Lihat ke Halaman Asli

Suratku untuk Ibu....

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1394011445612024695

[caption id="attachment_298702" align="aligncenter" width="319" caption="sumber: koleksi pribadi"][/caption]

Ibu..

masih ingat setahun lalu..

aku masih berkeluh kesah padamu..

tentang kekecewaan pada ketidakadilan negeri ini..

tentang kekerasan, pengabaian, dan keserakahan..

cerita itu masih sama Ibu..

.

Ibu...

masih ingat enam bulan lalu...

aku bercurah tentang likunya kehidupan...

dimana para tuan-tuan wakil rakyat makan uang rakyat...

memperkaya diri tanpa peduli rakyat...

cerita itu tetap sama Ibu...

.

Ibu...

masih ingat seminggu lalu...

cerita kita menyambut malam...

tentang perempuan-perempuan yang mengalami kekerasan...

mereka disiksa, diperkosa, dicaci dan distigma...

mereka mencari nafkah keluarga di negeri seberang...

tetapi pulang sudah tak bernyawa...

bahkan terhina oleh bangsa mereka sendiri

kisah itu masih sama ibu....

.

Ibu..

semakin senja usiamu dan usiaku...

mengapa tak ada yang berubah...

cerita-cerita kita masih sama....

disaat gurat senyummu makin samar...

aku melihat ketidakadilan dan keserakahan semakin terang...

.

Ibu..

Aku malu melihat negeriku sendiri...

tulang-tulang si miskin semakin kering...

si kaya malah menambah mobil...

bahkan mereka tak pernah berpaling dengan si miskin...

.

Ibu...

Aku merindukan kedamaian negeriku...

seperti aku merindukan kehangatan hatiku saat didekatmu....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline