Lihat ke Halaman Asli

Dwi Anggun Safitri

Mahasiswa universitas Airlanggga

Ekspedisi Kapal Dagang VOC "Rust en Werk" di Buton

Diperbarui: 22 September 2023   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada 1772, Himayatuddin Sultan Buton ke-20 membatalkan kontrak-kontrak yang membelenggu Buton secara sepihak ini mengakibatkan hubungan Buton dengan VOC mencapai titik terendah. Pada saat itu juga hubungan Buton dengan VOC menegang.

Perompakan Kapal Rust en Werk milik VOC dilatarbelakangi ketika kapal berlabuh di pelabuhan Baubau. Perampokan ini dilakukan oleh Frans Fransz dan sejumlah pengikutnya. Frans Fransz sebelumnya adalah narapidana bekas juru bahasa Belanda di Bone. Sultan Himayatuddin mengutuh petugas pelabuhan untuk meminta pajak labuh ke kapal VOC tersebut. Tetapi awak kapal Rust en Werk, menggap hal yang tabu karena sebelumnya tidak ada pajak labuh kapal di pelabuhan Buton. Pertikaian antara petugas Pelabuhan Buton dan awak kapal Rust en Werk tidak terelakan. Kapal Rust en Werk seharusnya melanjutkan pelayaran ke Maluku harus tertahan di Pelabuhan Baubau. Frans Fransz dan pengikutnya yang kebetulan juga tengah berlabuh di pelabuhan Baubau memanfaatkan kerusuhan tersebut, dengan menyerang awak kapal Rust en Werk, merampok muatan kapal, kemudian melarikan diri ke Kobaena.

Ekspedisi militer VOC ke Buton pada 1755 dicatat sebagai ekspedisi militer untuk perang.

Sultan Himayatuddin dianggap bertanggung jawab karena tidak memberi perlindungan pada kapal tersebut. Lebih dari itu, VOC mencurigai Sultan Himayatuddin berada di balik skenario penyerangan kapal tersebut. Sebagai tuntutan ganti-rugi pada Buton, VOC mengharuskan Buton menyerahkan 1.000 budak (tenaga kerja) kepada VOC dalam kurun satu tahun. Tuntutan VOC itu ditolak Sultan Himayatuddin dengan alasan bahwa pelaku penyerangan kapal Rust en Werk adalah orang berkebangsaan Eropa sehingga Buton tidak merasa perlu memikul tanggung jawab. VOC memberi ultimatum, jika tuntutan ganti-rugi tidak diindahkan maka Buton akan diserang.

Pada awal Januari 1755, sebagai wujud keseriusan VOC terhadap penyelesaian ganti-rugi Kapal Rust en Werk. VOC menugaskan perwira militer VOC Kapten Rijsweber ke Buton. Perwira VOC tersebut membawa pesan yang mengingatkan Buton atas konsekuensi yang bakal ditimpakan VOC bila sultan tidak segera merealisasikan tuntutan ganti rugi kapal Rust en Werk.karena tuntutan tidak diindahkan, VOC akhirnya mengirim ekspedisi perang ke Buton.

Pada 19 Februari 1755, Kapten Rijsweber bersama pasukannya berangkat ke Buton. Ekspedisi ini perang ini VOC mengerahkan tujuh buah kapal perang. angkatan perang VOC yang dikerahkan untuk menggempur Buton itu berhadapan 5.000 laskar kesultanan.

Refrensi dari 

dalam Lintasan Sejarah, B., Perubahan Sosial, dan, Ode Abdul Munafi, L., & Tenri, A. (n.d.). Social Changes in Peasant Community Due to Gold Mine View project Inventory and Preservation of Regional Culture Advancement Objects of Baubau City View project. https://www.researchgate.net/publication/367530572

Santoso Editor Senja Kala Yahya Anggota Abdul Cholik Bayu Patriasari Desi Mulyaningsih Suryagung SP Sapta Sunjaya, A. R., & Oktavianto, B. (n.d.). Nas a k kah Sumber A Arsi rsip K p Kema aritima man ii Ketua Desain Gra s & Lay Out NASKAH SUMBER ARSIP KEMARITIMAN.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline