Lihat ke Halaman Asli

Perkembangan Konsep Diri, Moral, Emosi, Sikap, Nilai dan Kreativitas

Diperbarui: 11 November 2024   13:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut beberapa para ahli Stuart dan Sundeen yang di kutip oleh Edi Harapan & Syarwani Ahmad mengatakan Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Hal ini termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Epstein, Brim, Blyth, dan Treager mengemukakan aspek-aspek Konsep diri meliputi: aspek fisik (materi dan bentuk tubuh), aspek sosial, aspek emosi, aspek moral, dan aspek kognitif. 

Menurut Calhoun dan Acocella, ketika lahir manusia tidak memiliki konsep diri, pengetahuan tentang diri sendiri, dan penilaian pada diri sendiri. Artinya individu tidak sadar dia adalah bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan. Sensasi yang dirasakan oleh anak pada waktu masih bayi tidak disadari sebagai suatu yang dihasilkan dari interaksi antara dua factor yang masing-masing berdiri sendiri, yaitu lingkungan dan dirinya sendiri. C.H.Coorley, Hurluck membagi konsep diri berdasarkan perkembangannya menjadi konsep diri primer dan konsep diri sekunder. Konsep diri primer adalah konsep diri yang terbentuk berdasarkan pengalaman anak dirumah, berhubungan dengan anggota keluarga yang lain seperti orang tua dan saudara. Konsep diri sekunder adalah konsep diri yang terbentuk oleh lingkungan luar rumah, seperti teman sebaya atau teman bermain. 

Pengertian Emosi 

Emosi adalah perasaan yang ada dalam diri individu. Emosi dapat berupa perasaan senang atau tidak senang, perasaan baik atau buruk. Goleman menyatakan bahwa "emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serangkaian kecenderungan untuk bertindak (Goleman, 1995). Jeane Segal mendefenisikan emosia adalah satu pengalaman seseorang yang bisa dirasakan secara fisikal. Artinya semua perbuatan yang diperbuat senantiasa mendapat respon baik ataupun tidak baik secara fisik. Perkembangan emosi dipengaruhi oleh berbagai faktor yang melibatkan interaksi kompleks antara faktor biologis, lingkungan, sosial, dan pengalaman pribadi. Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung kepada faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 2002: 154). Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lainnya dalam mempengaruhi perkembangan emosi Untuk mencapai kematangan emosi, remaja harus belajar memperoleh gambaran tentang situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain: 

  • Belajar dengan coba-coba 
  • Belajar dengan cara meniru 
  • Belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by identification) 
  • Belajar melalui pengkondisian 
  • Belajar dibawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi. 

Pengertian Moral, Nilai dan Sikap 

Dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, serta sesuatu perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral juga mendasari dan mengendalikan seseorang dalam bersikap dan bertingkah laku. Nilai-nilai adalah patokan-patokan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, misalnya sopan santun, adat kebiasaan, dan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila adalah nilai-nilai hidup yang menjadi pegangan seluruh warga negara indonesia. Jadi, nilai adalah ukuran baik-buruk, benar salah, boleh-tidak boleh, suatu perilaku atau pernyataan yang berlaku dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat. Adapun sikap menurut Gerungan, Secara umum diartikan sebagai kesedian bereaksi individu terhadap sesuatu. Sikap ini berkaitan dengan motif dan mendasari tingkah laku seseorang. Sikap belum merupakan suatu tindakan, tetapi baru merupakan kecenderungan. Jadi, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek sebagai hasil penghayatan terhadap objek tertentu. 

Tingkat perkembangan fisik dan psikis yang dicapai remaja berpengaruh pada perubahan sikap dan perilakunya. Perubahan sikap yang sangat mencolok dan ditempatkan sebagai salah satu karakter remaja adalah sikap menentang nilai-nilai dasar hidup orang tua atau orang dewasa. lingkungan merupakan faktor yang besar pengaruhnya bagi perkembangan nilai, moral dan sikap individu. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan nilai, moral dan sikap individu mencakup aspek psikologis, sosial, budaya dan fisik kebendaan, baik yang terdapat dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. 

Perkembangan Kreativitas 

Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, di mana hal yang diciptakan tidaklah harus benar-benar baru akan tetapi bisa juga menjadi kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya. Artinya suatu hal baru yang diciptakan melalui kreativitas seseorang tidaklah harus belum pernah ada, karena kenyataannya membuat sesuatu yang benar-benar asli itu amatlah sulit. Contoh kreativitas yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari seperti, seni dan lukisan, inovasi teknologi dan karya sastra. Pada tahun 1926, Graham Wallas menjadi orang pertama yang menciptakan konsep tahapan kreativitas. Graham Wallas mengusulkan salah satu model pertama dari tahapan kreativitas. Hal tersebut terdiri dari 4 tahapan yang terdiri dari persiapan (preparation), inkubasi (incubation), iluminasi/pencerahan (illumination), dan implementasi (implementation). Berbagai faktor dapat mempengaruhi tingkat kreativitas seseorang, termasuk: 

  • Lingkungan: Lingkungan yang mendukung, seperti tempat kerja yang kreatif atau suasana belajar yang inspiratif, dapat meningkatkan kreativitas. 
  • Kepribadian: Ciri-ciri kepribadian seperti keterbukaan terhadap pengalaman dan rasa ingin tahu dapat mempengaruhi kreativitas. 
  • Pengalaman: Pengalaman hidup dan pengetahuan yang luas dapat memberikan lebih banyak bahan mentah untuk ide-ide kreatif. 
  • Motivasi: Motivasi intrinsik, yaitu dorongan untuk melakukan sesuatu karena minat dan kepuasan pribadi, sering kali lebih efektif dalam meningkatkan kreativitas dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik. 
  • Keterampilan dan Pengetahuan: Keahlian teknis dan pengetahuan dalam bidang tertentu dapat membantu dalam menghasilkan ide-ide baru dan inovatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline