sebut saja yang unik, indah atau bahkan yang hanya dapat ditemukan di Indonesia, semua hadir di sini. Pada salah satu artikel mongabay memaparkan, secara keseluruhan, Indonesia menempati posisi ketiga dalam negara-negara dengan tingkat biodiversitas di dunia. 

Sedikitnya, Indonesia menyumbangkan 16,2% jenis burung; 4,6% jenis amfibi; 12,2% jenis mamalia; 7,1% jenis reptil; 14,1% jenis ikan dan 10,9% jenis tumbuhan berpembuluh, tingkat kekayaan biodiversitasnya pada dunia. Mungkin data ini sewaktu-waktu akan berubah. Sebab masih banyak daerah-daerah pelosok yang bahkan belum terjamah oleh para peneliti, berpotensi meningkatkan data yang tersaji saat ini.

Namun, perubahan itu bukan hanya dalam bentuk peningkatan tapi juga ada kemungkinan mengalami penurunan. Perlahan kekayaan itu tergerus oleh tangan - tangan jahil. Salah satu yang jumlah keberadaannya sudah mengalami perubahan adalah keanekaragaman hayati di Indonesia. Hal itu dibuktikan data dari salah satu artikel mongabay yang menyatakan selang tiga tahun, nilai indeks ini menurun menjadi 81.0 di tahun 2008. Penurunan indeks ini dipicu oleh berbagai isu seperti deforestasi, perburuan dan perdagangan satwa terlindungi, konflik lingkungan serta perubahan iklim global, sehingga mengancam keberadaan hayati di negeri ini.

Keanekaragaman hayati yang mengalami penurunan jumlah populasi waktu demi waktu baik itu yang berada di daratan maupun berada di perairan. Salah satu keanekaragaman hayati fauna yang cukup menarik perhatian dalam penurunan populasinya adalah dugong. Mungkin bagi kebanyakan orang masih asing dengan nama dugong, orang - orang lebih mengenal duyung. Sebenarnya kedua satwa tersebut adalah sama. 

Dugong memiliki panjang tubuh yang diperkirakan sekitar 2,4-3 meter dengan rentang berat badan mulai 230 hingga 908 kilogram. Secara alami, reproduksinya tergolong lambat. Untuk melahirkan satu anakan saja, ia butuh waktu sekitar 14 bulan, sementara jarak satu kelahiran dengan kelahiran berikutnya adalah 2,5 - 5 tahun. Dari anakan untuk tumbuh dewasa ini diperlukan waktu sepuluh tahun masa perkembangan. Sementara rentang umur hidupnya sendiri, diperkirakan hingga 70 tahun.

Berdasarkan data dari mongabay menyatakan bahwa di Indonesia, dugong tersebar mulai dari ujung Indonesia bagian barat (Aceh) hingga timur Indonesia (Papua). Populasi tertingginya berdasarkan Spalding (2007) diperkirakan ada di perairan Ekoregion Arafura (kurang dari 200 ekor), Ekoregion Papua (kurang dari 100 ekor), serta Ekoregion Lesser Sunda, Ekoregion Paparan Sunda, dan Ekoregion Selat Makasar yang masing-masing kurang dari 100 ekor. Sementara, untuk ekoregion lainnya terpantau dalam populasi yang lebih kecil.

Keberadaan dugong tentunya memiliki manfaat yang begitu besar antara lain, adanya dugong menandakan wilayah perairan tersebut memanglah subur. Ini dikarenakan dugong berandil besar dalam membantu siklus nutrien di alam, terutama saat ia memakan lamun yaitu dengan mengaduk substrat, dan begitu pula dengan hasil ekskresi yang dikeluarkannya.

Sebagai pakan pokok bagi dugong, lamun mempunyai peranan penting dalam segi ekosistem. Lamun merupakan tumbuhan yang berada di dasar laut dangkal. kumpulan lamun disebut padang lamun. memang jika kita melihat tumbuhan ini terlihat biasa saja. akan tetapi, tumbuhan lamun ini memiliki banyak manfaat bagi ekosistem laut. 

Jika kita lihat posisi lamun berada, lamun terletak diantara ekosistem magrove dan terumbu karang dari letaknya yang strategis ini lamun dapat meminimalisir gelombang ombak yang mengarah ke ekosistem mangrove selain itu dapat menyaring sampah sampah kecil yang terseret ombak menuju terumbu karang yang dapat menyebabkan terumbu karang setres. selain dari posisi letak, keberadaan lamun juga menjadi tempat memijah ikan ikan untuk berlindung dari sengatan matahari.

Namun, Tim Walidata Lamun pada Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat bahwa status kondisi padang lamun di sebagian besar wilayah laut Indonesia terkini kurang bagus. Kepala Pusat Oseanografi LIPI, Dirhamsyah mengatakan, saat ini, persentase secara umum tutupan lamun di Indonesia adalah 40 persen. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline