Lihat ke Halaman Asli

Safira Qotrul Iman

UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Mengapa Standar Emas Tidak Relevan Lagi?

Diperbarui: 20 Desember 2024   06:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Standar emas, yang mengaitkan nilai mata uang suatu negara dengan cadangan emasnya, pernah menjadi pilar sistem keuangan global sejak abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Sistem ini memungkinkan setiap unit mata uang yang diterbitkan memiliki nilai yang setara dengan jumlah tertentu emas, yang berarti masyarakat atau negara lain dapat menukarkan mata uang dengan emas secara langsung.

Pada masa kejayaannya, standar emas memberikan stabilitas ekonomi karena mencegah pencetakan uang secara berlebihan oleh pemerintah, menekan risiko inflasi yang tak terkendali, dan menciptakan sistem keuangan yang  konsisten di antara negara-negara yang mengadopsinya. Namun, sistem ini perlahan ditinggalkan pada abad ke-20, dan saat ini, mayoritas negara menggunakan sistem mata uang fiat. Lantas mengapa standar emas yang menawarkan stabilitas ekonomi tergantikan oleh mata uang fiat yang tidak memiliki nilai intrinsik dan berpotensi menyebabkan ketidakstabilan nilai mata uang?

Apa Itu Standar Emas?

Standar emas adalah sistem moneter di mana nilai mata uang suatu negara didasarkan langsung pada emas. Negara-negara yang mengadopsi sistem ini mengonversi uang kertas ke dalam jumlah emas tertentu, serta menetapkan harga emas dan membeli atau menjual emas sesuai harga tersebut. Harga tetap ini kemudian digunakan untuk menentukan nilai mata uangnya. Misalnya, jika Amerika Serikat menetapkan harga emas sebesar $500 per ons, maka nilai 1 dolar setara dengan 1/500 ons emas.

Artinya, uang kertas yang digunakan sehari-hari dijamin nilainya oleh emas. Sistem ini mulai berkembang antara tahun 1696 hingga 1812 untuk mengatasi masalah yang muncul akibat penggunaan uang kertas.

Sejarah Standar Emas

Pada tahun 1819, Inggris menjadi negara pertama yang secara resmi menerapkan standar emas. Penemuan emas dalam jumlah besar di abad ke-19 ditambah dengan berkembangnya perdagangan global membantu sistem ini bertahan hingga awal abad ke-20 (Lioudis, 2024).

Era yang disebut sebagai "masa kejayaan standar emas klasik" ini kemudian menyebar ke Prancis, Jerman, Swiss, Belgia, dan Amerika Serikat. Setiap negara menetapkan mata uang nasionalnya berdasarkan berat emas tertentu. Sebagai contoh, pada tahun 1834, 1 ons emas di Amerika Serikat bernilai $20,67 dan nilai tukar ini digunakan untuk perdagangan internasional. Negara-negara lain kemudian bergabung dalam sistem ini untuk mendapatkan akses ke pasar perdagangan Barat (Chen, 2022).

Antara tahun 1871 hingga 1914, standar emas mencapai puncaknya. Selama periode ini, kondisi politik yang relatif stabil terjadi di banyak negara, termasuk Australia, Kanada, Selandia Baru, dan India, yang semuanya menerapkan standar emas. Namun, situasi ini berubah drastis dengan pecahnya Perang Dunia pada tahun 1914 (Lioudis, 2024).

Jatuhnya Standar Emas

 Meskipun standar emas berjalan dengan baik di abad ke -19 hingga awal abad ke-20, di mana sistem ini menekan inflasi dan mencegah hiperinflasi karena bank hanya menyetak uang sesuai dengan persediaan emas suatu negara, pada kenyataannya sistem ini runtuh ketika terjadi Perang Dunia I yang disusul dengan Perang Dunia II.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline