Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Mengingat Jejak Perjuangan

Diperbarui: 13 Desember 2018   22:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Gambar: Dokumentasi Pribadi

Detik demi detik,
jam demi jam,
hari demi hari,
minggu demi minggu,
bulan demi bulan,
empat tahun lalu,
Sebuah jejak perjuangan dimulai
untuk  mereka yang masih tak merdeka
untuk mereka yang terabaikan akan hak-haknya
untuk mereka yang menjadi korban kekerasan
untuk mereka yang memohon perlindungan
untuk mereka yang berjuang atas nama keadilan
****
Masih terlihat sangat jelas,
dalam perjalanan pergi,
gambaran yang menemani setiap langkah
jalan-jalan terlihat semakin bertikung
melenyapkan setiap tapak dengan jejak
pohon-pohon hijau berubah menjadi gedung
meninggalkan aroma udara yang sesak
bersama buliran-buliran debu yang kian semerbak
awan yang kadang terlihat suram
bintang-bintang semakin enggan menghampiri langit
****
Masih terdengar sangat jelas,
dalam perjalanan pulang,
hembusan angin yang semakin kencang
bertiup membelai setiap kehidupan yang kian padat
suara-suara riak semakin mengiang
disetiap sudut gedung-gedung hehunian yang menjulang
anak-anak telanjang kaki menyusuri pinggir jalan
membawa setumpuk koran, rebana, gitar dan barang dagangan
dengan wajah lusuh, kumal dan perut lapar
****
Masih sangat jelas dalam ingatan,
gedung dan ruang dengan aroma dinginnya
wajah-wajah jarang senyum dengan setumpuk ide dalam pikiran
bau aroma kopi yang menyengat pagi
kertas-kertas bertumpukan diatas meja yang tidak tertata
hujan yang kerap turun diwaktu senja menjelang malam
kendaraan yang sesak dan berbau keringat
menemani perjalanan menuju tempat labuhan
dengan pikiran lelah dan merindukan ketenangan
****
Waktu berdetak,
meninggalkan detik,
menit,
jam,
hari,
minggu,
bulan,
hingga menjadi tahun
kenangan itu masih terus bergelayut dalam alam pikir
membuat rindu menyergap dan ingin kembali
dalam setiap jejak perjuangan yang membawa jiwa dalam kobaran
namun hati begitu membenci penolakan
hingga ketika langkah ingin kembali
selalu merindukan untuk berhenti
semua jejak itu,
biarkan hanya menjadi sebuah ingatan
bahwa jiwa dan raga pernah berjuang




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline