Lihat ke Halaman Asli

Kuburan Keadilan...

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14024832331921966746

[caption id="attachment_310738" align="alignleft" width="124" caption="Sumber: Koleksi Pribadi"][/caption]

Tanah-tanah merah mulai kering

di bawah gedung-gedung emas penguasa

Angin bertiup menelan debu

Rakyat terlunta mencari nafkah

Si berdasi beroda empat berkeliling dunia

****

Isak-isak tangis berdentang seperti lonceng

membangunkan pagi hingga senja terlelap lagi

Suara-suara janji bernyanyi merekam telinga

meneriakkan alunan yang manis

menambah bising lebih dari polusi suara

****

Perempuan-perempuan senja di ujung desa

berjalan tertatih menyusuri bukit-bukit terjal

dengan aliran air yang menguras dalam tubuh

Untuk secanting beras mengisi lambung

dengan tulang-tulang yang hampir kering

dan kaki yang membiru ditelan tanah

****

Mereka yang berteriak untuk Keadilan

Mereka yang bernyanyi untukKebenaran

terus melambaikan tangan-tangan dengan tegap

Dengan debu-debu yang mengusam di ujung jari

di bawah terik yang menyengat menusuk hati

****

Mereka yang tiba-tiba menjadi buta

melihat kekerasan merajalela

Mereka yang tiba-tiba menjadi tuli

melihat diskriminasi menguasai

Mereka yang tiba-tiba menjadi lumpuh

ketika penguasa merampas uang negara

****

Mereka yang tiba-tiba menjadi buta, tuli dan lumpuh

menggrogoti tulang-tulang rakyat dengan ketidakadilan

menguburnya dengan kekuasaan

menancapkan nisan keadilan menjadi kuburan

kemudian hilang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline