Lihat ke Halaman Asli

Safira Nurrahmah Ramadhani

Mahasiswa S1 PWK Universitas Jember

Dampak dari Kontribusi APBN dalam Penyelenggaraan Presidensi G20 Tahun 2022 di Indonesia

Diperbarui: 7 April 2022   12:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dua tahun ini bukanlah tahun yang mudah untuk semua negara di dunia. Datangnya pandemi COVID-19 yang berlangsung sejak 2020 dan belum berakhir hingga saat ini dengan adanya varian baru bernama omicron memberikan tekanan tersendiri di berbagai sektor kehidupan. Sektor ekonomi merupakan salah satu sektor terdampak yang terus mengalami ketidakstabilan. Hal ini menjadi ancaman global bagi setiap negara termasuk Indonesia karena beberapa program yang telah direncanakan harus berjalan tidak optimal. Dan masyarakat juga pemerintah sebagai pembuat kebijakan terus melakukan berbagai penyesuaian dalam rangka mencapai kesejahteraan.

Selama masa pandemi ini, APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) berperan penting mencapai tujuan pemerintah yaitu sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Baik dalam penyebaran informasi, antisipasi dan penanganan COVID-19 terutama dalam bidang kesehatan, peningkatan daya beli masyarakat berupa bantuan sosial, berbagai jenis subsidi, dukungan usaha, pembiayaan korporasi, dan lain sebagainya. Dari berbagai program yang ada tersebut, pemerintah memfokuskan pada pemulihan ekonomi nasional mengingat perannya yang sangat vital agar dapat membangkitkan sektor lainnya.

Seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai terbiasa dengan kehidupan New Normal yang serba baru ini. Meskipun kondisi pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini telah pulih dan mengalami peningkatan yang jauh lebih baik daripada saat pertama kali COVID-19 masuk, namun APBN masih terus berperan penting dalam pemulihan ekonomi nasional. Termasuk dalam salah satu jalan untuk pemulihan ekonomi nasional tahun 2022, dimana Indonesia mendapatkan kepercayaan dan kesempatan dari negara-negara lain di dunia untuk menunjukkan kepemimpinannya melalui Presidensi G20 sejak 1 Desember 2021 sampai dengan 20 November 2022.

G20 adalah singkatan dari Group of Twenty atau kelompok 20 yang menjadi forum multilateral antara negara maju dan negara berkembang di dunia. Terbentuk pada tahun 1999 dengan anggota yang terdiri dari sembilan belas negara dengan perekonomian besar dunia dan satu lembaga uni eropa. Indonesia telah bergabung sejak awal pembentukannya, dimana saat itu Indonesia sedang berada di masa pemulihan yang diakibatkan oleh krisis keuangan pada tahun 1997 -1998. Dalam G20, Indonesia mewakili negara berkembang khususnya di Asia Tenggara karena Indonesia dianggap memiliki potensi besar sebagai negara dengan ekonomi rendah menuju ke level menengah dalam pendapatan per kapita (Emerging economy). G20 merepresentasikan 85% perekonomian dunia, 80% investasi global, 75% perdagangan internasional, dan 60% Populasi dunia. G20 juga tidak memiliki kantor sekretariat permanen tetapi memiliki tuan rumah tahunan yang disebut presidensi dan troika (Sekretariat yang menjaga kesinambungan penyelenggaraan G20 dan terdiri dari 3 negara yang merupakan tuan rumah presidensi saat ini, presidensi tahun sebelumnya, dan presidensi tahun selanjutnya).

Momentum Presidensi G20 di Indonesia tahun 2022 ini merupakan sejarah baru bagi Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk menjadikan Indonesia maju dengan mengoptimalkan peluang dan tantangan yang ada. Melalui tema "Recover Together, Recover Stronger" yang memiliki arti Pulih Bersama, Pulih Lebih Kuat, Indonesia mengajak semua negara di dunia untuk saling mendukung agar pulih bersama serta tumbuh lebih kuat. Dengan tiga pilar utama yaitu promoting productivity (Mempromosikan produktivitas melalui penguatan sumber daya manusia), increasing resilience and stability (Meningkatkan daya tahan ekonomi yang tangguh dan berkelanjutan), juga ensuring sustainable and inclusive growth (Memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif). Selain itu, Presidensi G20 juga akan membahas berbagai isu global yang berkaitan erat dengan ekonomi, pajak, keuangan, fiskal dan moneter, juga ekonomi non keuangan seperti energi, pembangunan, pariwisata, hingga perubahan iklim.

Dalam pelaksanaannya, APBN menjadi salah satu sumber anggaran sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak Presiden Joko Widodo bahwa APBN tahun 2022 memiliki peran sentral di Presidensi G20. Maka dari itu, Bapak Presiden juga menambahkan bahwa dalam menghadapi ketidakpastian tahun 2022 kita harus merancang APBN tahun 2022 yang responsif, antisipatif, dan juga fleksibel. Selalu berinovasi dan mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi dengan tetap menjaga tata kelola yang baik.

Melalui kesempatan ini, Indonesia dapat menunjukkan keberhasilannya dalam reformasi struktural dan upaya yang telah dilakukan dalam menghadapi perubahan iklim terutama terkait pengurangan emisi dan perbaikan lingkungan secara berkelanjutan kepada negara-negara lain anggota G20 selama satu tahun kedepan. Selain itu, Indonesia juga dapat memperkenalkan tradisi dan budaya Indonesia yang begitu indah dan beragam. Seperti pada logo Presidensi G20 tahun 2022 di Indonesia yang bermotif kawung berbentuk gunungan. Dimana batik kawung berasal dari Yogyakarta dan gunungan yang merupakan bagian dari pewayangan Indonesia. Serta memperkenalkan pariwisata dan produk unggulan Indonesia kepada dunia sehingga dapat menggerakkan iklim perekonomian di Indonesia.

Tidak hanya itu, dalam mencapai keberhasilan program juga harus didukung dengan kolaborasi, inovasi, dan kerja sama dari berbagai pihak terkait. Sehingga secara tidak langsung, adanya rangkaian kegiatan Presidensi G20 tahun 2022 di Indonesia termasuk kunjungan para delegasi dan pendukung dari negara anggota G20 dalam kurang lebihnya 150 pertemuan akan mendatangkan dampak ekonomi bagi Indonesia ke arah yang positif. Baik dari peningkatan PDB (Produk domestik bruto), peningkatan konsumsi domestik, peningkatan jumlah investor, peningkatan jumlah keterlibatan tenaga kerja juga UMKM.

Dalam menyambut kedatangan para delegasi dan pendukung dari negara anggota G20, akan terdapat penambahan lapangan pekerjaan yang ke depannya berdampak pada peningkatan devisa negara. Baik dari sektor kuliner, pariwisata, transportasi, penginapan, perdagangan, UMKM, dan lain sebagainya. Terjadinya penyerapan tenaga kerja ini mengakibatkan penurunan angka pengangguran dan peningkatan proses produksi juga jumlah pemintaannya. Hal tersebut beriringan dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat dari segi konsumsi domestik serta memperkuat pertumbuhan ekonomi dari sisi pemulihan ekonomi.

Mengingat anggota G20 merupakan negara dengan skala perekonomian besar di dunia juga merupakan 80 persen investor global. Oleh karena itu, dengan memanfaatkan momen ini untuk menunjukkan branding Indonesia dan prestasi ataupun kemajuan yang telah diraih Indonesia dalam rangka pemulihan pasca pandemi, secara tidak langsung akan mendorong kepercayaan para pelaku ekonomi dalam berinvestasi, baik dari dalam maupun luar negeri. Terlebih akan mendorong kemudahan akses pembiayaan bagi UMKM yang saat ini telah mulai memasuki ekosistem digital dan berhasil memanfaatkan pasar lokal. Dimana hal tersebut membuatnya menjadi salah satu penggerak utama kebangkitan ekonomi nasional. Terutama yang berkaitan dengan pariwisata. Dengan dipilihnya Bali sebagai tempat KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) tahun 2022 di Indonesia akan membuatnya kembali ramai oleh para wisatawan akibat dari persepsi investor dan pelaku ekonomi yang bisa menjadi nilai tambah bagi pemulihan ekonomi di Indonesia. Di sisi lain, pelaksanaan Presidensi G20 tahun 2022 di Indonesia juga harus didukung dengan infrastruktur yang memadai. Sehingga akan mendorong pemerintah untuk melakukan sejumlah perbaikan dan pembangunan infrastruktur terutama dari segi teknologi.

Terlepas dari APBN yang nantinya akan mengalami defisit ataupun surplus. Indonesia telah memulai langkah yang baik pada tahun 2022 ini. Mengingat bayangan akan risiko dari pandemi COVID-19 yang masih terus terjadi. Maka dari itu, mengoptimalkan pelaksanaan Presidensi G20 dapat menjadi jalan Indonesia dalam menangani ketimpangan pemulihan ekonomi dari adanya berbagai ketidakpastian akibat COVID-19. Serta memastikan produktivitas dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan di masing-masing sektor untuk menunjukkan kemampuan Indonesia menjadi Indonesia Maju 2045.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline